Menuju konten utama

Avtur Pertamina Dinilai Masih Mahal, Peluang Swasta Kembali Dibuka

Wacana membuka penjualan avtur oleh swasta kembali digulirkan pemerintah. Alasannya: harga avtur Pertamina di beberapa wilayah terlampau tinggi.

Avtur Pertamina Dinilai Masih Mahal, Peluang Swasta Kembali Dibuka
Petugas melakukan pemeriksaan rutin pada truk ketika melakukan proses bongkar "bridger" avtur di Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (25/5/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id -

Rencana mengundang operator swasta dalam distribusi avtur kembali digulirkan Menteri Perubungan Budi Karya Sumadi. Penyebabnya, harga avtur yang dijual Pertamina kelewat tinggi dan membebani maskapai penerbangan domestik.

Beberapa rute penerbangan terpaksa ditutup karena beratnya ongkos operasional. Menurut Budi, tarif avtur Jakarta sudah lebih tinggi 25 persen dibandingkan Singapura.

Di sisi lain, tak ada kepastian jumlah penumpang sehingga pemasukan menjadi seret dan upaya mengerek tarif tiket untuk menutup biaya bahan bakar—yang mencapai 40 persen dari ongkos operasional—tak bisa dilakukan.

Bagi pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia (Indonesia National Air Carrier Association/INACA), peluang dibukanya penyaluran avtur oleh swasta adalah kabar baik.

Ketua Umum INACA Denon B. Prawiraatmadja mengatakan, hadirnya operator asing akan membuat harga avtur di dalam negeri lebih kompetitif. Selama ini, monopoli Pertamina membuat harga avtur di beberapa Bandara berbeda.

"Kan kita sama-sama tahu, jelas juga disampaikan, bahwa avtur di Jakarta itu kan 25 persen lebih tinggi dibandingkan Singapura ya, di beberapa daerah bahkan beberapa persen, kan, jauh di atasnya Jakarta," jelas dia kepada Tirto, Selasa (26/11/2019).

Pengamat Penerbangan Alvin Lie menjelaskan, saat ini konsumsi avtur terbesar di Indonesia ada di Bandara Soekarno Hatta, dengan porsi sampai 60 persen.

Karena itu, menurutnya, kebijakan ini hanya tepat dilakukan di beberapa wilayah yang harganya sudah terlampau tinggi.

"Mungkin di Ambon kemudian di Jayapura kemudian juga di Kupang, kemudian ada juga tempat tempat lainnya, yang mana, konsumsinya tidak begitu besar tapi biaya transportasinya ke sana cukup besar, sehingga profitability itu, rendah dan bahkan di jual rugi," paparnya.

Menurut Alvin, selama ini Pertamina juga harus menanggung tingginya biaya distribusi avtur ke bandara kecil dan bandara pelosok. Hal itu lah yang membuat harga jual avtur di RI lebih mahal dibanding beberapa negara ASEAN.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati menyebut harga avtur Pertamina masih kompetitif. Ia mengatakan, maskapai penerbangan asing juga menggunakan avtur dari Pertamina.

Ia juga menyebut penetapan harga avtur telah sesuai dengan formula yang ditetapkan pemerintah. Februari lalu, Pertamina juga sudah menurunkan harga avtur dan harga di Jakarta lebih murah 20-25 persen dari harga di Singapura.

Memang, hingga saat ini, harga avtur di wilayah Indonesia Timur lebih tinggi ketimbang harga normal. Namun, hal tersebut wajar dan sudah sesuai dengan skala keekonomian.

Lantaran itu, kata Nicke, Pertamina berencana membangun infrastruktur kilang di Indonesia timur agar BBM satu harga dan distribusi bahan bakar lainnya bisa mencapai harga keekonomian yang sama.

Saat ini, perusahaan pelat merah itu juga telah meningkatkan kapasitas kilang Cilacap sehingga harga avtur dapat dilakukan dalam jumlah besar. "Avtur dan solar kita sudah tidak impor, bahkan untuk avtur kita sudah ekspor," ucap Nicke beberapa waktu lalu.

Infografik Harga avtur

Infografik Harga avtur

Komitmen Suplai untuk Wilayah Timur

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menjelaskan, tak ada jaminan penurunan harga setelah perusahaan asing masuk. Alasannya, infrastruktur di beberapa daerah di Indonesia Timur masih minim.

Sebaliknya, dari segi infrastruktur, Pertamina justru sudah siap sehingga memungkinkan margin penjualan avtur cukup menguntungkan.

"Tidak ada jaminan harga avtur turun jika asing masuk ke bisnis Avtur. Pasalnya, penjualan avtur di Indonesia dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sehingga jadi mahal. Dibanding negara-negara ASEAN lainnya, jika tanpa PPN harga Avtur di Indonesia masih lebih murah," jelas Fahmi.

Aturan yang mensyaratkan penjualan avtur di beberapa bandara, menurutnya, juga memberatkan bagi asing. Sebaliknya, jika aturan itu direvisi dan swasta dibolehkan menjual avtur di bandara-bandara padat, persaingan justru menjadi tidak fair bagi Pertamina.

Karena itu, menurut Fahmi, jika swasta masuk, mereka harus berkomitmen untuk menyuplai avtur untuk bandara-bandara kecil.

"Di negara lain, seperti Singapura tidak keharusan menjual Avtur di beberapa Bandara. Tetapi Singapura negara kecil, yang hanya memiliki beberapa Bandara saja," katanya.

Pengamat Energi Fabby Tumiwa mengatakan adanya persaingan usaha memang dapat membuat struktur harga bisa ditekan. Namun, di Indonesia, hal tersebut tak dapat dilakukan karena bisnis distribusi avtur kurang menarik.

"Apakah pasarnya cukup besar untuk di kompetisi kan? Atau apakah kompetitor Pertamina mau masuk ke bisnis ini? Coba anda tanya ke Total/Shell/AKR atau pemasok lain," ujar Fabby.

Baca juga artikel terkait HARGA AVTUR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana