Deindustrialisasi menjadi isu yang bergulir selama dekade terakhir. Pelbagai pemerintahan mencoba mengangkat kinerja industri termasuk pemerintahan Presiden Jokowi. Sayangnya kinerja industri makin tahun kian menurun.
Standar Euro terus berkembang dan menjadi rujukan bagi banyak negara untuk menekan emisi kendaraan demi membatasi polusi udara. Sayangnya tak semua negara bisa mengikutinya termasuk Indonesia yang jalan di tempat.
Keberhasilan konversi minyak tanah ke LPG ternyata memunculkan permasalahan baru. Penggunaannya yang terus meningkat ternyata menimbulkan masalah pasokan di kemudian hari. Termasuk juga masalah subsidi LPG yang semakin membebani.
Pertamina mampu mencetak rekor laba di tengah jatuhnya harga minyak. Namun, bukan berarti Pertamina kini sudah bersiap bertempur di pasar global. Banyak hal yang masih harus dibenahi Pertamina, terutama soal kekuatan brand.
Dua tahun terakhir bukanlah waktu yang mudah bagi perusahaan migas, termasuk Pertamina. Anjloknya harga minyak memberikan tantangan tersendiri, dan butuh penanganan tepat agar perusahaan tidak kolaps. Bagaimana Pertamina menghadapinya?