Menuju konten utama

Australia Sulit Mendeteksi Kelompok Kulit Putih Radikal

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan menjelaskan bahwa pemerintah Australia sulit untuk mendeteksi kelompok kulit putih radikal yang ada.

Australia Sulit Mendeteksi Kelompok Kulit Putih Radikal
Duta Besar Australia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Gary Quinlan berbicara selama diskusi panel tentang pelanggaran hak asasi manusia Korea Utara di markas PBB, Rabu, 22 Oktober 2014. Seth Wenig / AP

tirto.id - Aksi teror berupa penembakan massal yang terjadi di dua masjid Christchurch, Selandia Baru, berujung pada penangkapan salah seorang warga negara Australia, Brenton Tarrant, yang menjadi tersangka dari teror tersebut.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, pun menegaskan bahwa sudah jelas peristiwa tersebut hanya dapat dideskripsikan sebagai serangan teroris.

Serangan tersebut terjadi pada Jumat (15/3/2019). Tanggapan lain muncul dari Senator Australia, Fraser Anning.

Fraser menuduh imigran muslim sebagai penyebab teror yang terjadi di masjid Selandia Baru, adalah bentuk ujaran kebencian.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, pun menjelaskan bahwa pemerintah Australia sulit untuk mendeteksi kelompok kulit putih radikal yang ada.

Pernyataan Fraser pun tidak mewakili pemerintah Australia, serta ditolak secara tegas oleh sejumlah partai politik di Australia. Gary pun menyebut Fraser memang memiliki pemahaman yang ekstrim.

“Saya pikir ini menjadi permasalahan bahwa kami memiliki sedikit jumlah dari kelompok ekstrimis kanan,” kata Gary dalam konferensi pers di Kantor MUI, Jakarta Pusat, pada Selasa (19/3/2019).

Gary mengatakan bahwa Australia menolak keberadaan mereka, tetapi mereka sulit dideteksi.

“Aksi teror ini mengingatkan kami bahwa ini permasalahan yang serius dan kami perlu untuk lebih memerhatikan permasalahan ini,” kata Gary.

Gary pun menjelaskan baik dari pihak kepolisian Selandia Baru, maupun Australia, masih menginvestigasi dari mana akar pemahaman radikal yang dimiliki Brenton.

“Pihak kepolisian, baik dari pihak Australia dan Selandia Baru, masih menginvestigasinya dan melihat sejarahnya,” kata Gary.

Gary pun meminta maaf atas pernyataan Fraser yang menimbulkan kontrovensi.

“Komentar dari salah seorang senator kami tolak sepenuhnya," ungkapnya.

"Pemerintah dan partai Politik Australia perlu meminta maaf atas pernyataan tersebut," tambah Gary.

Gary pun mengatakan bahwa ia secara pribadi, juga mewakili negaranya, berduka cita atas apa yang terjadi kepada seluruh umat Muslim, khususnya warga negara Indonesia yang menjadi korban.

"Penyerangan terhadap orang Islam tersebut merupakan teror yang tidak bisa dimaafkan," kata Gary.

Baca juga artikel terkait SERANGAN SELANDIA BARU atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Nur Hidayah Perwitasari