Menuju konten utama

Audisi PB Djarum Pamit dan Kronologi Polemik yang Picu Teguran KPAI

PB Djarum tidak akan menggelar audisi beasiswa bulu tangkis pada 2020. Keputusan itu muncul setelah KPAI sempat menuding audisi itu memuat unsur eksploitasi anak.

Peserta audisi bertanding pada babak Screening pada audisi umum beasiswa Djarum Badminton di GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (4/9/2018). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

tirto.id - PB Djarum menghentikan audisi pencarian bakat atlet muda bulu tangkis pada 2020. Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin menyatakan hal ini dalam konferensi pers jelang audisi beasiswa bulu tangkis tahap kedua di Purwokerto, Sabtu kemarin (7/9/2019).

"[…] Pada audisi kali ini juga, saya sampaikan sebagai ajang untuk pamit sementara waktu, karena pada 2020 kita memutuskan untuk menghentikan audisi umum. Memang ini disayangkan banyak pihak, tetapi demi kebaikan bersama kita hentikan dulu, biar reda dulu, dan masing-masing pihak agar bisa berpikir dengan baik," kata Yoppy sebagaimana dilansir laman pbdjarum.org.

Meski demikian, kata dia, audisi umum 2019 tetap akan dilanjutkan hingga tahap final di Kudus, November mendatang. "Dipastikan [audisi] tahun ini akan jalan terus hingga final dengan segala risikonya, karena tahun ini kami sudah janji kepada semua peserta," ujar Yoppy.

Dia menambahkan, format audisi diubah sesuai permintaan sejumlah pihak. Kata dia, semua logo PB Djarum ditiadakan di acara audisi. Peserta anak-anak juga tidak lagi memakai seragam seperti sebelumnya, melainkan kaos klubnya masing-masing. “Kita sudah memutuskannya, tak ada deal-dealan lagi, diterima atau tidak, kita sudah memutuskan seperti itu," ujar Yoppy.

Hari ini, Menpora Imam Nahrawi pun berkomentar soal keputusan PB Djarum tak menggelar audisi pada 2020. "Mestinya jalan terus, karena tidak ada unsur eksploitasi anak. Bahkan, audisi Djarum sudah melahirkan juara-juara dunia. Lagipula olahraga butuh sponsor. Ayo lanjutkan," tulis dia di akun instagramnya, pada Minggu (8/9/2019).

Awal Mula Polemik Audisi PB Djarum

Penjaringan bibit atlet muda melalui program Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis tahun ini semula dijadwalkan digelar di Bandung, Purwokerto, Surabaya, Solo Raya dan Kudus. Audisi ini untuk menjaring atlet bulu tangkis berbakat usia 11 dan 13 tahun.

Kegiatan audisi itu dimulai di Bandung pada 28 Juli 2019. Namun, tiga hari sebelum audisi digelar, Yayasan Lentera Anak dan Smoke Free Bandung mendesak panitia acara tidak menjadikan anak-anak sebagai media promosi produk tembakau.

“[Dari] Pemantauan yang dilakukan Lentera Anak sejak 2015 hingga 2018, panitia mengharuskan anak-anak peserta audisi mengenakan kaos dengan tulisan Djarum yang merupakan brand image produk tembakau," kata Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari di siaran persnya, 25 Juli lalu.

Menurut Lisda, audisi itu diduga memuat unsur eksploitasi anak karena memanfaatkan tubuh mereka untuk promosi brand image Djarum yang merupakan produk rokok.

PB Djarum lalu membantahnya. Senior Manajer Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Budi Darmawan, menyebut PB Djarum adalah wadah pembibitan atlet dan tidak memiliki keterkaitan dengan pemasaran rokok.

"Paling mudah membedakan, silakan datang ke warung atau minimarket, cari rokok namanya Djarum Badminton Club. Pasti tidak ada, karena ini adalah club yang didirikan owner Djarum," kata Budi pada 26 Juli 2019, seperti dilansir Antara.

Usai audisi digelar di GOR KONI Bandung pada 28 Juli 2019, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun ikut bersuara. Komisioner KPAI, Sitti Hikmawatty menilai audisi tersebut memuat unsur eksploitasi anak secara terselubung oleh industri rokok.

"Pihak Djarum memang menolak dikatakan bahwa kegiatan itu sebagai bentuk eksploitasi, tapi tentu saja patokan eksploitasi ini harus kembali merujuk pada undang-undang ataupun payung hukum yang ada di Indonesia, bukan atas persepsi pihak tertentu," kata Sitti pada 29 Juli lalu.

Menurut dia, survei KPAI memperkuat dugaan itu. “Sudah kami lakukan survei kepada anak-anak. Ada 4 dari 5 anak yang ditanya mengatakan kalau Djarum itu pasti rokok, Djarum Foundation itu rokok," ujar Sitti.

Pernyataan KPAI itu segera dibantah oleh Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin. Menurut dia, audisi di Bandung murni demi kepentingan menjaring bibit atlet.

Yoppy mengklaim tidak ada promosi produk rokok di kegiatan tahunan itu. Kata dia, sebagai penyelenggara audisi, Djarum Foundation juga berdiri terpisah dari perusahaan rokok Djarum.

“Karena anak-anaknya betul ada, tulisan Djarum betul ada, tapi Djarumnya yang di situ adalah Djarum Badminton Club, Djarum Foundation, bukan produk rokok sama sekali. Itu yang kita perlu cermati, bahwa tidak ada event promosi rokok sama sekali,” ujar Yoppy.

KPAI Gandeng 4 Kementerian Hingga Pemda

KPAI mulai serius mendesak audisi itu dihentikan sementara pada awal Agustus 2019. Saat itu, KPAI menggelar pertemuan dengan perwakilan Kementerian PPPA, Kemenpora, Kemenkes, Kemenko PMK serta BPOM dan lembaga lain.

Setelah pertemuan itu, Ketua KPAI Susanto menyatakan 4 kementerian dan lembaganya sepakat untuk meminta Djarum Foundation menyetop sementara audisi hingga unsur eksploitasi anak ditiadakan. Dia menjelaskan, unsur eksploitasi itu ialah peraturan yang mengharuskan peserta audisi memakai seragam bergambar logo Djarum Badminton Club. KPAI menilai logo itu identik dengan merek rokok.

Alasan KPAI, format acara seperti itu tidak sesuai dengan ketentuan dalam PP 109/2012. "[…] ini dalam konteks menegakkan peraturan. KPAI mau mendudukkan ini sesuai aturan yang berlaku," tambah Sitti Hikmawaty.

Dua pekan kemudian, atau pertengahan Agustus 2019, KPAI mengadakan pertemuan dengan wakil pemda yang daerahnya menjadi tuan rumah audisi PB Djarum. Di pertemuan itu, kata Sitti, perwakilan sejumlah pemda bersepakat memanggil panitia audisi di daerah masing-masing untuk mengkaji ulang izin acara. Tujuannya, agar panitia menggelar audisi sesuai aturan yang berlaku.

Menurut Sitti, jika tidak diubah formatnya, audisi itu juga berpotensi melanggar Perda di daerah tuan rumah. Misalnya, Perda Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten Banyumas yang terkait audisi di Purwokerto. Dia meminta logo yang berasosiasi dengan rokok tidak dipasang saat acara, termasuk di seragam peserta.

Permintaan KPAI akhirnya dipenuhi Djarum Foundation. Awal bulan ini, Yoppy Rosimin memastikan format audisi tahap kedua di Purwokerto pada 8-10 September 2019 diubah. Kata dia, tidak ada lagi logo sponsor di baju peserta dan embel-embel 'Djarum' di acara tersebut.

“Namanya besok jadi ‘Audisi Umum’. Gitu saja, pasti masyarakat tetap tahu [tertarik mendaftar],” kata Yoppy, pada 2 September lalu.

Setelah di Purwokerto, kegiatan audisi akan digelar di Surakarta, Karanganyar dan Kudus.

Baca juga artikel terkait PB DJARUM atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH