Menuju konten utama

Atalia Kamil Tegaskan Tak Tutupi Kasus Perkosaan Santriwati Bandung

Atalia mengatakan Polda Jabar, UPTD PPA Jabar, P2TP2A Bandung, Kejaksaan, LPSK dan lain-lain telah bekerja sejak ditemukannya kasus ini.

Atalia Kamil Tegaskan Tak Tutupi Kasus Perkosaan Santriwati Bandung
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) didampingi istri Atalia Praratya (kiri) menunjukan nomor antrian tes kesehatan, di puskesmas Garuda, kecamatan Andir, Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/hp.

tirto.id - Bunda Forum Anak Daerah (FAD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Atalia Praratya Ridwan Kamil menegaskan tak pernah menutup-nutupi kasus pemerkosaan belasan santriwati oleh pengajarnya di salah satu pesantren di Cibiru, Kota Bandung.

"Saya tidak menutupi kasus ini dari media maupun publik. Tidak mengekspos bukan berarti menutupi," kata Atalia dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/12/2021).

Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil sebelumnya mengunggah sejumlah komenter warganet di akun instagramnya yang menuding Atalia Kamil menutup-nutupi kasus pemerkosaan santriwati di Bandung.

Atalia mengatakan sebagai Bunda Forum Anak Daerah Jabar, tugas dirinya ialah memastikan para korban mendapat hak dan perlindungan terbaik sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.

"Fokus pada solusi bukan sensasi," kata Atalia.

Menurut dia, Polda Jabar, UPTD PPA Jabar, P2TP2A Kota/Kabupaten Bandung, Kejaksaan, LPSK dan lain-lain telah bekerja dengan profesional sejak ditemukannya kasus ini.

Ia mengatakan penjangkauan, pemeriksaan, pendampingan, penyembuhan trauma bagi korban dan proses hukum bagi pelaku sudah dilakukan, bahkan saat ini persidangan telah digelar untuk yang ke enam kalinya.

"Untuk itu saya menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya," kata dia.

Atalia menyayangkan gencarnya pemberitaan di media massa dan media sosial yang memengaruhi kondisi psikis korban dan keluarganya.

Terlebih, kata Atalia, tiba-tiba saja banyak pihak yang berusaha mencari identitas dan mendekati para korban/orang tuanya untuk menggali cerita korban serta mengusik kembali hidup korban.

"Kita perlu perhatikan kondisi psikologis para korban dan orang tua mereka. Ada lima korban yang belum sekolah dan tiga korban dikeluarkan dari sekolah karena diketahui telah memiliki anak," kata dia.

Ia menjelaskan kondisi korban yang awalnya sudah mulai menerima keadaan, kini kembali cemas dan trauma.

"Bahkan ada yang ingin keluar dari sekolah dan pindah dari kampung halamannya," lanjut Atalia.

Dia telah berkoordinasi dengan pelbagai pihak untuk memastikan masa depan anak-anak korban perkosaan, mulai dari pendidikan hingga pengakuan hukum atas bayi yang dilahirkannya.

"Saya mengajak semua pihak, baik masyarakat maupun media massa untuk bersama-sama saling membantu memberikan rasa aman pada korban dengan fokus pada hukuman berat bagi pelaku, sehingga hal biadab seperti ini tidak terjadi lagi," kata dia.

Baca juga artikel terkait KASUS PEMERKOSAAN SANTRIWATI BANDUNG

tirto.id - Hukum
Sumber: Antara
Editor: Gilang Ramadhan