Menuju konten utama

Asian Games Bukan Cuma Olahraga, tapi Juga Olah Citra bagi Jokowi

Momentum Asian Games 2018 berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Jokowi sebagai ajang memoles citra.

Asian Games Bukan Cuma Olahraga, tapi Juga Olah Citra bagi Jokowi
Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri Upacara Pembukaan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu(18/8).INASGOC/Puspa Perwitasari/Sup/18.

tirto.id - Saat Jokowi terjebak macet lalu menunggangi motor untuk datang ke pembukaan Asian Games 2018, orang-orang barangkali tidak menyangka bahwa pesta olahraga itu akan menjadi tunggangan yang empuk untuk mengilapkan citranya sebagai presiden.

Mula-mula, Asian Games 2018 banyak dianggap sebagai bom waktu yang ditanam Susilo Bambang Yudhoyono untuk pemerintahan setelahnya, karena hanya akan menambah pekerjaan dan menghabiskan dana.

Namun, waktu itu Indonesia memang tak punya pilihan. Setelah Uni Emirat Arab dan Vietnam mengundurkan diri, Indonesia menjadi calon tunggal untuk menjadi tuan rumah. Penetapan Indonesia sebagai tuan rumah dilakukan pada 2011.

Saat pelaksanaan Asian Games 2018 semakin dekat, dalam catatan Tirto, dana yang dibutuhkan untuk infrastruktur sarana dan prasarana serta operasional mencapai puluhan triliun rupiah. Ini tentu bisa jadi celah bagi oposisi untuk menyerang pemerintah dengan tuduhan penghamburan uang negara.

Meski belum ada serangan berarti soal penggunaan dana yang tak sedikit untuk ajang multi-olahraga itu, Cahyadi Wanda, Wakil Direktur Pendapatan Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC), buru-buru menjelaskan bahwa tujuan penting menjadi tuan rumah Asian Games adalah investasi dan national branding, agar investor luar tertarik dan mau menanamkan modal di Indonesia.

Mendongkrak Popularitas Jokowi?

Setelah dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi, meski ada sejumlah masalah terkait pengelolaan tiket, secara umum Asian Games 2018 berjalan sukses terutama dari sisi prestasi. Indonesia meraih 31 medali emas yang memecahkan rekor sejarah. Capaian emas Indonesia terbanyak dalam Asian Games diraih pada 1962, kala itu juga jadi tuan rumah, dengan total 11 medali.

Selain prestasi olahraga yang menanjak, upacara pembukaan dan penutupan pun terbilang sukses dan mendapatkan apresiasi dari dalam dan luar negeri. Thomas Bach, Ketua International Olympic Committee (IOC), yang hadir dalam upacara penutupan, adalah satu yang memuji keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games 2018.

Menurut Hasanuddin Ali, Diektur Alvara Research Center, kesuksesan ini tentu saja menjadi hal yang positif bagi Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia dan berpengaruh terhadap popularitasnya terutama di kalangan anak muda.

Jika dikaitkan dengan Pilpres 2019 yang sebentar lagi akan digelar, Hasanuddin Ali menyebut bahwa kesuksesan ini akan menjadi modal bagi Jokowi untuk meraup simpati para pemilih milenial yang terpesona dengan segala capaian Indonesia dalam Asian Games 2018, terutama olahraga, musik, dan film.

“Kalau kita lihat pada saat upacara pembukaan Asian Games kemarin simbol-simbol olahraga dan musik serta film itu tercermin di situ. Dan Pak Jokowi berhasil memanfaatkan momentum Asian Games sebagai modal untuk meraih simpati dari pemilih milenial,” tuturnya.

Lebih lanjut Hasanuddin Ali menerangkan bahwa ukuran kesuksesan Asian Games itu ada tiga. Pertama, kesuksesan dalam penyelenggaraan. Kedua, kesuksesan dalam prestasi olahraga. Ketiga, dampak ekonomi Asian Games terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

“Kalau kita lihat yang pertama dan kedua kan sudah sangat bagus, nah sekarang yang kita tunggu adalah seberapa besar dampak ekonomi Asian Games terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan,” imbuhnya.

Infografik Jokowi Juara Umum Asian Games 2018

Momentum Asian Games 2018, tambah Hasanuddin Ali, dimanfaatkan secara jeli oleh Jokowi untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan gelaran olahraga yang lebih besar. Indonesia pun mengajukan diri sebagai salah satu kandidat tuan rumah Olimpiade 2032.

“Ini sebenarnya pintar-pintar Pak Jokowi saja memanfaatkan momentum Asian Games yang sukses, dan ketika Ketua IOC datang ke Indonesia ia ingin menunjukkan bahwa Indonesia mampu untuk menyelenggarakan event yang lebih besar. Nah, ini sebenarnya dalam konteks politik adalah pesan ke pemilih di Indonesia: Pak Jokowi ingin menunjukkan bahwa ia kira-kira mampu membawa Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade,” tuturnya.

Tren positif pemerintah terus menanjak saat seluruh atlet yang terlibat dalam Asian Games 2018 diberi bonus. Malah para peraih medali, selain mendapatkan bonus uang, juga diberi rumah dan tawaran untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal penting lain yang patut dicatat adalah bonus-bonus ini langsung cair beberapa setelah upacara penutupan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang mesti menunggu hingga berbulan-bulan.

“Bonus PNS juga akan diberikan kepada peraih emas, perak, dan perunggu. Dan rumah yang disiapkan oleh Kementerian PUPR,” tutur Menpora Imam Nahrawi.

Rangkaian keberhasilan Jokowi dalam memanfaatkan momentum Asian Games 2018 tampak juga pada upacara penutupan. Kehadirannya sama sekali berbeda dengan acara pembukaan. Jika di awal (pembukaan) ia datang dengan sebuah skenario filmis lengkap dengan adegan action dan pemeran pengganti, maka di akhir (penutupan) ia menyapa dari Lombok lewat video. Jokowi memberikan sambutan di tengah-tengah warga Lombok yang sedang didera bencana gempa bumi.

“Kita telah sukses menjadi tuan rumah ramah. Semoga ini jadi momentum bagi Indonesia bangkit jadi bangsa yang besar. Mari berdoa agar NTB segera pulih dan menjadi lebih baik dari sebelumnya,” kata Jokowi.

Hal ini sekali lagi membuat citra Jokowi melambung. Kegembiraan, gebyar, dan sukacita, serta keprihatinan, simpati, dan dukacita terengkuh sekaligus oleh acara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018. Di atas semua yang telah digelar dan tersisa dari pesta olahraga paling akbar se-Asia tersebut, Jokowi keluar sebagai juara umum.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Irfan Teguh

tirto.id - Politik
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Ivan Aulia Ahsan