Menuju konten utama

Asian Games Belum Berdampak Signifikan Bagi Bisnis Hotel

Pengusaha hotel tak begitu merasakan dampak Asian Games 2018. Padahal pemerintah menjanjikan ada peningkatan pada sektor ini.

Asian Games Belum Berdampak Signifikan Bagi Bisnis Hotel
Tim Kazakhstan berbaris di Gelora Bung Karno Stadium saat upacara pembukaan Asian Games ke-18, Jakarta, Indonesia, Sabtu, 18 Agustus 2018. AP Photo / Aaron Favila

tirto.id - Sejak awal Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Asian Games 2018, pemerintah mengklaim akan banyak keuntungan yang didapat Indonesia sebagai tuan rumah. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan ajang olahraga empat tahunan di Asia itu bakal mendongkrak sektor pariwisata. Ketua Inasgoc Erick Thohir dan kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyampaikan hal yang sama.

Bambang malah menyebut angka pasti. Menurutnya khusus di Jakarta, sektor perhotelan akan naik sebesar 2,17 persen. Sementara di Palembang, ia memprediksi sektor yang sama akan tumbuh 7,57 persen.

Namun, Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani berkata lain. Menurutnya meski ada pertumbuhan okupansi kamar hotel, tapi tak signifikan dan tak merata. Hanya hotel-hotel yang dekat dengan lokasi pertandingan saja yang okupansinya penuh.

"Hanya hotel-hotel di area GBK, Velodrome, Golf Pondok Indah dan Taman Mini saja yang ramai," kata Hariyadi saat dihubungi Tirto, Kamis (23/8/18). Ia bahkan mengaku "sedih" saat ditanya soal dampak Asian Games.

Penyebab tidak meratanya okupansi hotel, menurut Hariyadi, adalah karena sedikitnya suporter mancanegara yang datang. Suporter dalam negeri, meski ramai bahkan hingga membludak, sudah pasti terbilang minim menyewa hotel.

Namun, keadaan ini menurutnya cuma terjadi di Jakarta. Kota penyelenggara lain, Palembang, terhitung sukses. Di sana tingkat okupansi hotel bisa mencapai 80 persen. Apa yang disampaikan Hariyadi memang masih berkesesuaian dengan pernyataan Kepala Bappenas, yang sempat memproyeksikan pertumbuhan bisnis perhotelan di Palembang memang bakal lebih tinggi dari Jakarta.

Ia kemudian menuding pemerintah yang tak becus mensosialisasikan Asian Games dengan mengambil contoh Jepang, penyelenggara Olimpiade 2020. Menurut Hariyadi, "pemerintah Jepang melakukan sosialisasi ke negara-negara lain dari jauh-jauh hari."

Ihwal sosialisasi barangkali bisa dimaklumi karena mepetnya waktu persiapan bagi pemerintah. Indonesia baru ditunjuk jadi penyelenggara Asian Games pada September 2014 ketika Vietnam memutuskan untuk mengundurkan diri. Joko Widodo bahkan sempat merombak susunan panitia Inasgoc pada 2016.

Disanggah Pemerintah

Pernyataan Hariyadi dibantah Kepala Biro Humas Kementerian Pariwisata Guntur Sakti. Ia mengatakan okupansi bukan tidak meningkat, tapi ketersediaan kamar hotel yang lebih banyak daripada permintaan (over supply). Namun, ia membenarkan ada perbedaan tingkat okupansi kamar antara hotel yang jauh dan dekat dengan venue.

Infografik CI Asian Games Meningkatkan Pariwisata

"Khusus hotel yang berada di area venue, terdapat okupansi hingga di atas 75 persen. Namun yang jauh dari lokasi venue, itu okupansinya stabil selama weekdays dan weekends," kata Guntur kepada Tirto, Kamis (23/8/18) siang.

Dengan cara yang sama Guntur menjawab kenapa hal itu hanya terjadi di Jakarta. Menurutnya hotel di Palembang tidak over supply. "Kamar hotel di Jakarta jauh lebih banyak daripada di Palembang," tambah Guntur.

Belum ada data resmi dari pemerintah soal jumlah wisatawan mancanegara pada saat Asian Games. Tim riset Tirto menemukan data terakhir jumlah wisatawan mancanegara di Palembang itu pada Desember 2017, sementara untuk Jakarta data terakhir yang tersedia per Februari 2018.

Hingga 23 Agustus, Asian Games memang baru berlangsung enam hari setelah dibuka secara resmi, masih menyisakan 10 hari sebelum penutupan. Periode di akhir-akhir jelang penutupan memang akan banyak pertandingan pamungkas, yang bisa jadi bakal ada potensi penambahan kunjungan turis asing.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Bisnis
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino