Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Asal-usul Lambang Garuda dalam Sejarah Kerajaan Raja Airlangga

Sejarah burung Garuda pernah menjadi simbol Kerajaan Kahuripan di bawah pimpinan Raja Airlangga.

Asal-usul Lambang Garuda dalam Sejarah Kerajaan Raja Airlangga
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Raja Kahuripan, Airlangga, digambarkan sebagai tiitsan Dewa Wisnu yang memiliki tunggangan berupa Garuda. Pengaruh kekuasaan Airlangga disebut-sebut juga sampai ke Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

tirto.id - Garuda Pancasila merupakan lambang negara Indonesia. Jauh sebelum Indonesia ada, Burung Garuda sudah menjadi simbol bagi sejumlah kerajaan di Jawa. Salah satunya yang tercatat dalam sejarah adalah Kerajaan Kahuripan di bawah pimpinan Raja Airlangga alias Erlangga.

Kerajaan Kahuripan berdiri pada abad ke-10 Masehi dengan pusat pemerintahan di wilayah Sidoarjo, dekat Surabaya. Kahuripan merupakan penerus Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang periode Jawa Timur. Airlangga sebagai raja pertamanya berkuasa dari tahun 1009 hingga 1042 M.

Muhammad Fikri lewat tulisan "Pengaruh Airlangga terhadap Kemajuan Kerajaan Medang Kamulan" dalam Jambura History and Culture Journal (2019) menyebutkan bahwa Airlangga naik takhta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.

Raja Airlangga langsung membawa Kerajaan Kahuripan ke masa kejayaan. Banyak kemajuan yang dicapai, seperti didirikannya berbagai bangunan, bendungan, pelabuhan, jalan-jalan yang menghubungkan wilayah pesisir dengan ibu kota, dan masih banyak lagi.

Sebelum turun takhta, Airlangga sempat memindahkan ibu kota kerajaan ke Daha (Kediri). Tahun 1042 M, Airlangga lengser keprabon untuk menjadi pertapa. Wilayah Kerajaan Kahuripan kemudian dibagi kepada dua puteranya, yakni Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Sri Samarawijaya mendapatkan wilayah di bagian barat yang kemudian bernama Kerajaan Panjalu, berpusat di Daha atau Kediri. Sedangkan wilayah bagian timur diberikan kepada Mapanji Garasakan, yaitu Kerajaan Jenggala (Janggala) dengan pusatnya tetap di Kahuripan alias Sidoarjo.

Mitologi Garuda dalam Kepercayaan

Dalam kepercayaan ajaran agama Hindu, burung Garuda merupakan tunggangan atau wahana sekaligus lambang panji-panji Dewa Wisnu, salah satu dewa utama (Trimurti) selain Dewa Brahma dan Dewa Syiwa.

Robert E. Buswell dan Donald S. Lopez dalam The Princeton Dictionary of Buddhism (2013) menyebutkan, ajaran Buddha juga mengenal mitologi Garuda. Makhluk antropomorfis-mitologis ini merupakan salah satu Astasena, yakni 8 kelompok makhluk gaib.

Demikian pula dalam ajaran agama Jaina (Jainisme). Dikutip dari Jainism: An Indian Religion of Salvation yang disusun Helmuth von Glasenapp (1999), Garuda merupakan salah satu perwujudan Yaksa atau dewa pelindung.

Bukan hanya Indonesia saja yang menggunakan Garuda sebagai lambang negara. Negeri tetangga, yakni Thailand, juga menyematkan burung mitologi ini untuk simbol kerajaan. Demikian pula dengan Ulan Bator yang memakai pula Garuda sebagai lambang ibu kota Mongolia ini.

Garudamukha Lencana Lambang Kerajaan

Garuda menjadi lambang Kerajaan Kahuripan sejak era Raja Airlangga, demikian pula dengan dua kerajaan sesudahnya yang dipimpin dua puteranya, yakni Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan rajanya Sri Samarawijaya dan Kerajaan Jenggala di bawah kepemimpinan Mapanji Garasakan.

Lambang negara Kahuripan era Raja Airlangga tersebut dikenal dengan istilah Garudamukha. Airlangga disebut sebagai titisan Wisnu, dan Garuda adalah burung suci yang menjadi tunggangan atau wahana salah satu dewa utama dalam kepercayaan Hindu tersebut.

Dikutip dari Katuturanita Maharaja Erlangga (2008) karya Koes Indarto, istilah Garudamukha termaktub dalam beberapa ungkapan pada masa Airlangga, salah satunya yang berbunyi:

Gumereh ikang gong gendhing surak umwang gumuruh kang dhwaja mawagatra garudhamukha lancana rekta kumlab munggwing umiringaken dening wadwa manunggang waji mwang gajah.

Yang artinya: “Suara gong dan tembang bergemuruh terdengar menyertai barisan balatentara dan bendera dengan lencana Garudamukha berkibar diiringi oleh para prajurit yang menaiki kuda serta gajah.”

Ungkapan lain yang menyebut istilah Garudamukha yaitu: Sang Nerpati munggwing madya manunggang liman agung rinayaseng kambala mwang umiringaken dhwaja ginatra garudamukha rakta kumlap.

Terjemahan bebasnya: “Sang Raja menaiki gajah besar berhias rumbai dengan diikuti bendera berlambang Garudamukha yang berkibaran.”

Dikutip dari artikel “Garudhamukha Lancana, Inspirasi Garuda Pancasila” dalam laman website Museum Nasional RI, lambang Garuda dipahatkan di bagian puncak prasasti-prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Airlangga, juga kerajaan-kerajaan penerus Kahuripan.

Prasasti Sumengka dengan angka tahun 1059 M, misalnya, sebut Slamet Muljana dalam Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya (1979), menggunakan stempel Garudamukha dan ungkapan Janggala Lancana yakni emblem khusus Kerajaan Janggala.

Burung Garuda pada akhirnya ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia, bersinergi dengan Pancasila sebagai dasar negara. Simbol Garuda juga menjadi logo Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Jawa Timur.

Baca juga artikel terkait GARUDA PANCASILA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Addi M Idhom