Menuju konten utama

AS Beri Sanksi Impor Minyak Iran, Rusia-Saudi Perlu Tambah Produksi

Pemerintah AS memperpanjang sanksi impor minyak bagi Iran. Direktur IESR menilai, negara Rusia & Arab Saudi perlu meningkatkan produksinya agar bisa menstabilkan harga minyak dunia.

AS Beri Sanksi Impor Minyak Iran, Rusia-Saudi Perlu Tambah Produksi
Ilustrasi kilang minyak.foto/shutterstock

tirto.id - Pemerintah AS memutuskan untuk mengakhiri keringanan sanksi bagi negara yang melakukan impor minyak dari Iran.

Sejumlah analis dunia memperkirakan dalam jangka pendek, terhambatnya ekspor minyak ke berbagai negara dunia diperkirakan dapat mengerek harga komoditas itu ke angka 80-85 dolar AS per barel dari angka saat ini 65-70 dolar AS per barel.

Direktur Eksekutif Insitute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, ada solusi yang dapat ditempuh negara dunia bila ingin menstabilkan harga minyak. Menurut Fabby, Rusia dan Saudi Arabia dinilai mampu untuk mengambil peran itu.

Pertimbangannya, kata dia, produksi minyak negara lain seperti Venezuela, Libya, hingga Shell di Amerika saat ini juga bermasalah. Dengan demikian, belum ada tanda-tanda negara produsen minyak eksisting dapat menopang kekurangan persediaan minyak dunia di pasaran.

“Untuk menstabilkan harga minyak dunia, negara OPEC bisa ramping up. Kalau Rusia dan Arab Saudi bisa meningkatkan produksi minyaknya, mungkin harga bisa dikendalikan,” ucap Fabby saat dihubungi reporter Tirto pada Jumat (26/4/2019).

Kendati demikian, Fabby mengatakan, hal itu bukan perkara mudah.

Sepengetahuannya, Iran memiliki nilai ekspor 1,5-2 juta barel per hari ke berbagai negara dunia. Jumlah itu setara dengan 5 persen dari total produksi OPEC sebanyak 31-32 juta barel per hari dan 2-2,5 persen dari total minyak dunia yang mencapai 90 juta barel.

“Kalau 2 juta barel per hari hilang dari pasar. Pertanyaannya apakah Saudi dan Rusia bisa naikkan output mereka setara dengan 2 juta barel per hari kira-kira,” ujar Fabby,

Di samping itu, Fabby menyoroti adanya kemungkinan karakter minyak negara selain Iran justru tak cocok dengan kilang negara pengimpornya. Ia mencontohkan bahwa hal ini juga yang menjadi alasan Cina hingga Korea Selatan memutuskan untuk melakukan impor dari Iran.

“Minyak kan jenisnya macam-macam. Jadi menaikkan produksi saja tidak menyelesaikan seluruh risiko. Karakter refinary sejumlah negara ada yang lebih cocok dengan karakter minyak Iran,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait IMPOR MINYAK atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno