Menuju konten utama

Arti Penyintas COVID-19 dan Kisah Mereka Melawan Virus Corona

Arti kata penyintas Covid-19 dan kisah mereka berjuang melawan virus hingga dinyatakan sembuh.

Arti Penyintas COVID-19 dan Kisah Mereka Melawan Virus Corona
Pasien yang telah dinyatakan sembuh dari COVID-19 mendapatkan semprotan cairan disinfektan sebelum meninggalkan Rumah Lawan Covid tempat isolasi dan perawatan di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (19/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/wsj.

tirto.id - Penyintas Covid-19 menjadi istilah yang sering didengar selama masa Pandemi akhir-akhir ini.

Penyintas Covid-19 perlu mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk bisa mengelola stres dengan baik dalam dirinya agar mampu dan lebih cepat sembuh dari penyakit yang diderita.

Apa Itu Penyintas COVID-19?

Penyintas adalah orang yang pernah terpapar virus corona atau pasien positif Covid-19 yang telah berhasil sembuh dari penyakitnya.

Virus COVID-19 tentu menimbulkan rasa takut yang luar biasa, apalagi banyak orang yang gugur pada saat melawan Covid-19, baik itu tenaga medis maupun masyarakat umum.

Meski demikian, terinfeksi virus Corona bukanlah suatu aib, karena virus ini bisa menyasar seluruh orang tanpa terkecuali.

Bahkan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Aulia Iskandarsyah menyarankan seseorang yang positif Covid-19 berdasarkan hasil swab PCR mau membuka diri dengan menerima keadaan.

“Mau enggak mau kita harus patuh dengan protokol isolasi mandiri, jika ada kendala silakan konsultasikan dengan satgas,” ujarnya.

Menurutnya, saat mengetahui positif Covid-19 maka harus dibarengi dengan pikiran positif. Yakinkan bahwa proses isolasi ini hanya sementara. Menjadi penyintas Covid-19 bukan berarti suatu aib.

Ada yang beranggapan bahwa isolasi mandiri sama halnya dengan dipenjara. Padahal, lanjutnya, isolasi hanya membatasi aktivitas fisik penyintas dengan dunia luar.

“Isolasi itu bukan berarti harus berbaring terus. Dia bisa bangun, olahraga, mandi, dan bekerja. Hanya posisinya dilakukan di tempat isolasi,” jelasnya.

Selanjutnya, penyintas membutuhkan dukungan dari orang terdekat secara moriil maupun materiel. Keluarga, kerabat/kolega, hingga masyarakat sekitar harus mendukung perjuangan penyintas Covid-19.

Aulia menekankan bahwa masyarakat jangan beranggapan bahwa penyintas Covid-19 adalah orang yang mesti dijauhi, karena yang wajib dijauhi adalah penyakitnya, bukan orangnya.

“Jika orang itu di-swab lagi terus hasilnya negatif, kita harus menerimanya kembali,” kata Aulia.

Cara Penyintas Covid Melawan virus Corona

Berikut ini cerita dari beberapa penyintas COVID-19 saat berjuang melawan virus Corona dikutip dari situs resmi Kemendikbud:

1. Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Dra. Sri Wahyuningsih

Ketika dinyatakan positif Covid-19, Sri mengaku antara percaya dan tidak, karena selama ini dirinya selalu mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan.

"Saya kemudian merenung dan sadar kalau saya dipilih juga oleh Tuhan untuk menerima amanah berupa virus Covid-19. Saya tidak takut dan tidak malu karena ini bukan aib,” katanya.

Ia pun lalu mengabarkan kepada seluruh staf Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbud serta mengimbau seluruh staf dan orang-orang yang sempat berinteraksi dengannya untuk melakukan swab test.

“Kami juga secara berkala melakukan swab test setiap bulan. Sebagai bentuk pemeliharaan kesehatan pegawai di Direktorat Sekolah Dasar,” ujarnya.

Selanjutnya, ia mengajak suami, 3 anak serta satu asisten rumah tangga untuk melakukan swab test. Hasilnya, suami ternyata turut terpapar Covid-19. Sementara tiga anak dan asisten rumah tangga dinyatakan negatif.

“Setelah mendapatkan hasil tes kami kemudian diskusi dan memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah. Yang saya lakukan selama menjalani isolasi mandiri itu adalah saling menguatkan,” ujarnya.

Kehadiran suami dan anak-anak adalah kekuatan dalam menghadapi ujian pandemi. Karena ia dan suami terpapar Covid-19 kelas ringan.

“Saya tetap melakukan aktivitas, saya berkoordinasi dengan staf saya melalui aplikasi zoom meeting dan pemanfaatan teknologi lainnya,” katanya.

Ia juga membuat grup khusus untuk orang-orang yang terpapar Covid-19.

"Saya berjuang semaksimal mungkin untuk menguatkan mereka, karena saya percaya dalam menghadapi ujian Covid-19 ini yang harus kita jaga adalah imun dan iman kita. Dengan ini maka akan terjaga juga kondisi mental dan psikis kita,” lanjutnya.

Meskipun termasuk dalam kategori ringan, Sri Wahyuningsih segera melakukan isolasi mandiri, menjaga konsumsi makanan serta mengkonsumsi obat dan vitamin.

Ia pun mengimbau masyarakat agar tidak meremehkan Covid-19 sehingga melupakan perilaku hidup bersih dan sehat serta yang terpenting juga tidak menganggap orang-orang yang terpapar Covid-19 dengan sebelah mata.

2. Founder Media Grup sekaligus Komisaris Independen PT Jamkrindo, Muchlas Rowi

Sama seperti Sri Wahyuningsih, Muchlas juga tidak menyangka akan terpapar COVID-19, karena ia sangat ketat terhadap protokol kesehatan.

"Kemana-mana selalu menggunakan masker medis, karena saya tidak terlalu yakin dengan masker kain biasa. Ketika makan di tempat umum saya minta bangku sendiri. Tapi ternyata takdir itu menentukan bahwa saya harus terpapar,” ceritanya.

Muchlas mengatakan saat itu secara mental sudah mulai down dan tinggal menunggu waktu menuju kematian, apalagi istrinya ikut terpapar walaupun termasuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG).

"Namun saya jadi semangat dan optimis ketika istri saya menyemangati saya dengan mengatakan untuk menghadapi cobaan ini bersama-sama. Setelah menyiapkan mental dan berdiskusi, saya dan istri memutuskan untuk isolasi mandiri di rumah. kebetulan profesi istri saya adalah dokter,” jelasnya.

Menurutnya, kunci dalam menghadapi Covid-19 adalah bagaimana mempersiapkan mental, imun dan yakin bahwa Allah itu tidak akan menguji manusia di luar kemampuannya.

“Kita harus yakin terhadap pertolongan Allah, selalu menjaga kesehatan, imun serta iman kita,” pungkasnya.

3. Dr. Ulul Albab, SpOg., Kepala Divisi Internal Organisasi MPPK Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Ulul termasuk orang yang terpapar Covid-19 kelas berat. Namun berhasil sembuh dan dapat menjalankan kehidupan kedua.

“Saya yang sempat menjadi korban terpapar Covid-19 kelas berat selalu menyampaikan kalau kita tidak tahu apakah kita bisa terkena dari mana. Semuanya bisa membawa kepada siapa saja dan semuanya bisa terpapar, bisa jatuh dalam kondisi apa saja akibat Covid-19 ini,” tegasnya.

Ulul terpapar Covid-19 awal Oktober 2020 dan menjalani perawatan selama 22 hari. Selama 14 hari ia dirawat di ruangan ICU, enam hari diinkubasi dan kondisinya ditidurkan.

“Saya terpapar Covid-19 itu pada kondisi yang sangat berat, paru-paru sudah hampir tidak berfungsi lagi. Bahkan mungkin kalau boleh dibilang kasus saya hampir mirip yang dialami oleh pasien Covid-19 yang akhirnya dipanggil oleh yang Maha Kuasa,” kisahnya.

Setelah berjuang melawan Covid-19 kelas berat, Ulul kemudian dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang pada akhir Oktober 2020.

“Alhamdulillah setelah melewati semua proses penyembuhan, akhir November dan awal Desember 2020 kemarin saya melakukan aktivitas kembali seperti biasa. Agar terhindar dari paparan Covid-19 kita harus menjalankan 3 hal penting yaitu aman, imun dan iman,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PENYINTAS COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH