Menuju konten utama
Kupatan

Arti Lebaran Ketupat, Kapan, Berapa Hari, dan Alasan Dirayakan

Arti Lebaran Ketupat, kapan dan berapa hari perayaannya? Apa alasan dirayakannya Lebaran Ketupat?

Arti Lebaran Ketupat, Kapan, Berapa Hari, dan Alasan Dirayakan
warga berebut ketupat dalam festival lebaran ketupat di kecamatan durenan, trenggalek, jawa timur, rabu (13/7). lebaran kupat atau ketupat digelar rutin oleh masyarakat durenan sebagai tradisi turun-temurun setiap h+7 idul fitri 1437 hijriah. antara foto/destyan sujarwoko/ama/16

tirto.id - Apa arti Lebaran Ketupat dalam tradisi masyarakat Jawa? Kapan dan berapa hari perayaannya? Apa alasan dirayakannya tradisi tersebut?

Lebaran Ketupat merupakan tradisi Jawa yang rutin digelar setiap tahun, tepatnya seminggu setelah Idulfitri atau tanggal 8 Syawal. Tahun ini, lebaran ketupat jatuh pada Sabtu, 29 April 2023.

Tradisi tersebut berawal pada masa dakwah Sunan Kalijaga. Beliau membudayakan dua kali bakda, yaitu Bakda Idulfitri dan Bakda Kupat.

Bakda Idulfitri diadakan pada 1 Syawal atau bertepatan dengan Idulfitri, sementara Bakda Kupat digelar seminggu setelahnya. Tradisi tersebut berkembang dan dikenal akrab dengan sebutan Lebaran Ketupat.

Arti Lebaran Ketupat dalam Tradisi Jawa

Lebaran Ketupat, dalam bahasa Jawa, biasanya disebut Kupatan atau Bakda Kupat. Arti tradisi tersebut dapat ditelusuri dari makna katanya terlebih dahulu.

Secara gramatikal, lebaran berasal dari kata lebar yang kemudian diartikan sebagai pintu ampunan yang terbuka lebar.

Lebaran juga diyakini berasal dari kata leburan, yang memiliki makna 'habis' dan 'lebur'. Hal ini merujuk pada konteks Lebaran sebagai momen bermaaf-maafan atau saling meleburkan dosa antar-sesama.

Selain itu, Lebaran juga dipercaya berasal dari istilah laburan 'labor' atau 'kapur'. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air dan pemutih dinding. Maksudnya, saat Lebaran, manusia diharapkan bisa kembali suci lahir dan batin.

Lebaran Ketupat tidak bisa dipisahkan dengan ketupat. Pada dasarnya, ketupat berasal dari bahasa Jawa kupat yang merupakan akronim dari ngaku lepat, artinya 'mengaku salah'. Kata kupat juga diyakini berasal dari kata dasar huffadz 'menjaga'.

Sementara itu, makanan yang disantap, ketupat, juga memiliki makna dan filosofi tersendiri. Ketupat dibuat menggunakan janur.

Dari asal katanya, janur diyakini berasal dari akronim bahasa Arab yakni jannah nur 'cahaya surga'. Itu melambangkan bahwa saat Idulfitri, seorang muslim mendapatkan cahaya dan kembali bersih. Masyarakat juga percaya bahwa janur memiliki kekuatan magis sebagai sarana tolak bala.

Janur tersebut kemudian dianyam sedemikian rupa. Anyaman janur yang cukup rumit tersebut melambangkan bahwa kehidupan manusia senantiasa penuh lika-liku.

Anyaman ini akan membentuk empat sudut yang juga menjadi simbol empat jenis nafsu manusia yaitu nafsu amarah, memuaskan rasa lapar, memiliki suatu yang indah, dan memaksa diri. Orang yang memakan ketupat setelah menunaikan ibadah puasa digambarkan sebagai orang yang mampu mengendalikan keempat nafsu tersebut.

Ketupat diisi dengan beras sebagai lambang harapan tentang kehidupan. Warna isinya yang putih sebagai simbol hati yang bersih di hari yang fitri.

Saat selesai dibuat dan dimasak, ketupat disantap bersama-sama. Hidangan ketupat biasanya dipadukan dengan sayur yang biasanya berbahan dasar santan.

Santan dalam bahasa jawa acap dituturkan dengan sebutan santen yang juga berarti 'pangapunten' atau 'memohon maaf atas kesalahan'.

Alasan Dirayakan Lebaran Ketupat

Menurut Clifford Geertz dalam buku Agama Jawa, Abangan, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa (2013), Kupatan adalah tradisi selamatan kecil yang dilaksanakan pada hari ketujuh bulan Syawal. Tradisi ini umumnya banyak diadakan oleh masyarakat Jawa Abangan.

Tradisi ini diadakan dengan tujuan memperkuat silaturahmi, memberikan jamuan pada kerabat, serta memperkenalkan tradisi kepada generasi muda. Wildan Rijal Amin dalam jurnal berjudul "Kupatan, Tradisi untuk Melestarikan Ajaran Bersedekah, Memperkuat Tali Silaturahmi, dan Memuliakan Tamu" mengambil contoh tradisi Kupatan di daerah Durenan, Trenggalek.

Di sana, Kupatan dirayakan dengan cara membaca ketupat raksasa berkeliling desa. Kemudian, semua orang yang ada saat itu dipersilakan mengunjungi rumah-rumah warga untuk menikmati hidangan ketupat tersebut.

Menurut jurnal yang ditulis oleh Wildan di atas, Kupatan biasanya digelar seminggu pasca-Idulfitri, atau setelah berpuasa sunah Syawal selama 6 hari berturut-turut. Karenanya, perayaan ini bertujuan sebagai penanda selesainya puasa sunah Syawal tersebut.

Alasan dari perayaan Lebaran Ketupat adalah silaturahmi, sedekah, dan memuliakan tamu. Kesemuanya itu berakar dari ajaran Islam tentang berbuat baik kepada sesama.

Baca juga artikel terkait AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Fadli Nasrudin