Menuju konten utama

Arti Kata Muallaf dan Siapa Saja Orang yang Disebut Muallaf

Arti kata "Mualaf" berasal dari bahasa Arab, yaitu sosok yang dilembutkan hatinya untuk memeluk Islam.

Arti Kata Muallaf dan Siapa Saja Orang yang Disebut Muallaf
Deddy Corbuzier (kiri) adalah salah seorang pesohor mualaf yang masuk Islam. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/ama.

tirto.id - Baru-baru ini, Jenderal Andika Perkasa disorot terkait agama dianutnya. Jenderal TNI yang dilantik medio November 2021 itu dikenal sebagai mualaf. Lantas apa itu mualaf dalam Islam dan siapa saja orang yang disebut mualaf?

Sederhananya, mualaf adalah orang dari agama lain yang berpindah keyakinan dan memeluk Islam. Sosok mualaf memiliki pengetahuan Islam yang kurang sehingga ia membutuhkan bimbingan dari keluarga, teman, atau tokoh agama di sekitarnya.

Orang mualaf setidaknya harus mempelajari ajaran-ajaran mendasar dalam agama Islam, misalnya rukun Islam, rukun iman, tata cara ibadah sehari-hari, dan sebagainya.

Secara umum, tren mualaf di Indonesia mencatat angka besar. Dari data Masjid Agung Sunda Kelapa, selama kurun waktu 1993-2011, masjid tersebut sudah menangani 16.178 mualaf.

Selain itu Mualaf Center Indonesia (MCI) juga mencatat bahwa angkat mualaf mengalami peningkatan setahun terakhir, dari sekitar 2.800 menjadi 3.500 dalam setahun.

Perpindahan agama tergolong peristiwa sakral di Indonesia. Terlebih, jika orang mualafnya adalah pesohor, kasusnya pun merebak viral di media sosial atau media massa.

Arti Kata Mualaf dalam Islam

Arti kata "Mualaf" berasal dari bahasa Arab, yaitu sosok yang dilembutkan hatinya. Orang yang berpindah keyakinan mengalami gejolak batin, kemudian hatinya dilembutkan dan diluluhkan untuk memeluk Islam.

Ulama besar asal Mesir, Sayyid Sabiq mendefinisikan mualaf sebagai sosok yang diluluhkan hatinya dalam Islam, serta perlu dikukuhkan keimanannya yang masih lemah karena baru berpindah keyakinan, sebagaimana dikutip dari Kitab Fiqih Sunnah (2009).

Karena itulah, sosok mualaf membutuhkan dukungan sosial yang suportif dari lingkungan sekitarnya. Tokoh agama atau orang yang lebih mengerti Islam berperan penting menjadi sandaran sosok mualaf agar tetap tegar memeluk iman barunya itu.

Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan Rasulullah SAW di masa kenabian adalah memberikan zakat kepada golongan mualaf. Dengan demikian, salah satu golongan yang berhak menerima zakat adalah para mualaf agar hatinya dikuatkan dalam Islam.

Hal itu tergambar dalam firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 60: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mualaf yang dibujuk hatinya [ke dalam Islam] ... " (QS. At-Taubah [9]: 60).

Terkait dosa dan perbuatan tercelanya di masa lalu, semuanya dihapuskan sejak ia memutuskan untuk memeluk Islam. Orang mualaf yang berpindah ke agama Islam, dosa syirik dan kekafirannya di masa silam diampuni oleh Allah SWT.

Hal itu tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi:

"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'," (QS. Az-Zumar [39]: 53).

Sebenarnya, cara memeluk Islam dan menjadi mualaf cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi, konsekuensi keimanan di baliknya amat besar.

Jika seseorang masuk Islam, ia dituntut untuk tunduk dan menjalani secara kafah (menyeluruh) ajaran Islam, yaitu dengan mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Baca juga artikel terkait MUALAF atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom