Menuju konten utama
Ramadhan 2021

Arti Asmaul Husna Al-Mumit, Al-Hayyu, Al-Qoyyum dan Makna Zikirnya

Arti asmaul husna Al-Mumit, arti Al-Hayyu, arti Al-qoyyum, keutamaan zikir asmaul Husna saat malam lailatul qadar.

Arti Asmaul Husna Al-Mumit, Al-Hayyu, Al-Qoyyum dan Makna Zikirnya
Ilustrasi. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/foc.

tirto.id - Ibadah yang dilakukan pada bulan suci Ramadan bernilai pahala besar dan berlipat-lipat di sisi Allah SWT, termasuk mengamalkan zikir Asmaul Husna.

Allah SWT memerintahkan hambanya untuk berdoa dan berzikir dengan menyebut Asmaul Husna, nama-nama Allah SWT yang indah.

Doa yang disertai dengan wasilah Asmaul Husna cenderung mustajab, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-A'raf ayat 180:

“Dan Allah memiliki Asmaul Husna [nama-nama yang terbaik], maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” (Q.S. Al-A’raf [7]: 180).

Para ulama mengumpulkan nama-nama Allah SWT dalam Al-Quran dan merangkumnya dalam 99 Asmaul Husna. Seorang muslim dianjurkan untuk mempelajari, serta mengimani Asmaul Husna ini.

Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat mendengar terkait Asmaul Husna, ia kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:

“Wahai Rasulullah, apakah kami boleh mempelajarinya?” Nabi Muhammad SAW lantas menjawab, “Iya, dianjurkan bagi setiap orang yang mendengarnya [Asmaul Husna] untuk mempelajarinya,” (HR. Ahmad).

Di antara 99 Asmaul Husna tersebut, terdapat tiga nama mulia yang patut dipelajari, diimani, dan disebut ketika berdoa kepada Allah SWT, yaitu Al-Mumiit, Al-Hayyu, dan Al-Qayyum.

Arti Al-Mumiit (Yang Maha Mematikan) dan Maknanya

Seluruh makhluk Allah SWT akan kembali padanya. Semuanya akan musnah, kecuali zat Allah SWT. Dia yang memusnahkan dan mematikan seluruh makhluk-Nya dan seisi alam semesta.

Hal ini tertera dalam surah An-Nisa ayat 78:

"Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, 'Ini dari sisi Allah,' dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, 'Ini dari engkau [Muhammad]'. Katakanlah, 'Semuanya [datang] dari sisi Allah'. Maka mengapa orang-orang itu [orang-orang munafik] hampir-hampir tidak memahami pembicaraan [sedikit pun]?” (QS. An-Nisa [4]: 78)

Dengan meyakini bahwa Allah SWT adalah Al-Mumiit, Yang Maha Mematikan, maka seorang muslim tidak akan terlampau bersedih ketika orang yang disayanginya meninggal. Ia sadar bahwa kematian itu berasal dari Allah SWT.

Karena itulah, terdapat doa khusus yang disunahkan untuk dibaca ketika tertimpa musibah. Isi doa tersebut adalah kerelaan bahwa semua jiwa adalah milik Allah SWT dan Dia yang berhak mematikan makhluknya. Doa tersebut adalah sebagai berikut:

إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها

Bacaan latinnya: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ."

Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”

Arti Al-Hayyu (Yang Maha Hidup) dan Maknanya

Allah SWT adalah Al-Hayyu, zat yang Maha Hidup, mengandung makna bahwa sifat hidup Allah SWT penuh dengan kesempurnaan. Dia tidak didahului oleh siapa pun dan apa pun, tidak akan hancur, tidak mengalami kemusnahan, kekal, dan selamanya hidup.

Kehidupan Allah SWT tidak berawal dan tidak berakhir. Kehidupan-Nya juga tidak seperti hidup makhluk-makhluk yang Dia ciptakan, Dia tidak tidur dan tidak mengantuk.

Hal ini tertera dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 225:

"Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup [Al-Hayyu], Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya [Al-Qayyum], tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar," (QS. Al-Baqarah [2]: 255).

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memohon dengan menyebut Asmaul Husna, termasuk Al-Hayyu, yang juga punya kaitan dengan Al-Qayyum (Yang Maha Mengurus), sebagaimana teladan doa yang dicontohkan Rasulullah SAW sebagai berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيكَ لك الْمَنَّانُ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ

Bacaan latinnya: "Allahumma inni asaluka bianna lakal hamda, laa ilaha illa anta wahdaka laa syarika lakal mannanu badi'as samawaati wal ardhi, yaa dzaljalali wal ikrami, yaa hayuu yaa qayyum"

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, sebab pujian hanya milik-Mu, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau, Yang Maha Memberi, Pencipta langit dan bumi, wahai Yang memíliki keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup [Al-Hayyu], wahai Yang Maha Mengurus [Al-Qayyum].”

Arti Al-Qayyum (Yang Maha Mengurus) dan Maknanya

Al-Qayyum artinya Yang Maha Mengurus dan Maha Menjaga makhluk-makhluknya. Dilansir dari laman Kemendikbud, makna lain dari Al-Qayyum adalah yang Maha Berdiri Sendiri, mandiri dan tak membutuhkan orang lain.

Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT surah Fathir ayat 15:

“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu], Maha Terpuji,” (QS. Fáthir [35]: 15).

Penamaan Allah SWT sebagai Al-Qayyum menunjukkan kesempurnaan kekuasaan dan pengaturan Allah SWT terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Karena kesempurnaan-Nya itulah, seluruh hamba dan makhluk di muka bumi membutuhkan pertolongan Allah.

Seorang muslim yang mengimani nama Allah Al-Qayyum tidak akan menyibukkan diri dengan dunia secara berlebihan karena ia tahun bahwa semesta ini diurus oleh Allah SWT.

Doa dan Zikir pada Malam Lailatulqadar Menggunakan Asmaul Husna

Salah satu malam yang mulia pada Ramadan adalah malam Lailatulqadar. Malam itu, sebagaimana digambarkan dalam surah Al-Qadr ayat 1-5, adalah malam yang lebih utama daripada 1000 bulan.

Seorang muslim yang berdoa di malam itu, doanya mustajab di sisi Allah SWT. Selain itu, barang siapa yang memohon ampun pada malam Lailatulqadar akan diampuni dosa-dosanya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

"Barangsiapa salat pada Lailatulqadar karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau," (H.R. Bukhari).

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mencari malam Lailatulqadar pada 10 hari terakhir Ramadan, sebagaimana sabdanya: "Carilah Lailatul qadar itu pada tanggal ganjil dari 10 hari terakhir bulan Ramadan," (H.R. Bukhari).

Salah satu zikir dan doa yang dianjurkan di malam Lailatulqadar adalah dengan menyertakan Asmaul Husna.

Doa dan zikir dengan Asmaul Husna, termasuk menyebut Al-Mumiit, Al-Hayyu, dan Al-Qayyum memiliki daya mustajab lebih kuat di sisi Allah SWT.

Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Berdoalah dengan menyebutkan nama-Nya yang agung [Asmaul Husna]. Jika ia [hamba] berdoa dengannya pasti dikabulkan, dan jika meminta dengannya pasti akan diberikan,” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Di antara doa Asmaul Husna (Al-Hayyu dan Al-Qayyum) yang dapat dibaca pada malam Lailatulqadar adalah sebagai berikut:

أسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إلَهَ إلاَّ هُوَ، الحَيُّ القَيُّومُ، وَأتُوبُ إلَيهِ

Bacaan latinnya: "Astaghfirullaahalladzii laa ilaaha illaa Huwal Hayyul Qayyuum, wa atuubu ilaih"

Artinya: "Aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia, Yang Maha hidup lagi Maha Mengurus, dan aku bertaubat kepadanya), niscaya akan diampuni baginya meskipun ia menanggung dosa melarikan diri dari medan jihad," (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).

Baca juga artikel terkait ASMAUL HUSNA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi & Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno