Menuju konten utama
14 Agustus 1893

Arogansi Supir Mendorong Munculnya Pelat Nomor & Tes Mengemudi

Mobil cepat menjadi kelaziman di jalanan Eropa karena keunggulannya. Aturan baru dibuat untuk mengantisipasi kekacauan yang ditimbulkannya.

Arogansi Supir Mendorong Munculnya Pelat Nomor & Tes Mengemudi
Header Mozaik Kemunculan pelat nomor kendaraan. tirto.id/Ecun

tirto.id - Sejak menghuni bumi puluhan ribu tahun silam, manusia selalu melakukan mobilitas. Mereka melintasi berbagai lanskap daratan dan mengarungi lautan, meski tak jarang bahaya mengadang langkahnya.

Selama berpergian lalu mendiami wilayah baru, di situlah manusia mendapat pengalaman yang berguna untuk kemajuan dan pengembangan diri.

Dan aspek penting yang menyokong pergerakan itu adalah cara manusia berpindah. Pasalnya, cara berpindah juga turut menentukan perkembangan hidup selanjutnya, kata Collin G. Pooley dalam Mobility, Migration, and Transport (2017).

Berjalan kaki adalah cara tertua dan paling tradisional untuk berpergian. Seiring perkembangan pengetahuan, manusia pun mulai memanfaatkan hewan. Penggunaan kuda atau sapi untuk berkelana selanjutnya menjadi kelaziman.

Penggunaan hewan berlangsung berabad-abad lamanya hingga manusia mendapatinya terlalu lambat. Kala dunia memasuki era industrial di abad ke-18 dan 19, lahirlah moda transportasi bermesin, seperti kapal uap, kereta api, dan mobil.

Teknologi membuat mobilitas manusia makin cepat dan kemudian, tambah Collin, berdampak pada pengembangan ekonomi, pembentukan ketegangan sosial, dan lahirnya kebijakan politik. Salah satu contohnya terjadi di Paris pada 1893 yang menandai titik balik dunia transportasi dan otomotif dunia.

Lahirnya Mobil

Seratus dua puluh empat tahun sebelum peristiwa di Paris itu terjadi—tepatnya pada 1769, insinyur berkebangsaan Prancis Nicolaus Cugnot berhasil menciptakan transportasi baru pengganti kuda.

Cugnot membuat kendaraan yang mampu mengangkut lebih dari dua orang bermodalkan mesin uap temuan Thomas Newcomen dan James Watt. Mesin uap itu ditempatkan pada kerangka besi yang diberi tiga roda sebagai penggerak. Purwarupa Cugnot ini kemudian disepakati sejarawan sebagai mobil pertama di dunia.

Meski banyak kelemahannya, temuan Cugnot menjadi masa depan transportasi masyarakat. Satu hal yang digadang sebagai keunggulannya terkait dengan waktu. Kendaraan Cugnot digadang lebih cepat dibanding kendaraan bertenaga hewan atau manusia.

Dari sini, pengembangan transportasi yang kelak disebut mobil ini dilakukan oleh berbagai ahli. Satu abad kemudian, tepatnya pada 1886, bayangan itu akhirnya terwujud. Karl Benz dari Jerman berhasil menciptakan mobil modern pertama di dunia.

Mobil buatan Benz menyempurnakan purwarupa Cugnot dan ahli lain di bidang otomotif. Benz membuat mobil berbahan dasar bensin lengkap dengan busi, karburator, kopling, dan sebagainya—yang seluruhnya berperan untuk menggerakan mobil.

Mobil Benz bisa dipacu hingga kecepatan 16 km/jam, jauh melampaui kecepatan kendaraan tenaga hewan. Temuan ini, sebagaimana dipaparkan James E. McClellan dan Harold Dorn dalam Science and Technology in World History (2006), membuat dunia memasuki era baru yang disebut “horseless carriage”.

Menimbulkan Masalah

Mobil Benz makin mendunia setelah dipamerkan dalam Paris Exposition Universelle 1889. Sejak itu, mobil menjadi primadona di antara berbagai moda transportasi darat konvensional lainnya.

Mobil dinilai punya banyak keunggulan. Tidak seperti kereta yang jalurnya terbatas, mobil bisa melaju sesuai keinginan pengemudi hingga ke pelosok kota. Yang terpenting, pengendara tidak perlu keluar keringat untuk membuatnya bergerak. Mesin membuat semuanya menjadi mudah.

Lebih dari itu, menurut Diane Bailey dalam How the Automobile Changed History (2015), kepemilikan mobil juga turut mempertinggi citra diri seseorang. Memiliki mobil membuat seseorang lebih terpandang dan memiliki keistimewaan dibanding rakyat lain.

Akibatnya, orang-orang kaya di Eropa, termasuk di Paris, berlomba-lomba membeli mobil hingga membuatnya menjamur di jalanan.

Menurut studi Quentin Deluermoz bertajuk “Rouler à la baguette ? Les agents du service des voitures et la difficile codification des circulations à Paris (1892-1914)” (2010), kepolisian Paris mencatat ada 305 mobil mekanis pada 1891.

Jumlahnya terus mengalami peningkatan di tahun-tahun berikutnya. Pada 1893, misalnya, terdapat 1.672 mobil di Paris.

Mobil membuat mobilitas menjadi lebih cepat. Pertukaran ide dan arus ekonomi pun turut mengalami percepatan. Meski demikian, keberadaan mobil di Paris juga menimbulkan permasalahan.

Jalanan Paris nyatanya belum siap memfasilitasi horseless carriage ini. Lebar jalan, misalnya, terlalu sempit untuk ukuran mobil. Keselamatan pejalan kaki terancam karena trotoar belum dikenal. Rambu-rambu lalu lintas pun belum memadai.

Selain itu, suara mesin mobil membuat bising suasana dan menganggu aktivitas masyarakat. Begitu juga dengan asap knalpotnya.

Infografik Mozaik Kemunculan pelat nomor kendaraan

Infografik Mozaik Kemunculan pelat nomor kendaraan. tirto.id/Ecun

Permasalahan kian parah ketika para supir bertindak arogan. Mereka mengemudi secara ugal-ugalan dengan kecepatan tinggi—saat itu mencapai 30 km/jam. Bahkan mereka juga melintasi jalur yang tidak semestinya hingga membuat kekacauan. Sering juga terjadi kecelakaan, seperti menabrak pohon atau bahkan pejalan kaki.

Ketika mendapat laporan akibat ulah pengemudi mobil, kepolisian pun tidak bisa berbuat banyak. Mereka kesulitan melacak atau menyelidiki pemilik mobil karena tidak ada identitas yang tertera.

Masalah itu kemudian mencetuskan suatu kebijakan politik yang mengatur soal berkendara dengan mobil. Sosok yang menjadi figur dalam memperjuangkan ini adalah Kepala Kepolisian Prefektur Paris Louis Lépine.

Aturan Serbaneka Pertama

Pada 14 Agustus 1893—tepat hari ini 129 tahun lalu, Kepolisian Paris mengeluarkan Paris Police Ordinance. Aturan ini adalah kebijakan serba pertama di dunia untuk sektor otomotif.

Itulah pertama kalinya mobil diharuskan menggunakan plat nomor. Plat nomor itu nantinya berbahan dasar besi, ditempelkan di sisi depan mobil, dan tidak boleh dihalangi. Selanjutnya, tercipta aturan pembatasan kecepatan. Pengemudi dilarang memacu mobilnya di atas kecepatan 12km/jam di jalan raya kota dan 20 km/jam di jalan pedesaan.

Tidak hanya itu, seturut Le Monde, aturan tersebut juga mengharuskan pengemudi mobil mengikuti tes mengemudi. Tes praktik dan teori dimunculkan untuk memeriksa kualitas pengemudi, baik dari segikewaspadaan, ketenangan, dan keterampilan.

Jika berhasil, pengemudi akan mendapat The certificat de capacité de conduit d'un véhicule moteur atau surat izin mengemudi.

Usai diberlakukan di ibu kota, aturan ini kemudian dengan cepat dikenal kota-kota lain. Pemerintah Perancis akhirnya meluaskan cakupan aturan ini untuk lingkup nasional pada 1901.

Perluasan aturan ini kemudian menjadikan Perancis sebagai negara pertama di dunia yang mengharuskan plat nomor, tes mengemudi, dan surat izin mengemudi sebagai prasyarat mengendarai mobil.

Baca juga artikel terkait MOBIL atau tulisan lainnya dari Muhammad Fakhriansyah

tirto.id - Otomotif
Kontributor: Muhammad Fakhriansyah
Penulis: Muhammad Fakhriansyah
Editor: Fadrik Aziz Firdausi