Menuju konten utama

Arab Saudi Tangkap 13 Anggota ISIS yang Diduga Akan Lakukan Teror

Arab Saudi menangkap 13 orang simpatisan ISIS, diduga terkait serangan di kantor pemerintahan yang telah digagalkan.

Arab Saudi Tangkap 13 Anggota ISIS yang Diduga Akan Lakukan Teror
Seorang marinir Filipina menjaga tampilan senjata api, amunisi, seragam dan bendera hitam bergaya ISIS yang ditemukan dari para militan Muslim Selasa, 30 Mei 2017 di kota Marawi, Filipina selatan. AP / Bullit Marquez

tirto.id - Otoritas Arab Saudi menangkap 13 orang sehubungan dengan upaya serangan ISIS di kantor Keamanan Negara bagian utara ibu kota Riyadh. Upaya penyerangan tersebut berhasil digagalkan pada Senin (22/4/2019) subuh, seperti dilansir Aljazeera.

Menurut juru bicara Kantor Keamanan Negara, 13 orang tersebut berkebangsaan Arab Saudi. Penangkapan terjadi satu hari usai pasukan keamanan menggagalkan rencana mereka menyerang fasilitas di Zulfi, sebuah kota kecil sejauh 250 km di sebelah barat laut Riyadh.

Tiga anggota kepolisian terluka dalam pertempuran dengan ISIS tersebut dan empat teroris meninggal.

Pejabat pemerintahan menyebutkan, tempat persembunyian para simpatisan ISIS tersebut telah diubah menjadi gudang persenjataan, produksi bahan peledak, dan sabuk bunuh diri. Ada lima sabuk bunuh diri, empat di antaranya dipakai oleh para militan yang terbunuh, demikian dilaporkan Saudi Embassy.

Petugas menyita bahan peledak dan senjata, yaitu 64 granat, 61 pipa ledeng untuk membuat bom pipa, 3 pressure-cooker untuk meledakkan, dua pistol Kalashnikov, 6 pistol, 11 pisau, empat kantong berisi 74,6kg pupuk organik, bahan baku peledak, bahan kimia, dan set sekrup lengkap dengan pecahan peluru.

Selain itu, polisi juga meringkus benda-benda tambahan seperti laptop, tiga ponsel, set nirkabel, beberapa kartu ATM, dua KTP, kertas permohonan salah seorang pelaku, beberapa pamflet, dan 11 CD-ROM dengan konten terkait dengan organisasi Daesh (bahasa Arab untuk militant ISIS).

Pemerintah Arab Saudi menyebut tindakan ini merupakan pengkhianatan, kebencian yang mengakar, dan kejahatan intrinsik yang menuntun mereka kepada propaganda tidak sehat oleh organisasi gelap yang menyerukan penumpahan darah, kematian orang-orang tidak bersalah, dan penyebaran korupsi.

Pemerintah Arab Saudi bertekad untuk terus melawan tindakan-tindakan semacam ini. Arabian Bussiness menyebut sebelumnya, serangan ISIS juga terjadi pada Minggu (21/4/2019) di wilayah mayoritas Sunni.

Kerajaan yang mayoritas penduduknya memiliki aliran Syiah tersebut mendapat banyak serangan dari para jihadis, termasuk Al-Qaeda dan ISIS yang melawan petugas keamanan negara.

Di tempat berbeda, yaitu di Suriah, ISIS juga melancarkan serangan terhadap tentara yang pro-pemerintah dan perlawanan tersebut menewaskan sekitar 50 tentara gabungan di gurun Provinsi Homs, Suriah.

Hal tersebut menjadi peringatan bagi banyak pihak bahwa ISIS masih belum sepenuhnya hancur. Masih ada sleeper cells atau kantong tidur yang masih menyimpan militan-militan ISIS untuk kembali beraksi jika mereka sudah siap.

Aljazeera mewartakan, di Arab Saudi, kelompok ISIS dan Al-Qaeda mengecam kepemimpinan yang berkawan dengan Barat, pengekspor utama minyak mentah. Mereka menuduh pemerintah menyimpang dari interpretasi ketat Keislaman dan membantu perkembangan dan kepentingan musuh.

Otoritas Arab Saudi terus menghancurkan pemberontakan Al-Qaeda sejak lebih dari satu dekade lalu.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Politik
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra