Menuju konten utama

Apple & Amazon: Perusahaan Senilai $1 Triliun yang Tersangkut Pajak

Apple merupakan perusahaan publik pertama di dunia yang memiliki valuasi menembus $1 triliun, setelahnya ada Amazon yang baru saja menyusul.

Apple & Amazon: Perusahaan Senilai $1 Triliun yang Tersangkut Pajak
CEO Amazon, Jeff Bezos dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia. FOTO/Forbes.com

tirto.id - “Saya paham, ini seperti fiksi sains,” kata Jeff Bezos, pendiri Amazon, satu hari pada Desember 2013 silam.

Bezos ingin menciptakan sistem pengiriman barang berbasis drone atau pesawat tanpa awak. “Tapi, ini bukan fiksi sains,” tambah Bezos. “Sistem ini hanya perlu waktu untuk menjadikannya kenyataan [...] dalam empat atau lima tahun mendatang,” katanya.

Amazon Prime Air, sistem pengiriman barang berbasis drone, kini memang masih dalam tahap ujicoba. Rencana ini hanya satu dari sekian ide liar Bezos dalam membesarkan Amazon. Melalui tangannya, Amazon, yang mula-mula hanya merupakan toko buku online berubah jadi korporasi raksasa.

Pada 4 September 2018, Amazon menyusul Apple, sebagai perusahaan yang memiliki valuasi lebih dari $1 triliun. Angka fantastis valuasi selepas perusahaan e-commerce tersebut mencatatkan nilai per lembar saham sebesar $2.050,5. Saham Amazon terdongkrak karena sentimen kinerja keuangan positif, karena torehan pendapatan Amazon $52,88 miliar di kuartal II-2018.

Jumlah valuasi ini jelas sangat besar, sebagai gambaran saja, valuasi Go-Jek, startup ride-sharing asal Indonesia, berada di angka $5 miliar, artinya valuasi Amazon ialah 200 kali lipat Go-Jek.

Nama mentereng Amazon dengan gelar barunya sebagai "trillion-dollar company" semakin lengkap dengan posisi Bezos posisi teratas dalam daftar orang terkaya sejagat. Ia memiliki kekayaan setara dengan gabungan kekayaan Bill Gates dan Warren E. Buffett, yakni sebesar $164,7 miliar.

Amazon menyusul Apple yang telah lebih dahulu jadi perusahaan bernilai $1 triliun. Pada 2 Agustus 2018, Apple, sebagaimana diwartakan BBC, menjadi perusahaan publik pertama di dunia yang memiliki valuasi $1 triliun. Valuasi itu didapat selepas harga per lembar saham Apple melonjak ke angka $207,39. Andil dari pendapatan sebesar $61,1 miliar yang didapat Apple pada kuartal II-2018.

Capaian $1 triliun merupakan peningkatan 1.100 persen dari nilai valuasi mereka di 2007, tahun di mana Apple meluncurkan iPhone pertama kali. Kala itu, valuasi Apple berada di kisaran $97 miliar. Bagaimana kedua perusahaan itu bisa sukses menjadi perusahaan bernilai $1 triliun?

Infografik Tembus us$1 triliun

Amazon dan Apple Terlilit Pajak

David Streitfeld, penulis di The New York Times, mengungkapkan Amazon jadi perusahaan $1 triliun dengan cara yang "sederhana". Amazon mengambil 49 sen di tiap transaksi e-commerce di Amerika Serikat.” Sebagai e-commerce nomor satu, mereka sukses jadi besar. Sukses Amazon pun terjadi berkat luasnya produk atau layanan yang mereka tawarkan dan terlebih jadi perusahaan yang pertama yang menawarkan produk atau layanan baru ke masyarakat.

“Pada mulanya, Amazon menawarkan cara baru untuk berbelanja buku: online. Maka mereka menawarkan cara baru untuk menjual (Kindle e-book), cara baru untuk mempublikasikan (CreateSpace), cara baru untuk membuat situsweb (Amazon Web Services), cara baru mengirim barang (Amazon Prime), cara baru hiburan di rumah (Alexa),” tulis Streitfeld.

Melansir data Statista, Amazon menguasai 47 persen pangsa pasar retail online di Amerika Serikat. Perolehan itu diprediksi meningkat jadi 50 persen di 2021. Data Statista lain menyebut, pasar e-commerce Amerika Serikat ada di angka $461,5 miliar pada 2018 dan ditaksir jadi $603,3 miliar pada 2021. Fortune, melaporkan rata-rata konsumen Amazon menghabiskan uang sebesar $700 tiap tahun, sementara konsumen yang tergabung dalam kelompok “Amazon Prime” menghabiskan $1.300 per tahun. Menguasai pasar sebesar itu, membuat Amazon cepat jadi perusahaan besar.

Sedangkan, Apple yang menjadi perusahaan $1 triliun punya caranya sendiri. Streitfeld, masih dalam tulisannya di The Times, mengungkap Apple melakukannya dengan “membuat perangkat yang orang-orang rela mengeluarkan banyak uang untuk memilikinya.” Dengan catatan, Apple mematok margin tinggi untuk tiap produk yang mereka jual.

Sebagaimana diberitakan Bloomberg, iPhone X varian kapasitas penyimpanan sebesar 64 gigabyte, hanya membutuhkan dana sebesar $370,25 untuk membuat per unitnya. Artinya, saat Apple menjual smartphone itu seharga $999 di pasaran, Apple hampir untung dua per tiga dari total nilai harga jual. Ada proses nilai tambah yang sangat besar dengan menarik margin yang tebal.

Selain itu, Apple memakai strategi ekosistem tertutup. Produk iPhone, iPad, maupun iPod, merupakan produk-produk “tertutup”, maksudnya setiap aplikasi yang ada di dalamnya harus mendapat restu Apple lebih dahulu. Melansir Forbes, Apple menghasilkan uang sebanyak $11,5 miliar dari App Store, toko aplikasi bagi produk-produk Apple.

Namun, kesuksesan Apple dan Amazon jadi perusahaan $1 triliun punya cela. Ihwal yang paling mencolok adalah trik licik soal pajak yang menerpa keduanya.

Skandal pajak Apple bermula dari strategi mereka memisahkan kantor pengembangan dan operasional. California dijadikan kantor pengembangan, sementara Irlandia jadi basis operasional bisnis Apple. Dipilihnya Irlandia jadi pusat bisnis lantaran “iming-iming” Pemerintah Irlandia yang memberikan keistimewaan Apple, yakni hanya membebankan mereka pajak senilai 1 persen. Padahal secara umum, perusahaan yang beroperasi di Irlandia mesti membayar pajak senilai 12,5 persen.

Atas strategi ini, Apple hanya membayar sedikit pada Irlandia dan “secuil” pada Amerika Serikat. Pada 2011 misalnya, dengan keuntungan $22 miliar, Apple hanya bayar pajak sebesar $2 miliar pada Pemerintah Amerika Serikat, tempat “kantor pengembangan” Apple berada, sedangkan hanya membayar €50 juta pada Pemerintah Irlandia.

Pada 2016, Apple dipaksa membayar €13 miliar oleh otoritas Uni Eropa sebagai “tunggakan pajak yang belum dibayar.”

Cerita yang mirip juga dilakukan oleh Amazon. Kali ini ada kaitannya dengan otoritas di Luxembourg. Dilaporkan CNBC pada 2017, Amazon diperintah otoritas Eropa membayar “pajak yang belum dibayar” sebesar $300 juta. Perintah ini dikeluarkan selepas perusahaan tersebut memperoleh “keuntungan ilegal” dari Luxembourg sejak 2006 hingga 2014.

Bagi Apple dan Amazon, untuk menjadi perusahaan $1 triliun jelas tak mudah dan butuh proses panjang. Namun, di balik itu, Apple dan Amazon sebagai perusahaan besar tak terlepas dari intrik soal perpajakan, demi "mengamankan" uang apa yang mereka sudah raih dan sekaligus menjadi trillion-dollar company.

Baca juga artikel terkait AMAZON atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra