Menuju konten utama

APINDO: Idealnya Bank Indonesia Tetap Menahan Suku Bunga Acuan

Ajib Hamdani memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan di 3,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2022.

APINDO: Idealnya Bank Indonesia Tetap Menahan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuan.

tirto.id - Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi APINDO, Ajib Hamdani memperkirakan, Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan di 3,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2022. Untuk diketahui, RDG bulan ini akan digelar pada 21 September-22 September 2022.

"Sehingga idealnya BI tetap menahan tingkat suku bunga tetap di 3,75. Misalkan pun BI harus menaikkan, maksimal di 25 basis poin. Agar likuiditas tidak terlalu terkontraksi," ujarnya kepada Tirto, Senin (19/9/2022).

Ajib memahami saat ini kodisi perekonomian sedang menghadapi tantangan inflasi. Maka idealnya BI bisa saja menaikkan suku bunga, kalau secara konservatif ingin mengurangi dan mengendalikan inflasi yang terus melambung.

Tetapi kalau dilihat lebih detail, inflasi ini bukan disebabkan karena likuiditas yang berlebih ataupun karena permintaan yang meningkat. Namun inflasi ini disebabkan karena naiknya Harga Pokok Penjualan (HPP), sebagai akibat dari naiknya tarif PPN, naiknya harga BBM dan lain-lain.

"Sehingga idealnya BI tetap menahan tingkat suku bunga," katanya.

Dalam RDG Agustus lalu, bank sentral memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin. Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM non subsidi dan inflasi makanan.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tanggal pada 22 dan 23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG Agustus 2022 lalu.

Selain itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 basis poin menjadi sebesar 3 persen persen dan suku bunga lending facility naik menjadi sebesar 4,5 persen.

Komite Perizinan Badan Pertimbangan Organisasi (BPO) DPP Real Estate Indonesia (REI), Adri Istambul Lingga Gayo mengungkapkan, sektor properti masih akan menghadapi sejumlah tantangan berat di masa depan.

Pemicu utama adalah saat pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan ke level 3,75 persen. Kedua hal ini akan menjadi musuh sektor properti karena dapat menggerus daya beli masyarakat.

“Untuk KPR komersil sekarang ini, untuk 3 bulan pertama ini memang suku bunga kan belum terasa impactnya terhadap suku bunga KPR ya, tapi dengan adanya inflasi ataupun stagflasi yang terjadi di AS ini kan mungkin akan berimbas ke Indonesia," ujar dia kepada Tirto, Senin (19/9/2022).

"Kenaikan suku bunga The Fed di AS sekarang sudah menjurus ke stagflasi tentunya akan merembet ke Asia dan Indonesia tentunya. Bagaimana BI sekarang juga otomatis akan menaikkan suku bunga, bank-bank sekarang kan sudah mulai menaikkan suku bunga minimumnya. Ini tentu akan ber-impact terhadap suku bunga KPR,” sambungnya.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA ACUAN BI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang