Menuju konten utama

Apakah Tamiflu Efektif untuk Obati Pasien Corona COVID-19?

Perawatan pasien virus corona COVID-19 didasarkan pada jenis perawatan yang diberikan untuk influenza.

Apakah Tamiflu Efektif untuk Obati Pasien Corona COVID-19?
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Penyakit pernapasan COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona telah menyebar ke setiap benua kecuali Antartika. Tidak terlalu lama setelah virus pertama kali ditemukan pada akhir Desember, laboratorium mulai mengembangkan pengobatan untuk corona.

Namun, hingga saat ini, belum ada obat untuk virus corona ini, dan perawatan didasarkan pada jenis perawatan yang diberikan untuk influenza (flu musiman) dan penyakit pernapasan parah lainnya, yang dikenal sebagai "perawatan suportif," menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Perawatan ini pada dasarnya mengobati gejala, yang dalam kasus COVID-19 yaitu demam, batuk dan sesak napas. Dalam kasus-kasus ringan, pasien akan diminta untuk istirahat dan mengonsumsi obat penurun demam seperti acetaminophen (Tylenol).

Di rumah sakit, dokter dan perawat kadang-kadang merawat pasien COVID-19 dengan obat antivirus oseltamivir, atau Tamiflu, yang tampaknya menekan reproduksi virus setidaknya dalam beberapa kasus.

Virolog Michigan Tech Ebenezer Tumban mengatakan kepada Live Science, Tamiflu dirancang untuk menargetkan enzim pada virus influenza, bukan pada virus corona.

Diwartakan Vox, dokter di Thailand melaporkan keberhasilan dalam mengobati pasien menggunakan kombinasi obat HIV bersama oseltamivir, obat yang dijual dengan nama merek Tamiflu untuk mengobati influenza.

Meski begitu, obat antivirus Tamiflu (oseltamivir) tidak efektif melawan COVID-19. Tamiflu digunakan untuk mengobati influenza, demikian dikutip dari International SOS. Tidak semua pasien coronavirus COVID-19 bisa diobati dengan Tamiflu.

Perawatan untuk Pasien Corona COVID-19

Saat ini tidak ada vaksin untuk melawan COVID-19. Antibiotik juga tidak efektif karena COVID-19 adalah infeksi virus dan bukan bakteri.

Jika gejala Anda lebih parah, perawatan suportif dapat diberikan oleh dokter Anda atau di rumah sakit. Jenis perawatan ini mungkin melibatkan:

1. cairan untuk mengurangi risiko dehidrasi

2. obat untuk mengurangi demam

3. oksigen tambahan dalam kasus yang lebih parah

Orang yang mengalami kesulitan bernapas sendiri karena COVID-19 mungkin memerlukan respirator.

Vaksin dan pilihan pengobatan untuk COVID-19 saat ini sedang diselidiki di seluruh dunia. Ada beberapa bukti bahwa obat-obatan tertentu memiliki potensi untuk menjadi efektif berkenaan dengan mencegah penyakit atau mengobati gejala-gejala COVID-19.

Berikut adalah beberapa opsi perawatan yang saat ini sedang diselidiki untuk perlindungan terhadap virus corona baru dan pengobatan gejala COVID-19, seperti dikutip dari Healthline.

1. Remdesivir

Remdesivir adalah obat antivirus yang awalnya dirancang untuk menargetkan Ebola. Para peneliti telah menemukan bahwa remdesivir sangat efektif untuk memerangi virus corona baru dalam sel yang terisolasi.

Perawatan ini belum disetujui pada manusia, tetapi dua uji klinis untuk obat ini telah dilaksanakan di Cina. Satu uji klinis baru-baru ini juga disetujui oleh FDA di Amerika Serikat.

2. Chloroquine

Chloroquine adalah obat yang digunakan untuk memerangi penyakit malaria dan autoimun. Sudah digunakan selama lebih dari 70 tahun dan dianggap aman.

Para peneliti telah menemukan bahwa obat ini efektif memerangi virus SARS-CoV-2 dalam penelitian yang dilakukan di tabung reaksi. Para ahli melihat potensi penggunaan klorokuin sebagai opsi untuk memerangi virus corona baru.

3. Lopinavir dan ritonavir

Lopinavir dan ritonavir dijual dengan nama Kaletra dan dirancang untuk mengobati HIV. Di Korea Selatan, seorang pria berusia 54 tahun diberi kombinasi kedua obat ini dan mengalami pengurangan yang signifikan.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mungkin ada manfaat menggunakan Kaletra dalam kombinasi dengan obat lain.

4. APN01

Sebuah uji klinis akan segera dimulai di Cina untuk memeriksa potensi obat yang disebut APN01 untuk melawan virus corona baru.

Para ilmuwan yang pertama kali mengembangkan APN01 pada awal 2000-an menemukan bahwa protein tertentu yang disebut ACE2 terlibat dalam infeksi SARS. Protein ini juga membantu melindungi paru-paru dari cedera akibat gangguan pernapasan.

Dari penelitian terbaru, ternyata coronavirus 2019, seperti SARS, juga menggunakan protein ACE2 untuk menginfeksi sel pada manusia.

5. Favilavir

Cina telah menyetujui penggunaan obat antivirus favilavir untuk mengobati gejala COVID-19. Obat ini awalnya dikembangkan untuk mengobati peradangan di hidung dan tenggorokan.

Meskipun hasil penelitian belum dirilis, obat tersebut telah terbukti efektif dalam mengobati gejala COVID-19 dalam uji klinis 70 orang.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH