Menuju konten utama

Apakah Surat Arahan dari Ical Isyarat Dukungan untuk Bamsoet?

Peneliti CSIS menilai surat arahan dari Ical belum cukup untuk memperkuat posisi Bamsoet dalam pemilihan Ketua Umum Golkar.

Apakah Surat Arahan dari Ical Isyarat Dukungan untuk Bamsoet?
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto didampingi Ketua DPR Bambang Soesatyo dan Ketua Fraksi Golkar DPR Melchias Marcus Mekeng menyampaikan paparan dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/9/2018). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

tirto.id - Surat arahan Aburizal Bakrie selaku Ketua Dewan Pembina Golkar yang ditujukan kepada Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto tersebar ke publik. Salah satu arahannya adalah mendesak evaluasi menyeluruh sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban dan kinerja DPP dalam Musyawarah Nasional (Munas).

Surat arahan ini dianggap penting oleh Ketua DPR Bambang Soesatyo. Dia menafsirkan Aburizal alias Ical ingin Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga dievaluasi.

"Poin penting dari Wanbin: Perlunya DPP Golkar melakukan evaluasi menyeluruh dan menyelenggarakan segera Rapat Pleno untuk segera menentukan jadwal Rapimnas," kata Bamsoet kepada wartawan, Kamis (4/7/2019).

Bamsoet sendiri sudah menyatakan diri mengincar kursi Ketua Umum Golkar dari Airlangga. Dia mengaku sudah mendapat dukungan dari sejumlah DPD Golkar. Pernyataan Bamsoet di atas jadi dapat dimengerti dalam konteks berebut kursi Golkar 1 ini.

Namun bagi anggota Dewan Pembina Golkar, Fahmi Idris, tafsir bahwa Dewan Pembina meminta percepatan pelaksanaan munas, apalagi mengganti Airlangga, keliru. Ia mengatakan Dewan Pembina hanya memberikan arahan biasa.

"Tidak. Tidak ada hubungannya dengan itu (dukungan Dewan Pembina untuk mengganti Airlangga)," kata Fahmi kepada reporter Tirto, Kamis (5/7/2019).

Ketua Koordinator Bidang Kepartaian DPP Golkar, Ibnu Mundzir, juga mengatakan surat yang ditandatangani Ical bukan untuk meminta evaluasi terhadap kepemimpinan Airlangga sebagai ketua umum. Ibnu menjelaskan surat itu hanya meminta evaluasi kegiatan dan program seperti Pilpres dan Pileg 2019.

Dan arahan tersebut tidak berarti pertanda ketidakpuasan Dewan Pembina pada kepemimpinan Airlangga.

"Itu hanya evaluasi yang memberikan gambaran saja bagaimana program dan kegiatan yang sudah terlaksana. Kan ada Pilpres dan Pileg 2019 kemarin. Apa kurang-lebihnya, apa positif-negatifnya, kan harus ada evaluasi," kata Ibnu saat dikonfirmasi reporter Tirto, Kamis (4/7/2019).

Ical dan JK Belum Tentu Menangkan Bamsoet

Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandez menilai surat arahan dari Ical memang belum cukup untuk memperkuat posisi Bamsoet dalam pemilihan Ketua Umum Golkar. Ia mengatakan hingga saat ini Ical belum tegas memberikan dukungan terhadap Bamsoet.

"Tidak mudah membaca posisi elite Golkar. Mereka bisa mudah mengalihkan dukungannya. Saya rasa dia tidak akan terbuka juga menyatakan dukungannya," kata Arya kepada reporter Tirto.

Kendati di belakang Bamsoet ada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang merestuinya menjadi Ketua DPR, namun menurut Arya modal itu belum cukup. Selain itu, tambah dia, faksi di Golkar cukup banyak termasuk Akbar Tandjung dan Agung Laksono.

"Ical akan segera mencari posisi aman, di tengah. Atau bisa jadi dia akan menggunakan strategi dua kaki. Bangun komunikasi dengan Airlangga dan dengan Bamsoet," ujarnya.

Menurut Arya, Ical tentu punya loyalis sendiri di Golkar. Arya mengatakan Ical tidak mungkin merisikokan semuanya dengan hanya mendukung satu pihak, misalnya Bamsoet.

"Belum tentu juga kalau JK dan Ical dukung Bamsoet lalu menang," tambahnya.

Arya mengatakan pihak yang mungkin bisa membantu Bamsoet adalah dukungan dari DPD Tingkat II Golkar yang mencapai 514. Dukungan tersebut cukup bagi Bamsoet untuk melawan Airlangga yang didukung 34 DPD tingkat I.

Di sisi lain, Arya menilai Airlangga saat ini punya keuntungan sebagai Ketua Umum Golkar dan dekat dengan kekuasaan karena menjabat sebagai menterinya Joko Widodo.

"Itu langkah bagus ketika Airlangga bertemu Jokowi itu menunjukkan dia punya power," kata dia.

Namun, menurut Arya, kelemahan Airlangga yakni diisukan tidak akrab dengan DPD tingkat II. Ia mengatakan hal ini berbahaya bagi posisi Airlangga.

"Karena dukungan DPD II kan lebih masif," tegasnya.

Baca juga artikel terkait PARTAI GOLKAR atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Gilang Ramadhan