Menuju konten utama
Periksa Data Kampanye

Apakah Gaji Guru Tinggi Bisa Perbaiki Kualitas Pendidikan?

Ada beragam faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan.

Apakah Gaji Guru Tinggi Bisa Perbaiki Kualitas Pendidikan?
Header Periksa Data Benarkah Peningkatan Kesejahteraan Guru Tidak Sejalan dengan Kualitas Pendidikan. tirto.id/Quita

tirto.id - Mardani Ali Sera, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, mengklaim gaji guru akan naik menjadi Rp20 juta bila pasangan tersebut menang di Pilpres 2019. Menurutnya, ini cara satu-satunya membenahi kualitas pendidikan.

Klaim seperti ini tidak bisa sembarangan diajukan, sebab jumlah PNS guru di Indonesia paling banyak dibandingkan profesi PNS lainnya. Berdasarkan Pemetaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2018 yang dilakukan oleh World Bank (PDF), sebanyak 26,43% PNS nasional berprofesi sebagai guru. Sementara di daerah, ada 63,87% guru yang menjadi PNS.

Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengalokasikan 25,1% atau Rp9,99 triliun untuk guru dan tenaga kependidikan pada APBN 2017. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, usulan menyangkut kenaikan anggaran perlu kajian komprehensif, seperti jumlah guru, kebutuhan anggaran, serta sumber dana.

Pada APBN 2018 (PDF), khususnya Dana Transfer Khusus (DAK), pemerintah menganggarkan Rp58,3 Triliun untuk Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah, naik sebesar Rp2,7 Triliun dari 2017. Ada Rp2,1 Triliun Tunjangan Khusus Guru PNS Daerah di Daerah Khusus dan Rp1,0 Triliun yang dianggarkan sebagai Tambahan Penghasilan Guru PNS Daerah. Anggaran tersebut ditujukan pada 1,5 juta lebih guru di seluruh Indonesia.

Sayangnya, tidak ada rincian mengenai kriteria pemberian tunjangan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk menerima tunjangan tersebut.

Anggaran dan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Apakah peningkatan kesejahteraan guru sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan? Berdasarkan penelitian yang dilakukan Research in Improving System of Education (RISE) Indonesia, hanya sedikit inisiatif kebijakan atau program yang berkaitan dengan perbaikan kualitas guru sekolah dasar dan menengah pertama. Kurang dari 1 persen dari total sekitar 500 kabupaten dan kota di Indonesia yang teridentifikasi memiliki kebijakan atau program tersebut.

Ketika dikonfirmasi Tirto, peneliti RISE dari SMERU Research Institute, Luhur Bima, mengatakan hanya sekitar 9% kebijakan pemerintah daerah yang ditujukan untuk perbaikan kemampuan mengajar dan pengetahuan guru. Beberapa kebijakan, misalnya, menyisihkan 4% dari tunjangan sertifikasi untuk mengikuti training, forum-forum guru yang diadakan di daerah, dan kerjasama pemerintah daerah dengan universitas untuk memberikan training bagi guru.

Rentang Usia Guru

Tentu banyak faktor yang memengaruhi kinerja guru, usia salah satunya. Berdasarkan Pemetaan PNS 2018 oleh World Bank, ada 29,40 persen guru yang akan pensiun dalam waktu 5 tahun. Jumlah tersebut terus meningkat dan dalam 20 tahun, akan ada 81,70 persen guru yang pensiun.

Infografik Periksa Data Kesejahteraan Guru

Ada kemungkinan kinerja guru mandek atau stagnan disebabkan faktor usia. Banyak dari guru di usia tersebut sulit beradaptasi dengan kurikulum pendidikan yang dinamis dan teknologi internet.

Berdasarkan data Kemendikbud, memang banyak jumlah guru dan kepala sekolah yang mendekati masa usia pensiun atau berusia 50-59 tahun, terutama di jenjang SD dan SMP. Sementara di jenjang SMA dan SMK, guru paling banyak berusia 20-29 tahun.

Infografik Periksa Data Kesejahteraan Guru

Selain itu, data Kemendikbud juga menunjukkan sebagian kecil guru yang aktif yang berusia lebih dari 60 tahun. Performa masing-masing guru tentu berbeda, tapi tidak tertutup kemungkinan adanya penurunan stamina apabila guru senior tersebut diberi beban mengajar yang tinggi.

Selain memperhatikan faktor usia, kita juga perlu melihat rasio guru terhadap siswa. Tidak sedikit guru yang harus mengajar siswa yang jumlahnya melebihi rata-rata nasional. Di tiap jenjang pendidikan, setidaknya ada 5 provinsi dengan rasio guru kurang dari rata-rata nasional.

Infografik Periksa Data Kesejahteraan Guru

Rasio guru dan siswa berarti jumlah siswa yang diajar oleh seorang guru di kelas. Di Papua misalnya, pada jenjang SD, seorang guru harus mengajar 28 siswa, ketika idealnya guru SD hanya mengajar 17 siswa. Selain itu, di jenjang SD, Jawa Barat merupakan daerah kedua dengan rasio guru dan siswa lebih rendah dibanding rata-rata nasional.

Insentif untuk Guru

Pembahasan lebih komprehensif mengenai kualitas dan kesejahteraan guru juga dibahas dalam penelitian yang dilakukan Varkey Foundation, University of Sussex, dan National Institute of Economic and Social Research (NIESR). Laporan berjudul Global Teacher Status (GTS) Index 2018 (PDF) itu memaparkan hubungan antara status guru di masyarakat dan hasilnya terhadap pendidikan.

Status guru dinilai berdasarkan perbandingan antara profesi guru sekolah dasar dan sekolah menengah terhadap profesi lainnya, bagaimana profesi guru dikomparasi dengan profesi sosial sejenis, dan pemeringkatan penghargaan terhadap guru di mata siswa memandang profesi guru.

Hal ini juga menentukan apakah seseorang akan memilih profesi ini di suatu negara, bagaimana mereka akan dihormati, dan dihargai secara finansial. Kesemua hal tersebut berdampak pada cara mengajar dan menyampaikan ilmu pengetahuan pada siswa.

Cina memiliki indeks GTSI maksimal, yaitu 100, tapi gaji guru juga di Cina tidak terlalu besar, hanya USD 12.210 dalam setahun. Sementara skor PISA Cina menempati peringkat ke-7 dari 29 negara sampel studi.

Di sisi lain, Indonesia yang berada di posisi ketiga dengan indeks 62,10 dan gaji guru yang lebih besar dari Cina, masih memiliki skor PISA yang rendah dibanding negara-negara lain di Asia, yakni peringkat 27 dari 29 negara.

Narasi bahwa kesejahteraan guru mempengaruhi kualitas pendidikan tampaknya berlaku di Taiwan dan Korea. Penghormatan dan gaji yang cukup tinggi mempengaruhi rangking PISA.

Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar yaitu membaca, matematika dan sains.

Infografik Periksa Data Kesejahteraan Guru

Evaluasi Sistem Pendidikan

Ada beragam faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan. Singapura dan Jepang berada pada peringkat pertama dan kedua skor PISA, tetapi nilai indeks GTS relatif rendah dibandingkan Indonesia. Di sisi lain, kedua negara tersebut memberikan apresiasi honor yang tinggi kepada guru. Hal ini berbeda dengan Cina misalnya, yang indeks GTS-nya tinggi, tetapi apresiasi honornya relatif rendah, tapi memiliki peringkat PISA yang tinggi.

Beragamnya faktor yang memengaruhi keberhasilan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan menunjukkan pentingnya keseimbangan antara peningkatan kesejahteraan guru dan elemen lainnya seperti seperti standar pendidikan, tingkat kemampuan siswa, dan peningkatan kualitas guru lewat pelatihan dan training.

Yang juga penting dilakukan adalah perbedaan treatment terhadap guru di berbagai kelompok umur. Indonesia memiliki banyak guru yang akan memasuki usia pensiun. Perbedaan pelatihan sangat penting untuk meningkatkan performa mengajar dan memberi beban belajar yang berbeda sesuai usia guru.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Maulida Sri Handayani