Menuju konten utama

Apa yang Dirasakan Penderita ADHD & Bagaimana Cara Melawannya?

Apa yang dirasakan anak penderita ADHD dan bagaimana cara melawan serta mengobatinya?

Apa yang Dirasakan Penderita ADHD & Bagaimana Cara Melawannya?
ilustrasi hiperaktif. FOTo/iStockphoto

tirto.id - Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol diri.

Penyakit ini biasanya didiagnosis pada masa anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada orang dewasa.

Dilansir laman Psychiatry, diperkirakan sebanyak 2,5 persen populasi orang dewasa di dunia mengalaminya.

Beberapa orang dewasa menderita ADHD tetapi tidak pernah didiagnosis. Gejalanya dapat menyebabkan kesulitan di tempat kerja, di rumah, hingga saat bersosialisasi.

Gejala ADHD pada orang dewasa mungkin terlihat berbeda, misalnya, hiperaktif mungkin muncul sebagai kegelisahan yang ekstrem. Gejala bisa menjadi lebih parah ketika tuntutan masa dewasa meningkat.

Banyak penelitian mengungkapkan ADHD sering komorbiditas dengan beberapa gangguan kejiwaan seperti gangguan perilaku, ketidakmampuan belajar, depresi, dan gangguan kecemasan.

Gejala yang Dirasakan Penderita ADHD

Ada tiga jenis utama ADHD, yaitu Predominantly inattentive presentation, Predominantly hyperactive/impulsive presentation, dan Combined presentation. Berikut penjelasannya

1. Predominantly inattentive presentation

Gejala ADHD pada orang dewasa (individu usia 17 tahun atau lebih) biasanya terjadi pada jenis ADHD Predominantly presentation, diantaranya:

  • Tidak memperhatikan detail atau membuat kesalahan ceroboh di sekolah atau tugas pekerjaan.
  • Memiliki masalah untuk tetap fokus pada tugas atau aktivitas, seperti saat kuliah, percakapan, atau membaca panjang.
  • Sepertinya tidak mendengarkan saat diajak bicara (yaitu, sepertinya berada di tempat lain).
  • Tidak mengikuti instruksi dan tidak menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan rumah atau tugas pekerjaan (mungkin memulai tugas tetapi dengan cepat kehilangan fokus).
  • Memiliki masalah dalam mengatur tugas dan pekerjaan (misalnya, tidak mengatur waktu dengan baik; memiliki pekerjaan yang berantakan dan tidak teratur; melewatkan tenggat waktu).
2. Predominantly hyperactive/impulsive presentation

Gejala ADHD pada orang dewasa (individu usia 17 tahun atau lebih) biasanya terjadi pada jenis ADHD fase ini, diantaranya:

  • Gelisah dengan atau mengetuk tangan atau kaki, atau menggeliat di tempat duduk.
  • Tidak bisa tetap duduk (di kelas, tempat kerja).
  • Berlari atau memanjat di tempat yang tidak pantas.
  • Tidak dapat bermain atau melakukan aktivitas santai dengan tenang.
  • Selalu "bergerak", seolah-olah digerakkan oleh motor.
  • Terlalu banyak bicara.
  • Melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai (misalnya mungkin menyelesaikan kalimat orang, tidak sabar untuk berbicara dalam percakapan).
  • Mengalami kesulitan menunggu giliran, seperti saat mengantri.
3. Combined presentation

Gejala ADHD pada orang dewasa (individu usia 17 tahun atau lebih) di fase ini didiagnosis ketika kedua kriteria untuk tipe Predominantly inattentive presentation dan Predominantly hyperactive/impulsive presentation terpenuhi.

ADHD juga dapat muncul bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan pemberontak oposisi atau gangguan perilaku, gangguan kecemasan, dan gangguan belajar.

Oleh karena itu Pasien dengan gejala ADHD dan depresi tidak bisa ditangani sendiri, perlu perhatian khusus dari psikiater agar bisa mendiagnosa secara tepat dan objektif.

Tes ADHD

Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap ADHD atau tidak, dapat dilakukan tes diagnosa dengan menggunakan sistem BDI.

Sistem BDI merupakan metode penelitian psikologi yang terdiri dari 21 pertanyaan tentang perasaan pengidap depresi.

Namun hal tersebut perlu dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan overdiagnosis jika kemungkinan dari gangguan depresi dan comorbid ADHD. Hal ini dapat memperparah gangguan depresi dan kecemasan.

Hingga saat ini belum ada penelitian yang mendukung bahwa ADHD disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan, terlalu banyak menonton televisi, pola asuh, atau faktor sosial dan lingkungan seperti kemiskinan atau kekacauan keluarga.

Pengobatan Bagi Penderita ADHD

Langkah pengobatan tergantung pada tingkat gejala dari pasien. Pengobatan pada ADHD bisa menggunakan terapi pengobatan (farmakologi) maupun tanpa pengobatan (non farmakologi).

Salah satu jenis obat-obatan yang direkomendasikan adalah stimulan. Stimulan merupakan obat untuk penderita ADHD yang paling banyak digunakan, karena obat ini dapat bekerja dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah obat stimulan methylphenidate dan amphetamine sulphate dan obat non stimulan seperti atomoxetine.

Terapi non farmakologi dilakukan dengan mengombinasikan terapi perilaku dan terapi kognitif.

Tujuan dari kedua terapi tersebut adalah untuk mengubah pola pikir dan respons pengidap, sehingga memiliki mindset positif.

Baca juga artikel terkait ADHD atau tulisan lainnya dari Ruhma Syifwatul Jinan

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ruhma Syifwatul Jinan
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Dhita Koesno