Menuju konten utama

Apa yang Dimaksud Revolusi Bumi dan Akibatnya bagi Kehidupan Bumi?

Berikut ini pengertian revolusi bumi dan akibatnya bagi kehidupan di bumi.

Apa yang Dimaksud Revolusi Bumi dan Akibatnya bagi Kehidupan Bumi?
Ilustrasi revolusi bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Revolusi bumi dalam ilmu geografi diartikan sebagai suatu peristiwa bumi bergerak mengelilingi matahari. Lantas, apa akibat dari perputaran bumi mengelilingi matahari tersebut?

Dalam satu kali revolusi bumi, waktu yang dibutuhkan untuk bisa mengelilinginya adalah 3651/4 hari atau 365,25 hari atau kita menyebutnya 1 tahun.

Satu kali revolusi bumi dapat juga disebut sebagai kala revolusi. Bumi melakukan revolusi untuk mengelilingi matahari sambil melakukan putaran rotasi di lintasan atau orbitnya.

Bentuk jalur lintasan bumi dalam melakukan revolusi itu adalah elips sehingga jalur orbitnya dinamakan ekliptika. Arah bumi saat melakukan revolusi adalah berlawanan jarum jam.

Orbit bumi berbeda dengan planet lain disebabkan masing-masing planet punya bidang orbit tersendiri.

Saat mengelilingi matahari, posisi bumi berada dalam kondisi miring 23,5 derajat terhadap garis tegak lurus ekliptika.

Akibat gerak revolusi bumi dan posisi bumi tersebut, terjadi beberapa peristiwa alam yang dirasakan oleh manusia dan penghuni planet bumi.

Dampak Revolusi Bumi bagi Kehidupan Penduduk

Berikut ini beberapa dampak revolusi bumi bagi kehidupan penduduk di dalamnya:

1. Gerak semu tahunan matahari

Gerak semu matahari dapat diamati dari arah terbit dan tenggelamnya yang selalu bergeser sedikit demi sedikit setiap hari.

Arah geseran matahari terbit adalah dari atas garis khatulistiwa sampai garis balik utara dan garis balik selatan.

Disebut sebagai gerak semu matahari karena sebenarnya yang bergerak bukan matahari melainkan bumi yang bergerak dengan rotasi miring.

Gerak semu ini berupa pergeseran posisi matahari ke arah belahan bumi utara (22 Desember-21 Juni) dan pergeseran posisi matahari dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan (21 Juni-21 Desember).

2. Perubahan musim

Daerah tropis hanya memiliki dua musim yakni kemarau dan penghujan, sementara wilayah sub-tropis memiliki empat musim yaitu musim semi, musim hujan, musim panas dan musim gugur. Musim-musim tersebut berulang dalam jangka waktu 1 tahun.

Berdasarkan buku Geografi (2020) yang ditulis Fitri Sekar Lestari, wilayah sub-tropis atau belahan bumi bagian utara dan bagian selatan mengalami musim yang berbeda karena intensitas penyinaran matahari ke bagian tersebut juga berbeda.

Jika belahan utara mendapat sinar matahari lebih banyak, masuklah musim semi. Sementara itu, belahan bumi selatan mendapat sinar matahari lebih sedikit akan masuk musim gugur. Demikian pula sebaliknya hingga masuk musim dingin serta musim panas.

3. Perbedaan lama waktu siang dan malam

Peristiwa revolusi bumi dengan posisi kemiringan sumbu bumi pada bidang ekliptika membuat panjang waktu siang dan malam berbeda di belahan bumi selatan dan utara.

Mulai 23 September hingga 22 Desember waktu siang di bumi bagian utara lebih singkat dibanding bagian bumi selatan karena posisi kutub utara lebih dekat kepada matahari.

Kondisi tersebut berbeda dengan wilayah khatulistiwa yang panjang waktu siang dan malamnya hampir selalu sama atau tak banyak berbeda.

4. Perubahan penampakan rasi bintang

Saat malam hari, tampak susunan bintang-bintang di langit, yang jika diamati akan membentuk pola-pola tertentu. Pola bintang tersebut disebut rasi bintang.

Ketika bumi berputar arah timur matahari, kita akan melihat susunan bintang yang ada di sebelah timur matahari.

Jika bumi bergerak ke barat matahari, yang terlihat adalah bintang-bintang di sebelah barat yang pola-pola susunannya berbeda dari sebelah timur.

Karena itulah, kenampakan rasi bintang berbeda-beda. Nama rasi bintang yang ada saat ini adalah Aquarius, Pisces, Gemini, Scorpio, Leo, dan lain sebagainya.

5. Penentuan kalender masehi

Lama waktu revolusi bumi dalam setahun adalah 365,25 hari. Untuk membulatkan waktu yang 0,25 atau ¼ hari itu, maka setiap 4 tahun sekali ditambahkan 1 hari sehingga jumlah harinya menjadi 366 atau disebut tahun kabisat. Penambahan hari dilakukan di bulan Februari menjadi 29 hari.

Baca juga artikel terkait REVOLUSI BUMI atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Abdul Hadi