Menuju konten utama
IPS Geografi

Apa yang Dimaksud dengan Garis Khatulistiwa?

Garis khatulistiwa adalah garis lintang dengan nilai 0 derajat yang membagi bumi menjadi dua bagian, yaitu belahan bumi utara dan belahan bumi selatan.

Apa yang Dimaksud dengan Garis Khatulistiwa?
Ilustrasi bumi. Getty Images/IStockphoto

tirto.id - Pada peta atau globe terdapat garis-garis saling bersilangan hingga membentuk koordinat. Garis astronomis ini adalah garis-garis khayal untuk menentukan posisi tempat di bumi.

Garis astronomis terdiri atas garis lurus (vertikal) disebut dengan garis lintang sedangkan garis melingkar (horizontal) adalah garis busur.

Garis khatulistiwa adalah garis lintang dengan nilai 0 derajat yang membagi bumi menjadi dua bagian, yaitu belahan bumi utara dan belahan bumi selatan. Secara etimologi, khatulistiwa berasal dari bahasa Arab, yakni “khatt” yang berarti garis dan “al-istiwa” yang artinya sejajar.

Garis khatulistiwa melewati 13 negara, yaitu Ekuador, Kolombia, Brasil, Sao Tome & Principe, Gabon, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Kenya, Somalia, Maladewa, Kiribati, dan Indonesia.

Dikutip dari situs National Geographic, diameter bumi akan lebih besar saat berada di garis khatulistiwa, yakni 43 kilometer lebih besar dibanding diameter bumi di wilayah kutub. Diameter bumi di wilayah khatulistiwa sebanyak 12.756 kilometer, sedangkan di kutub diameter bumi sekitar 12.714 kilometer.

Fenomena diameter yang lebih lebar di khatulistiwa dibandingkan di tempat lain disebut dengan equatorial bulge. Equatorial bulge terjadi karena rotasi bumi. Wilayah dengan garis lintang yang besar akan memiliki waktu rotasi yang lebih lambat karena daerah dengan diameter lebih besar, yakni wilayah khatulistiwa, harus bergerak lebih cepat untuk dapat menyelesaikan waktu rotasi yang sama.

Di khatulistiwa, kecepatan rotasinya mencapai 1.670 kilometer per jam. Hal ini berbanding terbalik dengan daerah kutub dengan garis lintang 90 derajat yang melakukan rotasi hampir mendekati nol per jam.

Penduduk yang tinggal di wilayah khatulistiwa akan mengalami durasi siang dan malam yang hampir sama, yakni 12 jam. Bahkan, pada tanggal 21 Maret dan 23 September wilayah khatulistiwa akan mengalami ekuinoks, yakni peristiwa saat pusat matahari berada di bidang yang sama dengan khatulistiwa dan menghasilkan durasi siang dan malam yang sama.

Dikutip dari situs Sciencing, wilayah yang berada di garis khatulistiwa umumnya berhawa panas. Hal ini karena beberapa alasan, yakni sebagai berikut:

Pertama, letak astronomis khatulistiwa yang berada di 15 derajat utara dan 15 derajat selatan yang menyebabkan khatulistiwa berada dalam suhu rata-rata di atas 18 derajat celsius.

Kedua, tingkat lengkungan bumi yang relatif kecil sehingga khatulistiwa dapat menyerap energi matahari yang lebih besar.

Ketiga, sumbu bumi miring sekitar 23,5 derajat dari posisi vertikal relatif terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari yang mengakibatkan khatulistiwa dapat menerima cahaya matahari secara konsisten dibandingkan kutub yang menerima cahaya matahari dalam jumlah yang bervariatif.

Walau demikian, tidak semua wilayah khatulistiwa berhawa panas. Gunung Kilimanjaro di Tanzania, misalnya, justru bercuaca kering dengan iklim yang sejuk khas pegunungan. Sementara itu, Gunung Atacama di Chili malah terdiri atas gurun pasir dengan curah hujan yang rendah.

Baca juga artikel terkait KHATULISTIWA atau tulisan lainnya dari Fatimatuzzahro

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Fatimatuzzahro
Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Ibnu Azis