Menuju konten utama
Pendidikan Jasmani & Kesehatan

Apa Saja Fase Gerak Spesifik Jalan Cepat: Topang Tunggal dan Ganda

Gerak spesifik jalan cepat terdiri dari dua gerakan, yaitu fase topang tunggal dan fase topang ganda.

Apa Saja Fase Gerak Spesifik Jalan Cepat: Topang Tunggal dan Ganda
Sejumlah Atlet Jalan Cepat Putra melintas di refreshment station dalam ajang Jalan Cepat 20 km Asian Games ke-28 Tahun 2018 di ruas jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (29/8/2018). ANTARA FOTO/INASGOC/Adi Wijaya/mes/18.

tirto.id - Gerak spesifik jalan cepat terdiri dari dua gerakan, yaitu fase topang tunggal dan fase topang ganda. Sementara fase aktivitas teknik jalan cepat dibagi menjadi empat bagian.

Empat bagian itu ialah fase tumpuan dua kaki, fase tarikan, fase relaksasi, dan fase dorongan. Secara eksplisit, olahraga jalan cepat merupakan cabang olahraga atletik. Fokusnya terletak pada disiplin dan presisi langkah kaki.

Caranya dilakukan dengan membuat gerakan ke depan tanpa hubungan yang terputus di atas tanah.

Dalam modul PJOK SMA Kelas X (2020) dituliskan bahwa ketika melangkah maka kaki depan harus menyentuh tanah sebelum kaki bagian belakang meninggalkan tanah.

Kemudian, saat melangkah dengan satu kaki maka kaki harus berada di tanah. Gerakan kaki itu juga dibarengi dengan gerakan lurus dan lutut tidak bengkok, lalu tumpuan kaki berada dalam keadaan posisi tegak lurus.

Umumnya ketika dilombakan, maka olahraga jalan cepat akan menggunakan nomor-nomor berikut.

  1. Putra : 20 dan 50 km
  2. Putri : 10 dan 10 km

Sejarah Singkat Olahraga Jalan Cepat

Olahraga jalan cepat termasuk dalam cabang olahraga atletik. Olahraga atletik disebut sebagai cabang olahraga yang paling tua dan sering disebut dengan "ibu atau induk" dari semua cabang olahraga.

Sebab, gerakan atletik sudah tercermin pada kehidupan manusia purba. Mengingat jalan, lari, lompat, dan lempar secara tidak sadar sudah dilakukan agar bisa beradaptasi.

Bahkan, mereka menggunakannya untuk menyelamatkan diri dari gangguan alam sekitarnya.

Pada tahun 390 SM pembinaan suatu bangsa dipusatkan pada peningkatan kekuatan fisik mengutamakan pertumbuhan menuju bentuk tubuh yang harmonis dan serasi.

Hal itu dilakukan melalui perpaduan kegiatan gymnastik, gramaika, dan musika. Kendati begitu, olahraga jalan cepat seringkali sulit dibedakan dengan olahraga lari.

Sementara itu, olahraga jalan cepat sudah tumbuh sejak tahun 1867 di London. Kemudian, olahraga ini mulai dilombakan pada tahun 1912. Kala itu, jalan cepat 10 km diselenggarakan di lintasan salah satu nomor Olimpiade.

Pada tahun 1956, olahraga jalan cepat mulai dipertandingkan dalam Olimpiade. Lalu, pada tahun 1976 tercantum nomor jalan cepat 20 km.

Namun, pada Olimpiade tahun 1980 di Mokswa, jalan cepat 50 km dicantumkan lagi dalam nomor perlombaan. Hingga akhirnya, tidak sedikit negara yang tertarik dengan olahraga jalan cepat.

Di Indonesia, perlombaan jalan cepat mulai digunakan sebagai nomor yang diperlombakan pada 1978 di kejuaraan nasional atletik. Jarak yang diperlombakan untuk wanita; 5 km dan 10 km, sementara untuk pria; 10 km dan 20 km.

Fase Gerak Spesifik Jalan Cepat

Olahraga jalan cepat yang ideal dilakukan dengan gerak spesifik, berikut ini adalah fase gerak spesifik jalan cepat seperti yang dilansir dari buku PJOK SMP Kelas VIII (2018).

1. Fase Topang Tunggal

Fase topang tunggal merupakan fase persiapan untuk melakukan percepatan dan penempatan kaki dari tungkai yang bebas. Pada fase ini dapat dilakukan dua cara, yaitu:

a. Gerak Spesifik Topang Depan

Gerak spesifik topang depan dilakukan dengan cara menempatkan kaki depan aktif dengan gerak penyiapan ke belakang, lakukan fase penambahan sesingkat mungkin, lutut tungkai depan diluruskan, tungkai ayun melewati tungkai topang depan dengan lutut. Lalu, tungkai bawah dipertahankan tetap rendah.

b. Gerak Spesifik Topang Belakang

Gerak spesifik topang belakang dilakukan dengan cara tungkai topang tetap lurus, tungkai topang tetap diluruskan selama mungkin.

Lalu, kaki dari tungkai topang mengarah ke depan dan menggulir sepanjang sisi luar telapak kaki sampai ujung jari kaki.

Selanjutnya, tungkai bebas melintasi tungkai topang dengan lutut dan tungkai bawah dipertahankan agar tetap rendah. Terakhir, kaki depan diletakkan.

2. Fase Topang Ganda

Fase topang ganda dilakukan dengan cara mempertahankan kontak dengan tubuh setiap saat, prinsip dasarnya adalah sebagai berikut:

  1. Kaki depan mendarat dengan lembut pada tumit sedangkan kaki belakang posisi tumit diangkat;
  2. Kedua lengan berayun secara bergantian.

Fase-fase Aktivitas Teknik Jalan Cepat

Adapun, fase aktivitas teknik jalan cepat dibagi menjadi empat fase, yaitu:

1. Fase Tumpuan Dua Kaki

Fase gerakan tumpuan dua kaki ini dilakukan dengan sangat singkat. Pada saat kedua kaki menyentuh tanah, pada saat itu pula berakhir dorongan yang diikuti oleh gerakan tarikan. Tarikan ini lebih lama dan menyebabkan gerakan berlawanan pada bahu dan pinggul.

2. Fase Tarikan

Fase gerakan tarikan dimulai usai gerakan terdahulu selesai. Gerakan ini dilakukan oleh kaki depan akibat kerja tumit dan koordinasi semua bagian badan. Gerakan ini selesai jika badan berada di atas kaki penopang.

3. Fase Relaksasi

Tahap ini barada antara selesainya fase tarikan dan awal dari fase dorongan kaki. Pinggang ada pada bidang yang sama dengan bahu. Lengan vertikal dan paralel di samping badan.

4. Fase Dorongan

Fase ini dilakukan jika fase terdahulu selesai dan bila titik pusat gravitasi badan mengambil alih kaki tumpu. Kaki yang baru saja menyelesaikan tarikan mulai mengambil alih gerakan dorongan. Lalu, kaki yang lain bergerak maju dan diluruskan.

Jangkauan gerak yang lebar di mana pinggang berada pada sisi yang sama, maju searah, memungkinkan suatu leksibilitas yang besar dan memberi kaki dorong waktu yang lebih lama bekerja dengan meluruskan pergelangan kaki.

Selanjutnya, lengan melakukan fungsi pengimbangan secara diametris atau wajar dan berlawanan dengan kaki.

Baca juga artikel terkait JALAN CEPAT atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Maria Ulfa