Menuju konten utama

Apa Itu Unsur Intrinsik, Unsur Ekstrinsik dalam Cerpen dan Novel

Pengkajian karya sastra dapat ditelaah melalui unsur intrinsik dan unsur ektrinsik. Berikut penjelasannya.

Apa Itu Unsur Intrinsik, Unsur Ekstrinsik dalam Cerpen dan Novel
Ilustrasi Buku. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan situasi yang cenderung subjektif oleh pengarang. Pengkajian karya sastra seperti cerpen dan novel dapat ditelaah melalui dua unsur tersebut.

Ahli pendidikan bahasa dan sastra dari Universitas Negeri Yogyakarta, Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa novel dipahami sebagai karya fiksi yang cenderung menawarkan dunia ideal, dunia imajinatif yang dibangun berdasarkan unsur intrinsiknya.

Melansir dari Buku Bahasa Indonesia II milik Mokhamad Irman, Tri Wahyu Prastowo, Nurdin, novel ataupun cerpen juga termasuk bentuk dari narasi.

Narasi merupakan cerita yang didasarkan pada urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta tentang riwayat seseorang, riwayat hidup yang ditulis sendiri, ataupun pengalaman. Narasi tersebut disebut narasi ekspositoris.

Narasi juga bisa berisi cerita fiksi atau rekaan. Bentuk dari narasi tersebut dikenal dengan nama narasi imajinatif.

Dengan begitu, novel ataupun cerpen tidak hanya berisi cerita fiksi saja, tetapi juga bisa berisi fakta.

Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik dalam Novel dan Cerpen

1. Unsur Intrinsik dalam novel dan cerpen

Unsur intrinsik dalam novel ataupun cerpen merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Kepaduan antar berbagai unsur tersebut, akhirnya membangun inti cerita.

Tema

Menurut Nurgiyantoro dalam modul 3 Ceritaku Ceritamu, tema merupakan makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Karya sastra yang baik, merupakan karya sastra yang memiliki makna. Tema juga dapat dipahami sebagai gagasan pokok dalam sebuah cerita.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh dalam novel ataupun cerpen, tidak terbatas dalam wujud manusia saja, tetapi juga bisa berwujud hewan ataupun benda.

Tokoh dibedakan dalam beberapa sifat di antaranya, tokoh protagonis atau tokoh dengan sifat positif. Kemudian, tokoh antagonis atau tokoh dengan sifat negatif.

Lalu, tokoh tritagonis yang merupakan tokoh dengan sifat penengah atau netral. Sementara penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Penokohan terdiri dari karakter tokoh, yang terdiri dari watak, dan ciri fisik tokoh.

Latar

Latar meliputi, tempat, waktu, maupun keadaan yang menimbulkan terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut, terjadi pada suatu waktu dan tempat tertentu.

Menurut akademisi Sastra Indonesia, Panuti Sudjiman, secara sederhana latar cerita dapat dikatakan sebagai keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam novel ataupun cerpen.

Latar dibagi menjadi dua jenis, yaitu latar fisik dan spiritual. Latar fisik terdiri dari latar waktu dan tempat. Contoh latar tempat adalah nama kota, desa, jalan, sungai, dan sebagainya. Sementara contoh waktu adalah, tahun, tanggal, pagi, siang, malam, dan sebagainya.

Sedangkan latar spiritual dalam novel ataupun cerpen berwujud berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat tersebut. Latar spiritual disebut juga dengan latar sosial.

Alur

Alur atau plot menjadi kerangka dasar suatu tindakan yang bertalian satu sama lain dalam sebuah cerita novel ataupun cerpen. Umumnya, plot novel ataupun cerpen tidaklah sederhana karena pengarang menyusunnya berdasarkan kaitan sebab akibat.

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa menjalin suatu cerita. Menurut Buku Bahasa Indonesia berjudul Ceritaku Ceritamu, alur dibedakan menjadi tiga hal. Tiga hal tersebut adalah, alur maju, mundur, dan campuran.

Alur maju disebut juga dengan alur progresif. Dengan menggunakan jenis alur tersebut, pengarang akan menyajikan cerita secara berurutan mulai dari tahap perkenalan hingga tahap penyelesaian.

Alur mundur merupakan proses cerita yang tidak urut. Alur mundur disebut juga dengan alur regresif. Biasanya, pengarang akan menceritakan kisah mulai dari konflik lalu penyelesaian. Kemudian, pengarang akan menceritakan kembali latar belakang timbulnya konflik.

Sementara alur campuran atau gabungan adalah alur yang terdiri dari alur maju, dan alur mundur.

Infografik SC Intrinsik Ekstrinsik dalam Cerita

Infografik SC Intrinsik/Ekstrinsik dalam Cerita. tirto.id/Sabit

Sudut Pandang

Sudut pandang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam cerita. Pengarang akan mengklasifikasikan pencerita atau tokoh yang menyampaikan cerita, melalui sudut pandang orang pertama, maupun sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata “aku”. Sementara sudut pandang orang ketiga menggunakan kata “dia”.

Sudut pandang orang pertama dapat muncul sebagai pelaku utama, maupun pelaku sampingan. Sudut pandang orang pertama pelaku utama, mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang dialaminya.

Sementara sudut pandang orang pertama pelaku sampingan hadir dalam cerita hanya untuk membawa cerita kepada pembaca.

Kemudian, tokoh cerita yang dikisahkan akan dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya di sana. Tokoh yang dibiarkan itulah, yang akan menjadi tokoh utama.

Tokoh utama umumnya akan banyak tampil untuk membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya.

Amanat

Amanat merupakan pesan moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Amanat dapat disampaikan secara implisit ataupun eksplisit.

Secara implisit berarti, amanat sifatnya tersirat atau tidak langsung. Biasanya, pembaca dapat mengambil amanat cerita dari, tingkah laku tokoh menjelang cerita pada novel ataupun cerpen berakhir.

Sementara amanah yang bersifat eksplisit berarti pengarang di tengah ataupun akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, ujaran, larangan, dan sebagainya secara langsung.

Sehingga, pembaca tidak perlu menganalisis lagi amanat cerita dalam novel ataupun cerpen yang sebenarnya.

2. Unsur Ekstrinsik dalam Novel dan Cerpen

Unsur ekstrinsik merupakan situasi yang cenderung subjektif oleh pengarang. Dalam hal ini, pengarang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang akan diutarakan dalam novel ataupun cerpen.

Menurut kritikus sastra Rene Wellek dan Austin Warren unsur ekstrinsik dalam novel ataupun cerpen dibedakan ke dalam empat hal, di antaranya:

  • Mengkaji hubungan antara sastra dengan biografi atau psikologi pengarang. Itu berarti, latar belakang kehidupan pengarang atau kejiwaannya akan mempengaruhi proses penciptaan novel ataupun cerpen. Unsur ekstrinsik sebuah karya sastra juga ditentukan dari latar belakang masyarakat yang meliputi ideologi negara, kondisi politik, sosial, dan ekonomi.
  • Mengkaji hubungan sastra dengan aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Aspek tersebut akan mempengaruhi cerita dalam novel ataupun cerpen.
  • Mengkaji hubungan antara sastra dengan hasil-hasil pemikiran manusia, ideologi, filsafat, pengetahuan, dan teknologi.
  • Mengkaji hubungan antara sastra dengan semangat zaman, atmosfir atau iklim aktual tertentu. Unsur ekstrinsik sebuah karya sastra bergantung pada pengarang menceritakan karya itu.

Baca juga artikel terkait UNSUR INTRINSIK atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto