Menuju konten utama

Apa itu Tanah Longsor: Pengertian, Jenis-jenis, & Proses Terjadinya

Ada 6 jenis tanah longsor dan 7 ciri kawasan yang rawan bencana alam ini. Berikut ini pengertian tanah longsor dan proses terjadinya.

Apa itu Tanah Longsor: Pengertian, Jenis-jenis, & Proses Terjadinya
Ilustrasi Tanah Longsor. foto/Istcophoto

tirto.id - Tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia selain gempa bumi, banjir, kekeringan, dan angin topan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendefinisikan tanah longsor sebagai salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, yang menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.

Sementara merujuk sumber lain, pengertian tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, ataupun campuran material-material tersebut, yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Proses Terjadinya Tanah Longsor

Lantas, bagaimana proses terjadinya tanah longsor? Peristiwa tanah longsor dapat terjadi apabila air yang meresap ke dalam tanah menyebabkan bobot tanah bertambah, kemudian menembus sampai ke bidang gelincir, hingga menyebabkannya bergerak keluar lereng.

Apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan maka terjadilah longsor.

Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan, demikian dikutip dari laman BPBD DIY.

Bencana tanah longsor sering muncul di musim hujan, setelah musim kering yang menyebabkan permukaan tanah retak dan berpori. Saat tanah retak, maka air hujan makin mudah meresap ke bagian dalam tanah, membuat kandungan air dalam tanah menjadi jenuh.

Air yang terakumulasi di dasar lereng memicu gerakan lateral, sehingga mudah bergerak menuruni lereng.

Namun, jika ada banyak pohon maka tanah tidak mudah bergerak longsor. Maka itu, penghijauan di daerah perbukitan, pegunungan dan sekitar lereng penting dilakukan.

Jenis-Jenis Tanah Longsor & Ciri-Ciri Area Rawan Longsor

Agar dapat lebih waspada terhadap jatuhnya korban baik jiwa maupun harta, maka ada baiknya kita mengenali ciri-ciri daerah yang rentan mengalami tanah longsor. Selain itu, untuk mengenali kerawanan bencana ini, jenis-jenis tanah longsor juga perlu diketahui.

Berikut ini ciri-ciri kawasan rawan bencana tanah longsor:

  • Umumnya tanah longsor terjadi di wilayah perbukitan dan lereng gunung dengan kemiringan 20 derajat.
  • Lapisan tanah di bagian atas lereng tebal
  • Lahan gundul tidak ada pepohonan, sehingga lereng terbuka
  • Terdapat retakan tanah di atas lereng dan tebing
  • Sistem saluran air yang buruk di daerah lereng
  • Ada mata air atau rembesan di tebing, dan didahului oleh longsoran kecil
  • Adanya bangunan di bagian atas tebing yang menyebabkan beban berlebihan.

Jenis-jenis tanah longsor yang umum terjadi setidaknya 6, yakni:

  • Longsoran Translasi: gerakan massa tanah dan batuan di tebing dengan bidang gelincir rata atau bergelombang landai.
  • Longsorang Rotasi: gerakan massa tanah dan batuan pada bidang gelincir cekung
  • Pergerakan Blok (longsoran translasi blok batu): perpindahan batuan pada bidang gelincir rata atau lurus.
  • Runtuhan batu: batuan atau material yang bergerak ke bawah dengan jatuh bebas. Biasanya terjadi di lereng terjal, seperti yang ada di daerah pantai.
  • Rayapan tanah: jenis tanah longsor yang lamban bergerak dan lama. Biasanya dapat diamati saat pohon atau rumah mulai miring atau retak perlahan ke arah bawah.
  • Aliran bahan rombakan: massa tanah bergerak didorong oleh air, sehingga kecepatan longsor tergantung pada volume air, tekanan air, dan seberapa miring lerengnya. Dapat diamati pada daerah aliran sungai di sekitar gunung merapi, saat berlangsung longsoran lahar dingin.

Adapun cara mengurangi risiko tanah longsor ialah sebagai berikut:

  • Tidak membangun rumah atau vila di lereng gunung, sehingga beban tanah di wilayah tersebut bertambah.
  • Tidak membuat sawah atau kolam di atas lereng karena air mudah meresap dan menimbulkan retakan di lereng.
  • Tidak membuat rumah di daerah bawah tebing atau lereng, untuk menghindari korban jiwa saat sewaktu-waktu terjadi longsor.
  • Tidak menebang pohon secara membabi buta di sekitar wilayah lereng, agar akar pepohonan dapat mengikat tanah dan mencegah longsor.
  • Menanami daerah lereng gunung dan bukit yang gundul dengan pepohonan, agar tidak terjadi erosi tanah apabila hujan datang.
  • Membuat terasering atau sistem tanah bertingkat jika harus menanam padi di lereng bukit. Terasering akan memperlambat aliran air dan tanah saat hujan.

Baca juga artikel terkait TANAH LONGSOR atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis