Menuju konten utama

Apa Itu Penyakit ADHD, Arti Singkatan, dan Cara Menanganinya

Arti ADHD yang viral di media sosial, apakah bisa sembuh?

Apa Itu Penyakit ADHD, Arti Singkatan, dan Cara Menanganinya
Ilustrasi Anak hiperaktif. foto/istockphoto

tirto.id - Belum lama ini jagat media sosial tengah dihebohkan dengan beredarnya sebuah video viral yang menjelaskan tentang gejala terhadap seseorang yang mengidap penyakit ADHD.

Penyakit ini disebut-sebut kerap diderita anak-anak. Lantas, apa itu ADHD, apakah hanya menyerang anak-anak dan dapat disembuhkan?

Dalam sebuah video viral yang tersebar luas di media sosial terlihat seseorang yang menjelaskan bagaimana pengidap ADHD dalam berperilaku.

Di video tersebut terlihat ketika seseorang itu sedang beraktivitas, maka secara tidak sadar maupun disadari akan menunjukan gerakan berlebih, atau tidak normal seperti orang biasanya.

Melansir cdc.gov, ADHD adalah kepanjangan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau merupakan salah satu gangguan perkembangan saraf yang biasa menyerang anak-anak. Akan tetapi, penyakit ADHD ini disebut juga bisa terbawa terus hingga anak tersebut beranjak dewasa.

Dalam hal ini, penyakit ADHD pada anak yang akan menampilkan sikap sulit untuk fokus, hiperaktif dan impulsif, bisa dikatakan normal seperti perilaku anak pada umumnya. Namun, anak pengidap ADHD bisa menunjukan gejala yang berlanjut hingga mempengaruhi siklus kesehariannya di lingkungan.

Sejauh ini, para ilmuwan belum menemukan pasti dari penyebab dan faktor risiko ADHD. Akan tetapi, ADHD diidentifikasi disebabkan oleh genetik.

Menurut Psikiatri dari New York, Stephen Faraone, menyebutkan bahwa hampir 90 persen pengidap ADHD disebabkan oleh faktor genetik. Artinya, keluarga berpeluang besar dapat menurunkan ADHD ini.

Selain genetika, para ilmuwan juga menemukan beberapa spekulasi yang memungkinkan seorang anak terserang ADHD, yakni seperti cedera otak, penggunaan alkohol dan tembakau semasa kehamilan, kelahiran prematur, dan berat badan pada saat lahir terbilang rendah.

Lebih dari itu, faktor lingkungan juga memiliki kontribusi pemicu ADHD. Penyakit ini disebut akan semakin menonjol ketika sejumlah faktor penyebab seperti gen dan lingkungan terbukti menjadi pendorong ADHD pada anak.

Menurut pandangan dunia medis, ADHD biasanya pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak. Anak-anak pengidap ADHD berkemungkinan akan mengalami kesulitan dalam konsentrasi, memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif, hingga memiliki keaktifan yang berlebih.

Gejala umum ADHD yang menyerang anak-anak biasanya para pengidap cenderung banyak melamun, sering lupa, gelisah, banyak berbicara, mudah terdistraksi, hingga sulit untuk bergaul dengan orang lain.

Diagnosis ADHD

Dalam hal ini, belum ada kesimpulan pasti yang menjadi penunjang bahwa seseorang itu mengidap ADHD. Namun, untuk mendiagnosis ADHD pada anak maupun orang dewasa, seseorang dapat memeriksakannya secara medis, dimana akan ada indikasi setelah dilakukan sejumlah tes seperti tes pendengaran dan penglihatan, serta beberapa faktor eksternal dan internal yang berkemungkinan dapat mempengaruhinya.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), merekomendasikan agar penyedia layanan kesehatan agar menanyakan kepada orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya yang merawat anak terindikasi ADHD terkait perilakunya pada saat berada di rumah, sekolah, dan pada saat bersama teman sebayanya.

Mengutip kidshealth.org, ketika orang tua merasa anaknya mengidap ADHD, maka harus membuat perjanjian terlebih dahulu dengan penyedia layanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan secara intensif sebelum menyimpulkan bahwa anak tersebut memang mengidap ADHD.

Dalam hal ini, penyedia layanan kesehatan biasanya akan melakukan tes berupa menganalisis perilaku anak tersebut terkait keaktifan dan perilakunya di lingkungan sekitar.

Maka dari itu, penyakit ADHD ini tidak bisa diindikasi secara otodidak, sebab beberapa perilaku yang ditunjukkannya bisa saja menjadi suatu hal yang alamiah dan normal meski mendekati tanda-tanda pengidap ADHD.

Apakah ADHD Dapat Diobati?

ADHD pada dasarnya bisa saja diobati dengan catatan seorang anak maupun dewasa harus mendapatkan perawatan secara medis.

Menurut ahli, terdapat beberapa faktor yang dapat meminimalisir atau mengobati ADHD, diantaranya:

Obat

Obat tertentu diklaim dapat mengobati masalah yang dihadapi pengidap ADHD seperti susah fokus atau konsentrasi. Melalui rekomendasi obat yang diberikan, terdapat indikasi adanya kemungkinan bisa mengaktifkan kemampuan otak untuk memperhatikan, memperlambat, serta mengontrol diri agar tidak bertindak berlebihan.

Terapi Perilaku

Terapis ini dipercaya dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan perencanaan yang tertinggal yang biasanya sulit dilakukan oleh para pengidap ADHD.

Pembinaan Orang Tua

Orang tua yang menyumbang genetik pada anaknya, memiliki peran penting dalam pengobatan ADHD. Terutama dalam hal membina anak-anaknya.

Melalui pelatihan, orang tua dapat mempelajari cara terbaik untuk menanggapi masalah perilaku yang merupakan bagian dari ADHD.

Selain itu, peran orang tua juga dalam memberikan perhatian sangatlah penting bagi anak pengidap ADHD. Terutama dalam hal memberikan kehangatan bagi anak agar dapat membantu pemulihan maupun penyembuhan ADHD.

Dukungan Sekolah

Selain orang tua, guru di sekolah juga memiliki peran penting sama seperti orang tuanya. Anak-anak pengidap ADHD biasanya akan mengalami kesulitan atau kemunduran dalam hal akademik. Dalam hal ini, guru berperan membantu anak-anak pengidap ADHD agar meningkatkan akademik hingga berprestasi serta dapat lebih menikmati sekolah.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra