Menuju konten utama

Apa Itu Konsep Interaksi Sosial dalam Sosiologi?

Hubungan antar manusia dan fenomena sosial di masyarakat dipelajari dalam ilmu Sosiologi.

Apa Itu Konsep Interaksi Sosial dalam Sosiologi?
Ilustrasi Sosiologi. foto/Istockphoto

tirto.id - Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara individu. Atau, bisa juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok tertentu. Hubungan ini pasti terjadi dan akan terus berlangsung sepanjang masa, sebab menusia sebagai pelaku interaksi merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri.

Manusia ditakdirkan untuk hidup secara berkelompok, sehingga dalam praktiknya mereka membutuhkan peran orang lain agar aktivitas hidup dapat berjalan dengan baik. Serangkaian proses sosial yang harus dijalani tersebut terjadi berkat adanya interaksi sosial.

Dengan interaksi sosial, manusia dapat saling mengenal dan menjalankan perannya masing-masing. Mereka juga dapat membentuk tatanan dan struktur sosial di masyarakat berdasarkan kebutuhan sosialisasinya.

Hal ini sejalan dengan pendapat sosiolog asal Amerika Edwin Sutherland, yang merumuskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan dinamis yang saling mempengaruhi, sehingga menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku partisipannya.

Jika hubungan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan tertentu manusia, maka akan mendorong terbentuknya organisasi, institusi maupun birokrasi terkait di masyarakat. Dengan kata lain, interaksi sosial memicu manusia untuk membuat aturan dan mengatur sistem di tempat mereka hidup.

Konsep Interaksi Sosial dalam Sosiologi

Hubungan antar manusia dan fenomena sosial di masyarakat itu dipelajari dalam ilmu Sosiologi. Dalam konsep Sosiologi interaksi sosial dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas individu/manusia yang mampu mempengaruhi tindakan atau kepribadian setiap orang.

Menurut ahli sosiologi abad ke-19, George Herbert Mead, interaksi sosial dapat terjadi karena adanya penggunaan simbol-simbol bermakna dan bahasa di antara manusia. Pendapat Mead ini dikenal sebagai teori interaksionisme simbolik.

Dalam teori interaksionisme simbolik, simbol-simbol yang digunakan harus memiliki makna sama, agar memicu terjadinya proses interaksi sosial antar individu. Apabila makna simbol berbeda, maka proses interaksi sosial dapat terkendala dan bahkan mungkin tidak dapat terjadi.

Sementara itu, Erving Goffman mengibaratkan interaksi sosial layaknya pertunjukkan seni yang memiliki dua kehidupan, yakni backstage (belakang panggung) dan frontstage (depan panggung).

Maksudnya, ketika bersosialisasi manusia memiliki pola interaksi yang berbeda tergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Misal, seseorang dapat menjadi murid teladan ketika di sekolah dan anak yang rajin saat tiba di rumah.

Syarat dan Bentuk Interaksi Sosial

Suatu interaksi sosial bisa terjadi apabila telah memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat tersebut antara lain kontak sosial dan komunikasi.

1. Kontak Sosial (social contact)

Kontak sosial adalah proses bertemunya dua orang atau lebih dalam satu waktu, baik secara fisik maupun menggunakan alat/media. Kontak fisik ini dapat terjadi antar individu, kelompok maupun antar individu dengan kelompok.

Berdasarkan sifatnya, kontak sosial terbagi menjadi primer dan sekunder. Kontak sosial primer terjadi secara langsung dengan bertatap muka, sedangkan sekunder melalui alat/media perantara seperti smartphone.

Hasil dari kontak sosial ini dapat berupa hal negatif dan positif. Kontak sosial negatif mengarah pada pertentangan dan permusuhan, sedangkan kontak positif berupa sikap kerjasama dan gotong royong.

2. Komunikasi (communication)

Komunikasi ialah proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Komunikasi dapat dikatakan sempurna apabila memenuhi syarat berikut:

  • Ada pengirim pesan (sender);
  • Terdapat isi pesan (message);
  • Ada penerima pesan (receiver);
  • Ada media atau alat untuk menyampaiakn pesan (channel);
  • Ada umpan balik dari pesan tersebut (feedback), umpan balik ini dapat berupa rasa terkejut atau pemahaman dan rasa puas terhadap isi pesan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial terbagi menjadi beberapa bentuk. Pertama, asosiatif yaitu bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sikap kerja sama, akomodasi (toleransi, kompromi, ajudikasi, dan mediasi), akulturasi maupun asimilasi.

Kedua adalah bentuk interaksi disosiatif yang mengakibatkan terjadinya persaingan, kontravensi dan konflik. Ketiga hal tersebut dapat terjadi apabila beberapa pihak dari kelompok interaksi memilih jalan kekerasan/ancaman untuk meraih tujuannya.

Baca juga artikel terkait INTERAKSI SOSIAL atau tulisan lainnya dari Dewi Rukmini

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Dewi Rukmini
Penulis: Dewi Rukmini
Editor: Alexander Haryanto