Menuju konten utama

Apa Itu Hipospadia, Penyakit Aprilia Manganang: Gejala & Penyebab

Mengenal apa itu Hipospadia adalah kondisi bawaan (cacat lahir), penyakit Aprilia Manganang.

Apa Itu Hipospadia, Penyakit Aprilia Manganang: Gejala & Penyebab
Pebola voli Indonesia Aprilia Manganang melepaskan smash dalam pertandingan babak penyisihan grup A bola voli putri Asian Games 2018 melawan Thailand di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Senin (27/8/2018). ANTARA FOTO/INASGOC/Nugroho Sejati

tirto.id - Apa itu hipspadia, penyakit yang dialami Aprilia Manganang?

Aprilia Santini Manganang, mantan atlet voli putri nasional dinyatakan sebagai laki-laki. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa, pada Selasa (9/3/2021).

Selain dikenal sebagai atlet voli, Manganang diketahui telah bergabung di jajaran TNI AD sejak 2016 dan berpangkat Serda.

Manganang dinyatakan sebagai laki-laki setelah menjalani pemeriksaan medis di Rumah Sakit Angkatan Darat Wolter Monginsidi, Manado dan RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta pada Februari 2021 lalu.

Hasil pemeriksaan medis Manganang menyebutkan bahwa ia menderita hipospadia sejak lahir dan terlahir sebagai laki-laki. RSPAD mengklaim tidak menemukan organ internal perempuan di tubuh Manganang.

Selain organ internal, kondisi hormonalnya juga mendukung identitas Manganang sebagai laki-laki.

"Hormonal juga begitu, hormon normal, testosteronnya juga diukur sehingga secara faktual dan ilmiah kami yakin Manganang lebih miliki hormonal kategori normal laki-laki," kata Andika seperti yang dikutip dari Antara.

Menindaklanjuti hasil pemeriksaan tersebut Andika menyebutkan bahwa identitas Aprilia yang akan diubah, termasuk nama dan jenis kelamin.

"Direktur Hukum Angkatan Darat Brigjen TNI Tetty sudah menyiapkan seluruh dokumen-dokumen untuk membantu Sersan Manganang agar mendapatkan apa yang diinginkan," jelasnya.

Lebih lanjut, Andika menegaskan bahwa Manganang bukan seorang transgender maupun interseks.

"Tidak masuk kategori itu semua. Dan tim dokter pun tahu semua definisinya," imbuh Andika.

Apa itu hipospadia?

Hipospadia adalah kondisi bawaan (cacat lahir) pada bayi laki-laki yang menyebabkan lubang uretra bukan berada di ujung penis, melainkan di bawah penis. Uretra merupakan saluran yang membawa urin mengalir dari kandung kemih keluar dari tubuh.

Kondisi ini mengakibatkan tampilan tidak normal pada penis anak, Dalam kasus Manganang, keluarga dan tenaga medis yang menanganinya dahulu tidak begitu paham dengan jenis kelainan tersebut. Hal ini yang menyebabkan Manganang dinyatakan sebagai perempuan karena kondisi alat kelaminnya berbeda.

Bayi yang lahir dengan hipospadia umumnya memiliki masalah saat buang air kecil dengan berdiri, sehingga mengharuskannya untuk duduk. Namun, menurut Mayo Clinic kondisi ini dapat diatasi dengan pembedahan.

Hipospadia termasuk kondisi langka, yaitu hanya memengaruhi 4 dari 1.000 kelahiran. Kondisi ini biasanya terbentuk selama minggu 8 hingga 14 kehamilan.

Apa yang menyebabkan hipospadia?

Banyak ahli percaya bahwa kasus hipospadia disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti kondisi ibu saat hamil. Menurut CDC, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko bayi laki-laki lahir dengan hipospadia, yaitu:

  • Ibu yang hamil di atas usia 35 tahun.
  • Ibu yang hamil dengan obesitas.
  • Perempuan yang hamil dengan menggunakan bantuan teknologi reproduksi.
  • Konsumsi hormon atau obat-obatan tertentu selama masa kehamilan.

Penyebab Hipospadia

Penyebab hipospadia pada kebanyakan bayi tidak diketahui. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti lingkungan ibu, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan.

Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia, di antaranya ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Selain itu, perempuan yang menggunakan teknologi reproduksi untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan juga terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik setelah bayi lahir.

Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut. Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan.

Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.

Tindakan yang dilakukan dalam operasi bisa saja termasuk menempatkan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra. Karena dokter mungkin perlu menggunakan kulup untuk melakukan tindakan koreksi, bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.

Bagaimana gejala dan prosedur penanganan hipospadia?

Hipospadia diidentifikasi dengan memeriksa penis bayi selama pemeriksaan rutin setelah lahir. Mengutip dari WebMd, apabila bayi mengalami hipospadia dokter akan merekomendasikan untuk menunda proses sunat dan merujuk bayi ke ahli urologi. Adapun gejala-gejala yang mengidentifikasikan kondisi hipospadia, termasuk:

  • terdapat lubang uretra di lokasi selain ujung penis;
  • penis mengalami keukan ke bawah atau chordee;
  • penampilan penis tertutup karena hanya bagian atas penis yang tertutup kulup;
  • urin mengalir tidak normal saat buang air kecil.
Secara umum kondisi hipospadia dapat diatasi dengan pembedahan. Prosedur pembedahan biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3 hingga 18 bulan.

Pembedahan dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari menempatkan lubang uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan penis, hingga memperbaiki kulit disekitar pembukaan uretra.

Baca juga artikel terkait APRILIA MANGANANG atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Penyelaras: Yulaika Ramadhani

Artikel Terkait