Menuju konten utama

Apa Itu Frontotemporal Dementia yang Diderita Bruce Willis?

Penyakit Bruce Willis, frontotemporal dementia adalah jenis demensia yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan komunikasi dan perilaku.

Apa Itu Frontotemporal Dementia yang Diderita Bruce Willis?
Bruce Willis menghadiri pemutaran perdana film di New York pada hari Jumat, 11 Oktober 2019. (Foto oleh Charles Sykes/Invision/AP, File)

tirto.id - Aktor Hollywood, Bruce Willis dinyatakan menderita penyakit berat bernama frontotemporal dementia. Hal ini diumumkan langsung oleh keluarga sang aktor pada pertemuan pekan ini.

Kabar mengejutkan ini datang tidak lama setelah Bruce Willis mundur dari dunia hiburan dan mengentikan seluruh aktivitas aktingnya. Dikutip dari Fox News, pada 2022 lalu aktor 67 tahun itu sempat mengumumkan bahwa dirinya didiagnosis mengalami afasia.

Penyakit yang diderita Bruce Willis menyebabkan dirinya mengalami gangguan berbicara, membaca, dan menulis.

"Sayangnya, tantangan komunikasi hanyalah salah satu gejala penyakit yang dihadapi Bruce," kata keluarganya seperti yang dikutip dari NPR, Sabtu (18/2/2023).

"Meskipun ini menyakitkan, lega akhirnya memiliki diagnosis yang jelas," lanjutnya.

Bruce Willis merupakan aktor besar Hollywood yang meraih kesuksesan lewat sederet film aksi. Salah satu perannya yang paling terkenal adalah sosok "John McClane" dalam waralaba Die Hard.

Apa Itu Penyakit Frontotemporal Dementia?

Frontotemporal dementia adalah salah satu jenis demensia yang terjadi karena kerusakan saraf di lobus frontal dan temporal. Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan demensia semantik.

Menurut Johns Hopkins Medicine, penderita frontotemporal dementia akan mengalami serangkaian gangguan motorik dan verbal. Hal ini menyebabkan penderitanya mengalami perubahan perilaku, kepribadian, kemampuan bahasa, dan gerakan.

Wanita Juga Bisa Kena Frontotemporal Dementia

Frontotemporal dementia yang dialami Bruce Willis dapat dialami oleh pria maupun wanita. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang-orang yang telah berusia lanjut di atas 65 tahun.

Bahkan berdasarkan studi yang diterbitkan di National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada 2019 kasus demensia pada wanita lebih besar dari pada pria.

Risiko wanita menderita frontotemporal dementia meningkat begitu memasuki usia 80 - 85 tahun.

Penyebab Frontotemporal Dementia

Dikutip dari National Health Service (NHS) frontotemporal dementia disebabkan oleh penggumpala protein secara abnormal di dalam sel otak. Kondisi ini menyebabkan sel-sel mengalami kerusakan dan sulit bekerja dengan baik.

Protein yang berada di lobus forntal dan temporal otak memiliki peran yang penting dalam mengendalikan bahasa, perilaku, dan kemampuan untuk merencanakan atau mengatur.

Jika area tersebut terganggu, maka penderita akan mengalami serangkaian hambatan dalam mengendalikan keterampilan-keterampilan tersebut.

Pemicu paling umum frontotemporal dementia adalah kondisi genetik. orang yang memiliki keluarga dengan kondisi frontotemporal dementia lebih berisiko dapat mengembangkan kondisi serupa.

Gejala Frontotemporal Dementia

Penderita frontotemporal dementia bisa dikenali lewat beberapa gejala. Namun menurut University of California, gejala-gehaja penyakit ini juga mirip seperti Alzheimer, skizofrenia, atau depresi.

Oleh karena itu, tidak semua orang yang mengalami gejala-gejala berikut sudah pasti mengalami frontotemporal dementia. Dignosis secara jelas harus dilakukan oleh dokter.

Namun, secara umum orang yang terkena frontotemporal dementia dapat mengalami gejala-gejala berikut:

  • apatis dan enggan untuk berbicara;
  • suasana hati cepat berubah;
  • murung dan depresi;
  • kebijaksanaan sosial berkurang atau terhambat;
  • mengalami perilaku obsesif atau berulang, misalnya mencukur atau mengumpulkan barang secara kompulsif;
  • perilaku verbal, fisik, atau seksual yang tidak biasa;
  • penambahan berat badan secara dramatis karena makan berlebihan.

Bisakah Frontotemporal Dementia Disembuhkan?

Sama seperti jenis demensia lainnya, sejauh ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit frontotemporal dementia.

Sejauh ini perawatan yang diterapkan untuk penderita frontotemporal dementia adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita. Umumnya perawatan diberikan agar penderita dapat hidup mandiri sebaik mungkin.

Masih menurut NHS, ada beberapa tips yang dapat dilakukan bagi penderita frontotemporal dementia untuk membantu kegiatan sehari-hari, termasuk:

  • memiliki rutinitas yang teratur;
  • meletakkan jadwal harian di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau seperti kulkas, depan televisi, atau pintu kamar;
  • meletakkan kunci di tempat yang jelas, seperti di toples kaca besar dekat pintu keluar;
  • menyimpan daftar nomor siapapun yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat;
  • mengatur tagihan telepon atau tagihan lainnya dalam layanan autodebet;
  • meletakkan pil di dalam kotak dosis untuk membantu mengingat obat yang mana dan harus diminum kapan;
  • bergabung dengan komunitas ramah demensia dan tetap aktif secara sosial.

Baca juga artikel terkait BRUCE WILLIS atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora