Menuju konten utama

Apa itu Fenomena Hujan Es, Jenis dan Proses Terjadinya?

Fenomena hujan es seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tempo hari bisa terjadi di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia.

Apa itu Fenomena Hujan Es, Jenis dan Proses Terjadinya?
Ilustrasi hujan es. ANTARA/Arif Pribadi

tirto.id - Beberapa waktu lalu, warga sempat dihebohkan dengan fenomena hujan es di sejumlah wilayah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Hujan tersebut diawali dengan penumpukan awan cumulonimbus di udara. Mengutip Antara News, hujan es masih kemungkinan terjadi selama musim hujan hingga pancaroba.

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Ren Kraningtyas mengungkapkan, hujan es memiliki sifat lokal yang terjadi dalam radius dua kilometer. Salah satu pemicu jatuhnya es dari awan adalah terjadinya pertumbuhan awan cumulonimbus lebih dari 19 kilometer.

Dikutip dari situs lapan.go.id, dalam ilmu meteorologi, hujan es (hail) merupakan presipitasi atau produk kondensasi uap air di atmosfer dalam bentuk bola-bola es. Proses hujan diawali dengan kondensasi uap air teramat dingin melewati atmosfer di lapisan atas level beku. Es yang terbentuk umumnya memiliki ukuran besar.

Dari proses tersebut, hujan es bisa muncul dengan dua cara. Pertama, saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. Hanya saja, kadang tidak semua es akan mencair sempurna dan menjadikannya hujan es.

Kedua, proses lain munculnya hujan es melalui kejadian riming. Ini adalah keadaan saat uap air yang dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Proses mengembun yang mendadak ini memicu terbentuknya es dengan ukuran yang besar dan jatuh ke bumi sebagai hujan es.

Hujan es terbentuk apabila partikel es atau butir air hujan yang membeku, mengalami perkembangan dengan menyerap butir-butir awan yang teramat dingin pada awan cumulonimbus. Butiran tersebut melewati ketinggian level beku dengan suhu di bawah 0 derajat Celcius atau di ketinggian sekira 16.000 kaki.

Laman Britannica mencatat, endapan atau potongan-potongan es awan cumulonimbus berdiameter mulai 5 mm hingga 15 cm. Saat menjadi hujan es dan sampai ke permukaan bumi, ukurannya menyusut menjadi kurang dari 5 mm. Awan cumulonimbus diperlukan dalam hujan es karena memiliki arus naik yang kuat dan sering disertai badai petir.

Hujan Es Bisa Rusak Bangunan

Hujan es bisa sangat merusak objek-objek di bumi seperti bangunan sampai tanaman. Kecepatan luncurnya yang cepat dapat menghasilkan benturan kuat. Lebih berbahaya lagi apabila es yang sampai ke permukaan bumi ukurannya masih cukup besar.

Pernah terjadi hujan es yang memiliki ukuran sekitar 15 cm selama badai petir di Middle West Amerika Serikat. Dan, hujan es palng sering terjadi di wilayah-wilayah pada garis lintang tengah dengan durasi sekira 15 menit. Umumnya terjadi pada sore hingga petang.

Meski demikian, hujan es bisa terjadi pada wilayah tropis yang hangat seperti di Indonesia. Pada kasus di Indonesia, hujan es terjadi apabila batu yang es yang turun bersifat kering dan punya ukuran cukup besar sewaktu keluar dari dasar awan.

Berdasarkan ukurannya, hujan es bisa dibedakan menjadi tiga jenis yaitu soft hail, small hail, hailstone.

1. Soft hail adalah hujan es dengan bulatan es berdiameter sektar 6 mm. Es in gampang hancur seperti salju dan tidak begitu padat.

2. Small hail adalah hujan es dengan butiran es berukuran seperti soft hail namun lebih padat karena air hujan membeku dengan cepat.

3. Hailstone merupakan hujan es dengan diameter butiran lebih dari 5 mm. Hailstone umumnya diikuti dengan badai.

Baca juga artikel terkait HUJAN ES atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto