Menuju konten utama

Apa Itu Bakteri Wolbachia & Bagaimana ia Cegah Demam Berdarah?

Apa itu bakteri wolbachia? Bagaimana bakteri wolbachia bisa mencegah penularan demam berdarah?

Apa Itu Bakteri Wolbachia & Bagaimana ia Cegah Demam Berdarah?
(Ilustrasi) Nyamuk Aedes aegypti atau nyamuk damam berdarah. FOTO/iStockphoto.

tirto.id - Bakteri Wolbachia sedang dikembangkan secara global sebagai agen dalam pengendalian kejadian kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Bakteri Wolbachia terbukti mampu menghambat perkembangan virus Dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, vektor penular DBD.

Virus dengue penyebab DBD selama ini ditularkan nyamuk Aedes aegypti betina. Sebabnya, Aedes aegypti betina bertahan hidup dengan mengisap darah hewan atau manusia, berbeda dari nyamuk jantan yang memakan cairan tumbuhan atau sari bunga.

Saat bakteri Wolbachia dimasukkan ke tubuh nyamuk Aedes aegypti betina, virus dengue dapat dilumpuhkan sekaligus memengaruhi keturunannya. Dengan cara tersebut, populasi nyamuk Aedes aegypti yang berpotensi menjadi vektor virus dengue bisa dikurangi secara bertahap.

Pengembangan bakteri Wolbachia dalam upaya mengatasi epidemi demam berdarah telah berjalan sejak 2011 melalui kolaborasi riset lintas-negara, termasuk di Indonesia.

Apa itu Bakteri Wolbachia?

Wolbachia merupakan salah satu jenis bakteri yang diketahui dapat hidup secara alami hingga ke lebih dari 60 persen jenis serangga. Bakteri Wolbachia ditemukan pada kupu-kupu, capung, lebah, ngengat, kumbang, dan sebagainya. Serangga jenis nyamuk, juga dapat disinggahi bakteri dengan banyak strain ini.

Strain atau jenis Wolbachia memiliki berbagai perannya masing-masing saat dirinya menginfeksi inang. Pada teknologi Wolbachia yang dipakai mengendalikan nyamuk Aedes aegypti, digunakan strain bernama wMel. Mengutip laman Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Wolbachia strain wMel memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan replika virus dengue secara optimal.

Dalam sebuah artikel di Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, Volume 6 Nomor 3 (2014) disebutkan, Wolbachia juga akan mengintervensi masa hidup nyamuk serta mengganggu sistem reproduksinya. Oleh sebab itu, bakteri ini bisa pula menekan laju populasi nyamuk Aedes aegypti.

Bagaimana Bakteri Wolbachia Cegah Penularan DBD?

Secara alami, bakteri Wolbachia tidak ditemukan pada jenis nyamuk Aedes Aegypti selaku vektor DBD. Untuk itu, upaya intervensi dilakukan dengan menyuntikkan Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk tersebut diharapkan kawin dengan nyamuk lain saat dilepaskan sehingga memperbanyak jumlah Aedes aegypti yang memiliki Wolbachia.

Nyamuk Aedes aegypti yang sudah memiliki Wolbachia di tubuhnya, tidak lagi berbahaya karena ia tidak lagi bisa menularkan virus dengue. Selain itu, kala nyamuk itu mengisap darah orang yang mengandung virus dengue, virus pemicu DBD bisa "dilumpuhkan" oleh Wolbachia.

Nyamuk ber-Wolbachia memiliki pola pewarisan bersifat maternal. Wolbachia dapat menurun pada anak-anak nyamuk yang dilahirkan dari telur induk nyamuk betina yang terinfeksi Wolbachia.

Di samping itu, nyamuk jantan yang terinfeksi oleh Wolbachia berpotensi menekan populasi Aedes aegypti. Sebab, saat nyamuk jantan itu kawin dengan betina yang belum terinfeksi, telur-telur dari proses perkawinan tadi akan rusak atau tidak bisa menetas.

Sementara itu, perkawinan nyamuk jantan dan betina yang sama-sama terinfeksi Wolbachia dapat menghasilkan telur-telur yang bisa menetas dengan baik. Namun, tubuh anak-anak nyamuk bakal terinfeksi bakteri Wolbachia.

Sifat pewarisan Wolbachia pada anak-anak nyamuk inilah yang membuat pengendalian DBD lewat pengembangan "teknologi bakteri" ini dapat berkelanjutan.

Penelitian global guna pengembangan "teknologi Wolbachia" dalam pencegahan DBD hingga kini berdarah berlangsung di 11 negara, yakni Australia, Indonesia, Vietnam, Sri Lanka, Kiribati, Fiji, New Caledonia, Vanuatu, Meksiko, Kolombia, dan Brasil. Estimasi penduduk yang diperkirakan menerima manfaat dari riset ini sekitar 10 juta orang.

Di Indonesia, penelitian dilakukan melalui World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta (sebelumnya Eliminate Dengue Project atau EDP) yang melibatkan peneliti dari FK-KMK UGM.

Pada tahap awal pengembangan, uji coba penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang tubuhnya telah memuat bakteri Wolbachia dilakukan di sebagian wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Hasil dari pengembangan bakteri diklaim bisa menekan angka kasus DBD.

Project Leader WMP Yogyakarta Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D dalam keterangannya pada November 2022 lalu yang dilansir laman UGM, mengatakan proses pengembangan dan penelitian strategi pencegahan DBD dengan bakteri Wolbachia sudah berjalan lebih dari 1 dekade.

Prosesnya diawali dengan persiapan keamanan dan uji kelayakan pada 2011, kemudian pelepasan di wilayah terbatas sejak 2014, dan kajian risiko pada 2016.

Tahapan selanjutnya dalam program ini adalah penelitian quasi-experimental di tahun 2016, dan penelitian Randomised Controlled Trial pada 2017-2020.

"Penelitian WMP Yogyakarta yang sudah berlangsung lebih dari 1 dekade ini menghasilkan efikasi, yakni Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kasus dengue, dan 86 persen menurunkan tingkat rawat inap di rumah sakit," kata Adi Utarini.

Dia menambahkan kini "teknologi Wolbachia" sudah masuk menjadi bagian dari strategi nasional penanggulangan dengue periode 2021-2025. Maka itu, hasil riset ini bakal diterjemahkan ke dalam kebijakan nasional berbasis bukti.

Baca juga artikel terkait PENYAKIT atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Addi M Idhom