Menuju konten utama

Apa Beda Gejala Menopause Perempuan & Andropause Pada Pria

Berbeda dengan gejala menopause, andropause pada pria biasanya terjadi dalam waktu yang cukup lambat.

Apa Beda Gejala Menopause Perempuan & Andropause Pada Pria
Ilustrasi menopause dan andropause. SHUTTERSTOCK

tirto.id - Menopause identik dengan proses siklus reproduksi yang dialami oleh perempuan. Namun, kondisi tersebut ternyata juga dialami oleh pria. Menopause pada pria dalam istilah medis dikenal dengan andropause.

Andropause merupakan fase penurunan kadar hormon testosteron karena faktor usia (penuaan). Biasanya terjadi pada usia di atas 55 tahun. Beberapa gejala yang ditunjukkan hampir sama dengan menopause pada perempuan. Meskipun demikian, gejala seorang pria memasuki masa andropause berbeda dengan menopause pada perempuan.

Mengutip dari WebMd, berbeda dengan gejala menopause, andropause pada pria biasanya terjadi dalam waktu yang cukup lambat.

Kemudian, perempuan ketika memasuki usia menopause biasanya akan kehilangan kemampuannya untuk bereproduksi karena produksi sel telur pada perempuan akan benar-benar terhenti. Tidak seperti pria, meski produksi testosteron menurun, produksi sperma tidak akan berhenti.

Gejala pria yang telah memasuki usia andropause

Terdapat sejumlah gejala yang akan timbul saat seorang pria mengalami penurunan produksi testosteron, baik secara fisik, mental, maupun seksual. Melansir dari laman Mayo Clinic, berikut merupakan gejala andropause pada pria:

1. Berkurangnya hasrat dan aktivitas seksual

2. Mengalami disfungsi ereksi

3. Mengalami pembengkakan/ ketidaknyamanan pada payudara

4. Mengalami gangguan kesuburan

5. Penurunan tinggi badan, fraktur trauma rendah atau kepadatan mineral tulang rendah

6. Tubuh berkeringat secara berlebihan (hot flush)

7. Menurunnya energi, motivasi, dan kepercayaan diri

8. Perubahan suasana hati yang signifikan/ mood swing

9. Mengalami pengurangan massa dan kekuatan otot

10. Meningkatnya lemak tubuh

Sedangkan, menopause merupakan berakhirnya proses siklus menstruasi secara alami dan tidak lagi bisa hamil secara alami. Menopause merupakan fase normal yang akan dialami perempuan pada rentang usia antara 45 sampai 55 tahun.

Di usia menopause, frekuensi haid akan menjadi sedikit atau bahkan berhenti secara tiba-tiba. Ketika perempuan telah memasuki masa menopause, perempuan tersebut akan susah atau tidak bisa lagi hamil secara alami.

Mengutip dari Ciputra Hospital, di Inggris, usia rata-rata perempuan mengalami menopause ialah 51 tahun. Diketahui, dari 1 dari 100 perempuan mengalami menopause sebelum usia 40 tahun. Kondisi tersebut dikenal sebagai menopause dini atau insufisiensi ovarium premature. Menopause dini disebabkan oleh pola hidup yang kurang baik atau tidak sehat.

Ketika seorang perempuan mendekati usia menopause, salah satu gejala yang muncul ialah siklus menstruasi yang tidak teratur, lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Siklus menstruasi akan berhenti sepenuhnya dalam kurun waktu 4 tahun setelah haid terakhir.

Gejala perempuan yang telah memasuki usia menopause

Gejala usia menopause akan berbeda-beda pada setiap perempuan, tergantung pada kadar estrogen dalam tubuh mereka. Beberapa di antaranya dapat mengalami tanda-tanda yang parah dan berdampak signifikan pada aktifitas sehari-hari.

Untuk mengetahui lebih lanjut apakah seorang perempuan telah memasuki usia menopause, seperti yang dikutip kembali dari Ciputra Hospital, berikut merupakan beberapa gejala umum usia menopause yang normal dialami perempuan :

1. Munculnya rasa panas pada tubuh secara tiba-tiba, seperti demam

2. Tubuh berkeringat secara berlebihan di malam hari

3. Vagina terasa kering dan tidak nyaman ketika melakukan hubungan seksual

4. Mengalami kesulitan tidur/ insomnia

5. Perubahan suasana hati yang signifikan/ mood swing

6. Gairah untuk berhubungan seksual menjadi berkurang (libido)

7. Mengalami masalah dengan memori dan konsentrasi.

Gejala-gejala perempuan memasuki usia menopause dapat muncul dari berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun sebelum haid berhenti. Gejala tersebut umumnya akan berlangsung kurang lebih 4 tahun setelah haid terakhir. Namun, di sejumlah kasus, gejala tersebut akan berlangsung lebih lama dari rata-rata pada umumnya.

Menurut Dokter Spesialis Jantung Aprivita Gayatri, seperti yang dikutip dari Siloam Hospitals, perempuan yang telah mengalami menopause berisiko tinggi terkena penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini disebabkan adanya penurunan hormon estrogen yang selama ini bersifat kardioprotektif, khususnya proteksi dari penyakit jantung koroner.

Hormon estrogen yang berkurang membuat perubahan yang signifikan dalam sistem vaskular, distribusi lemak tubuh, dan kadar lemak darah perempuan menopause. Hal inilah yang memicu peningkatan risiko penyakit jantung koroner pada perempuan.

Selain menopause, terdapat juga faktor lain seperti genetik dan gaya hidup khususnya pola makan. Apabila asupan makanan perempuan menopause tidak dijaga atau mengonsumsi makanan tidak sehat, maka kebiasaan buruk tersebut dapat meningkatkan risiko serangan jantung pada perempuan.

Baca juga artikel terkait ANDROPAUSE atau tulisan lainnya dari Yunita Dewi

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Yunita Dewi
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari