Menuju konten utama

Antropomorf: Kecenderungan Perilaku Manusia Berbicara pada Hewan

Manusia yang berbicara pada hewan peliharaannya adalah suatu dorongan alami. 

Antropomorf: Kecenderungan Perilaku Manusia Berbicara pada Hewan
Ilustrasi hewan peliharaan. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Asisten pribadi Capres 02 Prabowo Subianto, Rizky Irmansyah mengatakan, atasannya tersebut mampu berbicara pada beberapa hewan. Dua hewan yang pernah diajak bicara adalah nyamuk dan semut.

Pada beberapa kesempatan, Prabowo alih-alih menepuk nyamuk atau semut, ia malah menyuruhnya dengan bahasa verbal. Menariknya, menurut penuturan asistenya, nyamuk dan semut itu menurut pergi.

Perilaku berbicara dengan hewan apakah merupakan keanehan?

Melansir dari Atlantic Anthrozoologist dan Profesor Psikologi di Western Carolina University Hal Herzog menjelaskan bahwa berbicara dengan hewan adalah hal yang benar-benar alami, apalagi dengan hewan peliharaan.

“Manusia adalah antropomorfis alami. Antropomof adalah atribusi manusia ke makhluk atau benda yang bukan manusia. Artinya, manusia kerap ‘membayangkan’ suatu mahluk atau benda yang dapat berkomunikasi dengan mereka,” kata Herzog.

Menurut Herzog, bahkan perilaku itu bisa dilakukan kepada apa saja, termasuk pensil warna, smartphone dan lain sebagainya.

Walaupun dorongan itu sebenarnya sangat kuat untuk hal-hal yang atau tampaknya bernyawa, seperti binatang dan AI (artificial intelegen)

Selain dorongan alami, ada alasan lain mengapa manusia kerap melakukan antropomorf.

Dalam sebuah penelitian tahun 2008 yang diterbitkan oleh Northwestern University, para peneliti menguji dua motivasi mengapa kita kerap menaruh kemampuan seperti berpikir, merasakan kepada entitas non-manusia atau antropomorf.

Pertama, karena kurang interaksi sosial. Bahwa seseorang yang kurang interaksi sosial perlu "menciptakan" manusia untuk bergaul.

Kedua, bahwa seseorang yang tidak memiliki kendali ingin merasa lebih aman dalam keadaan yang tidak pasti dan antropomorfisasi memungkinkannya untuk memprediksi tindakan hewan berdasarkan pengalaman interpersonal.

Peserta yang kesepian kronis jauh lebih mungkin untuk menggambarkan hewan peliharaan mereka dengan kata-kata yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan tersebut memberikan dukungan emosional seperti bijaksana, perhatian, dan simpatik.

Peserta yang mengidentifikasi diri sebagai orang yang berkuasa atau yang memiliki kecenderungan selalu ingin mengontrol dalam kehidupan sehari-hari lebih mungkin untuk melakukan antropomorf.

Orang-orang ini kerap memberikan emosi dan keinginan sadar untuk anjing yang mereka tidak kenal.

Tetapi Nicholas Epley, salah satu penulis penelitian menjelaskan bahwa perilaku semcam itu merupakan pertanda kecerdasan. Ini adalah proses psikologis yang sama yang kita gunakan untuk mengenali kesadaran pada manusia lain.

"Itu adalah cerminan dari kemampuan terbesar otak kita daripada tanda kebodohan kita," jelas Epley.

Baca juga artikel terkait HEWAN PELIHARAAN atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo