Menuju konten utama
Misbar

Antologi Rasa: Kisah Cinta Mbulet dengan Solusi Instan

Kisahnya mbulet. Solusinya gampang: kabur dari kenyataan.

Antologi Rasa: Kisah Cinta Mbulet dengan Solusi Instan
Antologi Rasa. instagram/@sorayaintercinefilms

tirto.id - “Kalo dia bikin lo ketawa, itu tandanya lo suka sama dia. Kalau dia bikin lo nangis, itu tandanya lo cinta sama dia.”

Saya cukup bergidik mendengar sebuah petuah moral yang disampaikan Haris, salah satu tokoh utama film Antologi Rasa (diperankan Herjunot Ali), saat ia sedang berada di dalam taksi menyusuri jalanan Singapura bersama sahabat karibnya, Keara (Carissa Perusset).

Sementara saya bergidik, penonton di sebelah kiri saya menghela nafas panjang sembari sedikit tersenyum ikhlas, seolah apa yang dikatakan Haris relate dengan kisah yang tengah dihadapi.

Dalam Antologi Rasa, film terbaru Rizal Mantovani yang diadaptasi dari novel best-seller karangan Ika Natassa, masalah cinta menjadi sesuatu yang rumit, gawat, dan berbahaya.

Semesta cerita Antologi Rasa berpusat pada empat orang kawan yang menjalin persahabatan. Selain Haris dan Keara, ada pula Ruly (Refal Hady) dan Denise (Atikah Suhaime). Mereka sama-sama bekerja sebagai bankir yang rutinitasnya diisi oleh meeting bersama bos atau klien, makan siang di restoran fancy di ibukota, menghabiskan malam dengan clubbing, hingga sesekali plesir ke luar negeri untuk nonton balapan F-1.

Namun, lambat laun, persahabatan mereka diuji dengan munculnya perasaan satu sama lain. Gambarannya kira-kira seperti ini: Haris cinta mati pada Keara; Keara percaya Ruly adalah belahan jiwanya; hati Ruly telah terpatri pada Denise; Denise telah menikah pada orang lain.

Mbulet, bukan?

Masih Kelas Menengah

Novel-novel Ika Natassa piawai menjual problematika kelas menengah ibukota yang digambarkan begitu pelik. Sebelum Antologi Rasa, ada novel Ika lain yang lebih dulu diangkat ke layar lebar. Judulnya Critical Eleven.

Sama halnya Antologi Rasa, Critical Eleven juga mengambil latar belakang kisah cinta orang-orang kelas menengah Jakarta. Ceritanya berpusat pada hubungan Ale (Reza Rahadian), insinyur tambang minyak, dan Anya (Adinia Wirasti), konsultan bisnis perusahaan asing ternama. Keduanya dipertemukan dalam penerbangan Jakarta-Sydney, berkenalan dan lantas menjalin asmara, menikah, pindah ke New York, dan menghadapi banyak masalah yang mengancam bahtera rumah tangga—keguguran hingga kesibukan kerja—sebelum akhirnya kembali bahagia.

Dalam semesta fiksi Ika, orang-orang kelas menengah (ke atas) adalah manusia dengan segudang masalah kompleks, di balik karier yang moncer, gaji berlimpah, serta gaya hidup yang serba wah. Ika seperti hendak menegaskan bahwa hidup sebetulnya tak (pernah) baik-baik saja sekalipun pelbagai pencapaian materil berhasil direngkuh.

Inilah yang juga ditawarkan Antologi Rasa. Baik Haris, Keara, Ruly, maupun Denise adalah orang-orang yang secara karier—dan finansial—tergolong mapan. Jadi bankir, gaji tinggi, punya apartemen dan mobil mewah, serta sebulan sekali vakansi ke luar negeri untuk sekadar duduk bersila di Marina Bay Sands atau ambil foto di spot-spot lucu untuk kemudian diunggah ke Instagram dengan tagar #YOLO.

Konflik dalam Antologi Rasa bukanlah soal sulitnya mendapatkan promosi jabatan atau seretnya pendapatan sementara tagihan untuk ini dan itu terus menghantui sepanjang bulan. Konflik Antologi Rasa adalah soal cinta yang tak terbalas kepada seorang sahabat yang kemudian diartikan sebagai penderitaan tiada akhir.

“Selamat datang di kehidupan cinta gue yang kacau,” kira-kira begitulah Keara menyimpulkan dalam voice over yang muncul di menit-menit awal film.

Sayang, kekacauan itu tak hanya muncul dalam kisah percintaan karakter-karakter di Antologi Rasa, tapi juga eksekusi sepanjang film. Banyak celah yang sebetulnya bisa dihindari namun gagal diantisipasi oleh sutradara.

Paling kentara adalah soal karakterisasi. Sejak awal, Antologi Rasa dibangun atas narasi persahabatan empat kawan yang pertama kali berjumpa di lift tatkala hendak masuk kerja di kantor baru. Tapi, narasi tersebut seperti numpang lewat saja. Pemicunya: karakter Denise hanya ditampilkan dalam beberapa adegan.

Keputusan ini seketika menimbulkan kebingungan. Pasalnya, Denise punya peran penting dalam timbulnya konflik asmara di antara sahabat-sahabatnya sendiri. Singkatnya begini: pilihannya untuk meninggalkan Ruly tanpa kepastian telah menyebabkan efek domino bagi Keara dan Haris. Keara gagal mendapatkan balasan cinta dari Ruly, sedangkan Haris pun juga tak bisa menyanding Keara karena yang bersangkutan jatuh hati kepada Ruly.

Dengan peran yang cukup besar, bagaimana bisa sosok Denise dihapuskan begitu saja dari film? Selain dibatasi—sebab muncul tak lebih dari lima kali—Denise juga tak diberi kesempatan untuk menjelaskan kenapa ia membiarkan Ruly terlunta-lunta dengan perasaannya. Denise hanya dikisahkan menolak Ruly dan lebih memilih Kemal yang juga tak punya latarbelakang jelas.

Parahnya lagi, Denise dimunculkan hanya untuk menyelesaikan konflik antara dirinya, Ruly, dan Keara. Kecelakaan yang menimpa Denise, ambil contoh, membikin Ruly, yang sempat membuka hatinya untuk Keara, jadi kembali memeluk Denis dengan segala harapan. Sementara sejak kejadian itu Keara telah membulatkan tekad untuk move on, usai bertahun-tahun memendam asa yang dalam.

Infografik Misbar Antologi Rasa

Infografik Misbar Antologi Rasa

Karakter Ruly juga membingungkan. Sebagai sosok yang dikisahkan telah lama bersahabat dengan Keara, Ruly justru terlihat tak mengenal sahabatnya sendiri. Sewaktu dinas di Bali, misalnya, Ruly terkaget-kaget melihat Keara bisa bangun pagi. Ia juga terkejut menyaksikan Keara bisa tampil memukau dalam suatu presentasi kerja di hadapan para bos. Sikap-sikap tersebut memperlihatkan Ruly seperti baru saja kenal Keara dalam beberapa minggu. Statusnya sebagai "sahabat" pun sebetulnya layak direvisi.

Lagi-lagi, Antologi Rasa juga menerapkan formula yang sama seperti halnya Critical Eleven—atau sebagaimana film-film drama percintaan pada umumnya—yang menggunakan perpisahan sebagai medium penyelesaian konflik. Apabila dalam Critical Eleven konflik berakhir setelah Anya memutuskan menerima tawaran kerja di Australia, di Antologi Rasa, konflik selesai usai Haris berpamitan kepada Keara untuk tinggal di Singapura. Pamitnya Haris membikin Keara sadar bahwa selama ini yang mencintai dirinya dengan perasaan yang besar ialah Haris, alih-alih Ruly.

Menjadikan perpisahan sebagai medium penyelesaian konflik menunjukkan bahwa satu-satunya cara agar masalah selesai adalah dengan lari dari kenyataan. Pilihan untuk tetap menghadapi kenyataan seketika jadi pilihan yang mengerikan. Kabur ke luar negeri dianggap jadi cara yang ampuh sekaligus "bijak."

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA atau tulisan lainnya dari Faisal Irfani

tirto.id - Film
Penulis: Faisal Irfani
Editor: Windu Jusuf