Menuju konten utama

Antisipasi Surplus, Pemerintah Lakukan Penyerapan Jagung Lebih Awal

Untuk menampung jagung tersebut, Buwas mengaku akan memanfaatkan sejumlah gudang yang biasanya dipakai untuk menyimpan beras.

Antisipasi Surplus, Pemerintah Lakukan Penyerapan Jagung Lebih Awal
Buruh tani memindahkan jagung ke dalam bak truk usai dipetik di area pertanian Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Senin (6/8/2018). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

tirto.id - Direktur Utama Bulog, Budi Waseso mengatakan, pemerintah akan melakukan penyerapan jagung lebih awal untuk mengantispasi lonjakan stok jagung. Hal itu dilakukan untuk mengantispasi masa panen puncak jagung pada bulan Februari-April 2019 nanti.

“Jangan sampai harga itu anjlok. Ini kan banyak dan Bulog ditugaskan untuk menyerap,” ucap pria yang kerap disapa Buwas kepada wartawan di Gedung Menko Perekonomian pada Selasa (22/1).

Terkait penyerapan itu, Buwas mengaku akan memanfaatkan sejumlah gudang yang biasanya dipakai untuk menyimpan beras. Namun, kata Buwas, Kementerian Pertanian telah meminta agar penyerapan jagung didahulukan meskipun masanya bersamaan dengan panen beras.

Selain itu, Buwas juga mengatakan, pemerintah belum tentu melakukan impor jagung sebanyak 30 ribu ton yang sudah disetujui. Pasalnya, kata Buwas, stok jagung dalam negeri masih dapat mencukupi kebutuhan.

“Bulog sudah ada perintah. Tapi kan belum tentu harus dijalankan. Kalau dalam negeri ada (stok jagung), ngapain kita impor,” ucap Buwas.

Menurut Buwas, keyakinannya untuk tidak perlu menjalankan impor jagung didukung oleh laporan peta produksi jagung yang baru saja diterimanya. Ketika ditanya mengenai jumlahnya, Buwas menjelaskan bahwa hal itu masih berada dalam tahap perhitungan.

Di sisi lain, Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan pemerintah telah menyediakan alat pengering (dryer) untuk merealisasikan penyerapan jagung. Jumlahnya mencapai 900 ribu unit.

“Kami siapkan dryer ada 900 ribu unit buat jagung dan beras. Tapi fokus jagung dulu,” ucap Amran kepada wartawan di Gedung Menko Perekonomian pada Selasa (22/1).

Apabila penyerapan jagung tidak diantisipasi dengan baik, Amran khawatir hal itu dapat menyebabkan penurunan harga yang lebih signifikan.

Ia pun mencontohkan harga jagung di Probolinggo, Jawa Timur sudah mencapai Rp 3000 per kg. Saat panen puncak, Amran memprediksi harga dapat turun melebihi angka itu.

“Kalau panen puncak ini bisa turun lagi. Makanya kami antisipasi (penyerapannya) dari sekarang,” ucap Amran.

Sejumlah jagung yang diserap, kata Amran, akan digunakan sebagai cadangan bulan Oktober dan selebihnya. Sebab, ia memprediksi pada masa itu dibutuhkan stok jagung yang mencukupi untuk menghadapi masa paceklik.

Baca juga artikel terkait JAGUNG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto