Menuju konten utama

Antisipasi Radikalisme, Polri Telusuri Latar Belakang Calon Anggota

Sejak perekrutan, Polri bekerja sama dengan Dukcapil untuk memastikan tentang latar belakang calon anggota.

Antisipasi Radikalisme, Polri Telusuri Latar Belakang Calon Anggota
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat memberikan keterangan pers pengungkapan kasus tindak pidana terorisme di Divhumas Polri, Jakarta, Selasa (23/7/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir/pd.

tirto.id - Polri mengantisipasi adanya paham radikalisme dalam perekrutan calon anggota polisi. Hal ini karena Calon Taruna (Catar) Akademi Militer, Enzo Zenz Allie mendadak viral karena diduga sebagai simpatisan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Sejak perekrutan Polri bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) untuk memastikan tentang latar belakang calon anggota," ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kamis (8/8/2019).

Dalam tahap itu Polri akan mengetahui data perihal identitas diri, identitas orang tua calon anggota, latar belakang sekolah atau kepindahan tempat tinggal.

Setelah itu ada tahap Penelusuran Mental dan Kepribadian (PMK), ada dua hal yaitu Satuan Intelijen serta Divisi Profesi dan Pengamanan Polri akan melakukan profiling calon anggota.

eadline

"Profil secara konvensional seperti mendatangi langsung rumah calon anggota, wawancara terhadap orang tua, tetangga dan teman-temannya. Setelah itu ada tahap tes wawancara," kata Dedi.

Tahap wawancara menentukan apakah si calon jujur terhadap profil data yang telah dilakukan polisi. Jika tidak jujur, maka si calon tidak lolos yang artinya tidak memenuhi persyaratan.

Kemudian dilanjutkan tes akhir berupa pantukhir, pejabat Polda atau Mabes akan kembali mewawancarai yang bersangkutan sesuai profil.

Direktorat Siber setiap Polda juga akan memprofilkan si calon berdasarkan seluruh media sosial yang dimilikinya. "Sehingga semaksimal mungkin dapat ditemukan calon-calon anggota Polri yang akan mengikuti pendidikan harus clear (bebas paham radikalisme)," tutur Dedi.

Bila dalam tahapan tes ada laporan dari masyarakat ihwal dugaan calon anggota melakukan pelanggaran, maka akan dihentikan proses tes tersebut. Dedi menegaskan tahapan tes dilakukan secara ketat.

Sebelumnya beredar di media sosial tentang Enzo yang mendaftar menjadi prajurit TNI. Enzo merupakan blasteran Indonesia-Perancis. Dalam akun YouTube TNI AD, terdapat tayangan pemuda itu dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sedang bercakap dalam tahapan tes. I mengaku ingin menjadi prajurit Infanteri.

Baca juga artikel terkait RADIKALISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Irwan Syambudi