Menuju konten utama

Antisipasi Krisis, Moeldoko Tekankan soal Diversifikasi Pangan

Moeldoko menegaskan pemerintah terus berupaya memitigasi potensi krisis pangan akibat perubahan iklim dan geopolitik global.

Antisipasi Krisis, Moeldoko Tekankan soal Diversifikasi Pangan
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bersiap menyampaikan keterangan terkait kondisi keamanan terkini di Papua, di Jakarta, Kamis (21/7/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.

tirto.id - Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menekankan Indonesia tidak boleh mengalami krisis pangan. Ia juga tidak ingin Indonesia berdiam diri di tengah jutaan orang mengalami kekurangan gizi dan kesulitan pangan di tingkat global.

“Sembilan belas juta orang di dunia mengalami kurang gizi. Tiga ratus sembilan puluh empat juta masyarakat global sedang kesulitan dalam sektor pangan. Menghadapi situasi ini kita ngapain? Ini yang harus kita cari solusinya,” kata Moeldoko dalam program KSP Mendengar yang digelar secara daring, Senin (1/8/2022).

Moeldoko menuturkan, Indonesia memiliki cadangan pangan domestik yang tergolong baik. Sebagai contoh, Indonesia dalam 3 tahun terakhir mampu memproduksi sejumlah komoditas pangan secara berlebih, terutama komoditas beras. Angka produktivitas yang besar membuat Indonesia bisa memenuhi kebutuhan konsumsi nasional.

Akan tetapi, Moeldoko menilai, capaian tersebut tidak boleh membuat Indonesia lengah. Apalagi, situasi dunia terus berubah sangat cepat. Seperti perubahan iklim dan cuaca serta kondisi geopolitik global.

“Perubahan iklim dan cuaca bisa menyebabkan kondisi gagal panen. Perubahan geopolitik global, bisa membuat negara-negara produsen komoditas pangan menghentikan ekspornya, dan menyebabkan kenaikan harga energi sehingga terjadi konversi dari makanan menuju energi karena kebutuhan kapital,” jelas Moeldoko.

Mantan Panglima TNI ini menilai, Indonesia masih diuntungkan oleh kondisi iklim dan cuaca. Fenomena La Nina atau fenomena curah hujan tinggi yang terjadi saat ini, berdampak positif pada sektor pertanian, yakni tidak mengalami gagal panen. Namun di sisi lain, Indonesia juga terkena dampak terjadinya geopolitik global. Seperti konflik Rusia-Ukraina dan persoalan politik di Belarus.

“Konflik Rusia-Ukraina membuat kita tidak bisa impor gandum. Padahal kebutuhan kita sebesar 30 persen. Persoalan politik di Belarus, membuat kita harus impor pupuk dari negara lain dengan harga lebih tinggi. Belum lagi kenaikan harga minyak dunia yang membuat situasi semakin sulit. Ini tantangan dan harus kita cari solusinya,” kata pria yang juga Ketua HKTI ini.

Di tengah situasi tersebut, Moeldoko menegaskan, pemerintah terus berupaya untuk memitigasi potensi krisis pangan akibat perubahan iklim dan geopolitik global. Beberapa langkah yang diambil antara lain diversifikasi pangan, optimalisasi pupuk bersubsidi agar tepat sasaran, hingga kebijakan politik anggaran untuk ektensifikasi lahan-lahan pertanian.

“Untuk diversifikasi pangan, saya sudah mengawali menanam sorgum di NTT. Dan ternyata dalam kondisi yang kering, sorgum bisa tumbuh dengan subur. Nah, kita perlu mencari altrnatif-alternatif pangan baru untuk menggantikan beras,” kata Moeldoko.

Baca juga artikel terkait PANGAN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz