Menuju konten utama

Antara Spanyol, Galang Hendra, dan Asa Pembalap Indonesia

Kemenangan Galang Hendra Pratama di ajang World Supersport 300 (WSS300) menjadi pembuktian bahwa pembalap Indonesia juga mampu bersaing di pentas balap motor dunia.

Antara Spanyol, Galang Hendra, dan Asa Pembalap Indonesia
Galang Hendra Pratama. FOTO/yamaha-racing.com

tirto.id - Lagu Indonesia Raya berkumandang di Sirkuit Brno, Republik Ceko medio Juni lalu. Nampak di podium kemenangan, pria bertubuh mungil nampak dengan wajah tak kuasa menahan haru.

Ia adalah Galang Hendra Pratama, 19 tahun, hari itu, Minggu (10/6/2018) menjadi pemenang balapan World Supersport 300 (WSS300) menciptakan sejarah baru dalam kariernya, sekaligus untuk Tanah Airnya. Raihan 25 poin dari kemenangan di Sirkuit Brno memang hanya mampu membuat pemuda berdarah Jawa itu naik ke urutan kedelapan klasemen sementara WSS300.

Namun, arti kemenangan lebih dari itu. Galang menjadi pembalap Indonesia pertama yang mampu menjuarai ajang balap motor bertaraf global, setelah terakhir kali Benny Hidayat melakukannya tahun 1970 di Makau.

Kemenangan Galang di WSS300 bukan sebuah kebetulan atau keberuntungan. Pembalap asal Yogyakarta itu sudah menunjukkan keperkasaannya saat memenangkan balapan di Sirkuit Jerez, Spanyol, Oktober 2017. Kemenangan itu mengejutkan para peserta WSS300, sebab kala itu Galang hanya berstatus sebagai pembalap wild card bersama tim MotoX Racing (sekarang Biblion MotoX Racing).

Penampilan bagusnya di Jerez, Galang akhirnya mendapat kesempatan berkompetisi satu musim penuh bersama Biblion MotoX Racing Team. Selain Galang, Indonesia juga punya dua delegasi lain di WSS300, yakni Ali Adrian Rusmiputro yang membela panji tim Pertamina Almeria BCD BY MS Racing, dan Imanuel Putra Pratna bersama tim Terra E Moto.

Kemampuan Galang tidak hanya sebatas cepat di lintasan balap. Lebih dari itu, dia juga mampu menyumbang saran yang berguna untuk pengembangan motor Yamaha YZF-R3.

Dalam suatu kesempatan, Galang mengisahkan bagaimana ia mengubah setelan motor Yamaha R3 tim MotoX Racing hingga bisa mendapatkan waktu lap tiga detik lebih cepat. Kejadian itu membuatnya mendapatkan kepercayaan diri lebih tinggi, hingga bisa menang di Sirkuit Jerez.

Pemuda kelahiran 10 Maret 1999 itu memang memiliki kemampuan istimewa. Ia merupakan salah satu pembalap Asia yang memperoleh kesempatan latihan bersama Valentino Rossi dalam VR46 Master Camp—program pembinaan pembalap muda gagasan Yamaha.

Kemampuan Galang di dalam lintasan adu cepat menarik perhatian Rossi. Ia mengatakan, kemenangan di Brno merupakan bukti bahwa Galang memang berbakat dan cepat.

“Saya sangat bahagia dengan kemenangan Galang hendra di Brno. Saya sangat senang bertemu dengan Galang saat di Yamaha VR46 Master Camp. Kami berlatih bersama di Motor Ranch VR46 dan di Misano. Saya ingat pada hari itu banyak orang datang kepada saya dan mengatakan bahwa Galang sangat cepat dan dia tunjukkan dalam balapan terakhir (VR46 Master Camp). Saya tahu bahwa di Brno dia mendominasi balapan dari awal hingga putaran terakhir dan ini adalah sesuatu yang menjadi bukti bahwa ia cepat dan berbakat,” ujar Rossi, seperti dimuat website Yamaha Racing Indonesia.

Keberhasilan Galang menjuarai ajang balap motor level dunia meretas keraguan mengenai kemampuan pembalap Indonesia. Pemuda Yogyakarta telah menunjukkan, pembalap Indonesia bisa sejajar dengan para pembalap Eropa jika diberi kesempatan.

Pelajaran dari Spanyol

Akses masuk ke pentas balap motor dunia untuk pembalap dari luar Eropa masih terbatas. Di WSS300 tempat Galang Hendra berkompetisi misalnya, hanya ada enam pembalap non-Eropa. Tiga dari Indonesia, satu pembalap Australia dan dua perwakilan Afrika Selatan dari sekitar 40 partisipan.

Berbeda halnya dengan pembalap Eropa yang punya pintu masuk lebih luas ke dalam arena kejuaraan balap motor dunia. Terlebih Spanyol, kini seolah membuat imperium sendiri dalam kompetisi balap motor terbesar di dunia, MotoGP. Di kelas utama MotoGP, ada sembilan pembalap Spanyol dari total 23 peserta. Berbeda halnya dengan Asia yang hanya punya dua wakil, ialah Takaaki Nakagami (Jepang) dan Hafizh Syahrin (Malaysia).

Kemudahan bagi pembalap Spanyol berlaga di MotoGP dan kejuaraan dunia lainnya merupakan buah dari pesatnya perkembangan infrastruktur balap di Negeri Matador. Simon Buckmaster, mantan pembalap grand prix era 80’an asal Inggris dilansir dari Visordown memaparkan pembalap Spanyol memiliki fasilitas yang memadai untuk mengembangkan kemampuan.

Ada empat sirkuit di Spanyol yang terdaftar dalam kalender balap MotoGP, yakni Sirkuit Catalunya, Jerez, Aragon, dan Valencia. Selain itu, ada sejumlah sirkuit lain dengan layout dan tingkat keamanan sesuai standar internasional, di antaranya Albacete, Casteloli, Jarama, dan Cartagena.

Hal itu, menurut Buckmaster, membuat Spanyol menjadi destinasi impian bagi atlet balap motor dari seluruh dunia. Senada dengan Buckmaster, pembalap Repsol Honda asal Spanyol, Dani Pedrosa mengungkapkan bagaimana anak-anak di Spanyol difasilitasi untuk menjadi pembalap profesional.

Kultur di Spanyol juga memudahkan anak-anak muda untuk mahir berkendara sepeda motor. Artikel berjudul “Steve Parish Column: Spanish Will Dominate MotoGP For Years” yang dipublikasikan BBC 2013, para pemuda di Spanyol berusia antara 15-18 tahun sudah dilegalkan untuk mengendarai motor skuter. Di setiap pemberhentian lampu lalu lintas, bisa dilihat barisan pemuda dengan skuternya, layaknya pembalap di garis start.

Infografik Pembalap Indonesia di Ajang Balap Motor Dunia

Kejayaan Spanyol di industri balap motor dunia, seperti disebutkan dalam tulisan Asphalt and Rubber juga dipicu kecerdikan Dorna Sport sebagai penyelenggara event MotoGP dan World Superbike dalam membuat turnamen pencarian bakat. Pada 1999, Dorna menggandeng operator seluler Movistar untuk menyelenggarakan kompetisi balap “Movistar Junior Cup”.

Dari kompetisi tersebut, muncul nama-nama joki yang kemudian menjadi pembalap ternama, seperti Dani Pedrosa, Alvaro Bautista, Toni Elias, dan Efren Varquez. Kompetisi balap tersebut juga berhasil menemukan talenta hebat dari luar Spanyol, antara lain Casey Stoner dan Bradley Smith.

Salah satu kompetisi garapan Dorna yang beken di kalangan pembalap muda saat ini, yaitu FIM CEV (Campeonato de Espana de Velocidad). Ajang balap tersebut melahirkan sejumlah atlet balap motor terbaik, seperti Jorge Lorenzo, Marc Marquez, Maverick Vinales, dan Alex Rins.

Indonesia juga pernah memiliki pembalap di kompetisi tersebut, yakni Dimas Eky Pratama dan Andi Gilang bersama Astra Honda Racing Team. Sayangnya, dua pembalap tersebut tidak mendapatkan hasil memuaskan.

Upaya Dorna membuat kompetisi pencarian bakat di Spanyol menimbulkan anggapan keberpihakan mereka kepada orang Spanyol. Sebenarnya Dorna juga memberikan jembatan kecil kepada pembalap di luar Spanyol untuk melangkah ke MotoGP, seperti British Talent Cup yang digaungkan pada 2017 dan Asia Talent Cup mulai 2014, tapi tetap saja kompetisi di Spanyol yang dilirik tim balap profesional.

Kegemilangan Spanyol berkembang hingga menjadi pusat peradaban balap motor dunia, dimulai dari langkah yang sederhana. Seperti yang dikatakan Dani Pedrosa, orang-orang yang punya kuasa menaruh perhatian kepada perkembangan balap motor di sana. Selanjutnya, pengembangan infrastruktur secara profesional memberikan sarana yang memadai untuk pengembangan karier atlet balap motor.

Cara Spanyol membina industri balap motor patut dicontoh oleh Indonesia yang hanya punya sedikit perwakilan di pentas balap dunia. Dalam lima dekade terakhir, sedikit sekali pembalap Indonesia di pentas balap motor dunia. Di 1970, Benny Hidayat mengangkat gengsi Indonesia setelah menjuarai GP Makau. Dalam kesempatan yang sama, Tjejep Heriyana sukses finis di peringkat ketiga. Dua pembalap Indonesia ada di podium kemenangan. Waktu itu, Hendra Tirtasaputra juga ikut mewakili Indonesia meskipun tidak meraih kemenangan.

Cerita bahagia di 1970 cukup sulit untuk diulang. Di tahun 2000-an, Dony Tata Pradita dan Rafid Topan Sucipto hanya bisa menjadi pelengkap di kompetisi GP250 dan Moto2. Setelah itu baru pada 2017, Galang Hendra membuat Indonesia Raya berkumandang di arena balap level global.

Keberhasilan Galang patut disyukuri, tapi juga menjadi evaluasi untuk insan balap motor Tanah Air. Perlu adanya perbaikan kompetisi dan infrastruktur agar pembalap lokal lebih kompetitif.

Ikatan Motor Indonesia (IMI) sebagai hulu kegiatan olahraga bermotor masih berupaya membenahi iklim balap motor di dalam negeri. Salah satu rencana jangka pendek yang akan dilakukan, yakni membenahi kompetisi dan meningkatkan kualitas sirkuit di daerah. IMI juga akan membuat aturan kompetisi tahun depan harus di sirkuit permanen, meski kecil tapi aman untuk pembalap

“Tahun depan (2019), saya akan mengevaluasi kejuaraan balap motor nasional, salah satunya Motoprix. Seri balap saya buat lebih sedikit, tapi berkualitas (dikelola secara profesional), daripada banyak seri tapi berantakan," kata Kepala Bidang Balap Motor IMI, Medya Saputa kepada Tirto..

Baca juga artikel terkait MOTOR atau tulisan lainnya dari Yudistira Perdana Imandiar

tirto.id - Otomotif
Penulis: Yudistira Perdana Imandiar
Editor: Suhendra