Menuju konten utama

Anjloknya Harga Minyak Brent dan WTI Sumbang Pelemahan Rupiah

Perdagangan nilai tukar dibuka di kisaran Rp15.455 per dolar AS dan sempat melemah menuju Rp15.605 per dolar AS.

Anjloknya Harga Minyak Brent dan WTI Sumbang Pelemahan Rupiah
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

tirto.id - Anjloknya harga minyak dunia yang sempat menyentuh di bawah angka 0 dolar AS per barel minyak menyumbang tren pelemahan nilai tukar. Bank Indonesia tak menampik kalau pergerakan harga komoditas di tengah pandemi Corona atau COVID-19 ini turut menahan gerak penguatan rupiah.

Melansir RTI, perdagangan nilai tukar dibuka di kisaran Rp15.455 per dolar AS dan sempat melemah menuju Rp15.605 per dolar AS. Sejalan dengan itu, per Rabu (22/4/2020) harga minyak jenis Brent terus merosot hingga 24 persen ke level 15,98 per barel, yang merupakan harga terendah sejak Juni 1999. Dua hari sebelumnya, harga minyak WTI turun hingga minus 37,63 dolar AS per barel minyak.

“Dalam jangka pendek faktor teknikal memang berpengaruh misalnya (harga) minyak jatuh, perselisihan Arab Saudi dan Rusia tentang minyak itu teknikal,” ucap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam siaran live di akun Youtube BI, Rabu (22/4/2020).

Meski demikian, Perry yakin pergerakan nilai tukar masih dipengaruhi faktor lain. Ia mencontohkan geopolitik Korea Utara juga menyumbang pengaruh pada nilai tukar.

Dia juga menambahkan rupiah masih didukung oleh berbagai tren positif. Misalnya pembukaan masa lockdown di Amerika Serikat. Lalu ada juga peningkatan kepercayaan pasar usai ada langkah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terkait penanganan Corona di dalam negeri.

“Kami yakin secara tren dan fundamental kurs akan menguat Rp15 ribu per dolar AS di akhir tahun 2020. Itu terlihat juga di pasar saham,” ucap Perry.

Adapun turunnya harga minyak dunia disebabkan karena turunnya permintaan di tengah pandemi. Keadaan diperburuk oleh perselisihan Rusia dan negara produsen dan eksportir minyak atau OPEC sehingga keduanya malah menambah produksi saat dunia membutuhkan pemotongan pasokan.

Meski sudah terjadi kesepakatan antara Rusia dan OPEC, penurunan harga minyak terus terjadi. Dalam tren minusnya harga minyak jenis WTI, produsen mulai kehabisan ruang untuk menyimpan minyak. Di sisi lain mereka tidak mungkin menyetop produksi sumur atau menutup kilang karena biayanya bakal lebih mahal. Alhasil produsen sempat menjual dengan harga minus alias membayar balik siapapun yang mau membeli.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH MELEMAH atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan