Menuju konten utama

Anggota Srimulat: Sejarah, Nama Pendiri, dan Kariernya

Sejarah Srimulat, siapa saja anggota dan bagaimana kariernya?

Anggota Srimulat: Sejarah, Nama Pendiri, dan Kariernya
Kelompok lawak Srimulat (ki-ka) Tessy, Djudjuk Djuwariah, Gogon Margono dan Mamiek Prakosa saat hadir dalam penayangan perdana film "Finding Srimulat" di Jakarta, Selasa, (2/4). FOTO ANTARA/Teresia May

tirto.id - Film biopik grup lawak Srimulat baru saja dirilis di berbagai bioskop Indonesia pada Kamis (19/5/2022). Disutradarai oleh Fajar Nugros, film ini menceritakan perjalanan Asmuni cs ketika menjalankan grup lawak legendaris tersebut.

Berjudul Srimulat: Hil yang Mustahal - Babak Pertama, film ini dibintangi oleh aktor kenamaan Indonesia seperti Ibnu Jamil, Rano Karno, Teuku Wikana, Dimas Anggara, Morgan Oey, dan deretan aktor lainnya.

Melansir Antara, sutradara Srimulat: Hil yang Mustahal, Fajar Nugros, menjelaskan bahwa film barunya ini tidak hanya memberikan suguhan komedi, tetapi juga berusaha memperkuat nilai persatuan dan kesatuan.

"Saya berharap, film ini tak sekadar memberi tawa, tetapi juga makna. Tidak sekadar menghibur Indonesia yang sudah lelah karena pandemi, tapi juga membuat kita membaca ulang makna persatuan lewat bahasa Indonesia, seperti halnya apa yang diperjuangkan Srimulat lewat komedinya," kata Fajar sebagaimana dikutip Antara.

Berdurasi 1 jam 50 menit, film bikinan rumah produksi MNC Pictures dan IDN Pictures ini mendapatkan penilaian sebesar 8.2 dari 10 di laman IMDb.

Sejarah Grup Lawak Srimulat

Grup lawak Aneka Ria Srimulat, atau lebih dikenal dengan nama Srimulat saja, merupakan grup lawak legendaris yang mewarnai seni pertunjukkan Indonesia sejak 1950 hingga akhir 1980-an.

Aneka Ria Srimulat didirikan oleh sepasang suami-istri, Raden Ayu Srimulat dan Kho Tjien Tiong alias Teguh Slamet Rahardjo, pada 1950 di Solo.

Sebagaimana dicatat Dwi Anni Esya dan Yohannes Hanan dalam jurnal bertajuk "Grup Lawak Aneka Ria Srimulat Surabaya Tahun 1961-1989", awalnya grup ini diberinama Gema Malam Srimulat.

Gema Malam Srimulat bukan grup lawak, grup ini dirintis sebagai orkes musik yang menawarkan humor sebagai selingan dalam pertunjukkan musik mereka.

Teguh Slamet Rahardjo memang mengawali karier sebagai musikus. Ia adalah pengiring Orkes Keroncong Bunga Mawar pimpinan Raden Suprono.

Tak jauh berbeda dari suaminya, R. A. Srimulat juga pertama dikenal sebagai penyanyi. Ia adalah primadona panggung yang pandai menembang macapat dan pop Jawa.

Oleh karenanya, tak heran jika Gema Malam Srimulat dibentuk sebagai orkes musik. Nama R. A. Srimulat yang sudah menjual di Solo dan sekitarnya membuat Teguh memilih menggunakan nama istrinya sebagai nama grup.

Setahun berselang setelah dibentuk, Gema Malam Srimulat mengadakan pertunjukkan perdana di Blitar. Sebagaimana dicatat Tempo (29/08/2011), Gema Malam Srimulat menampilkan pementasan musik keroncong berdurasi 40 menit dengan selingan lakon lawak. Lawakan tersebut dimainkan oleh Ranudikromo, Sarpin, Djuki, Suparni, dan Wadino alias Bandempo.

Menurut catatan Herry Gendut Janarto dalam buku Teguh Srimulat: Berpacu dalam Melodi dan Komedi (1990), pertunjukan Srimulat di Blitar meraih sukses besar.

Sukses di Blitar, Srimulat kemudian berkeliling di berbagai tempat di Pulau Jawa, dari satu pasar malam ke pasar malam yang lain. Berkat pertunjukan keliling ini, nama Gema Malam Srimulat mulai mendapat reputasi di masyarakat kota Solo dan sekitarnya.

Srimulat Berubah Nama

Seiring reputasi yang mulai meningkat, Srimulat beberapa kali mengubah namanya. Gema Malam Srimulat berganti menjadi Srimulat Review, yang berarti barisan penyanyi Srimulat. Hingga akhirnya grup ini berganti nama menjadi Aneka Ria Srimulat.

Perubahan nama menjadi Aneka Ria Srimulat dilakukan seiring reputasi grup bikinan Teguh dan R. A. Srimulat berkembang. Srimulat yang mulanya diniatkan sebagai orkes musik, justru makin dikenal dengan guyonan lakon dagelan yang menarik.

Sebagaimana tercatat dalam Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984 (1984), Teguh menggantikan R. A. Srimulat sebagai pemimpin Aneka Ria Srimulat pada 1957.

Kepemimpinan Teguh ditandai dengan arah pertunjukkan Aneka Ria Srimulat yang lebih berfokus menggarap lakon lawak.

”Kami di sini kebanyakan berasal dari ketoprak dan ludruk, mencoba menempuh jalan kami sendiri dengan membuang dagelan blangkon,” kata Teguh kepada Tempo (30/4/1974).

Dagelan blangkon merupakan pertunjukkan lakon humor hafalan dengan naskah lawak yang telah direncanakan. Teguh ingin mengubah konsep lakon tersebut dengan memperbanyak improvisasi.

”Bila dalam musik ada improvisasi, mengapa dalam lawak tidak?” kata Teguh dalam Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984.

Pada 1961, Aneka Ria Srimulat membuat keputusan besar dengan berpindah markas dari Solo ke Surabaya. Pemeritah Surabaya, pada waktu itu, menawari Srimulat tempat di Taman Hiburan Rakyat (THR) di Surabaya.

Teguh dan R. A. Srimulat menerima tawaran pemerintah Srimulat tersebut dan memindahkan semua anggota ke Surabaya dan memainkan pertunjukkan secara permanen di THR.

Aneka Ria Srimulat mendapat sambutan hangat dari masyarakat Surabaya. Menurut Dwi Anni Esya dan Yohannes Hanan, kondisi penonton di Surabaya yang lebih semarak dan egaliter membuat lawakan Srimulat mendapat tempat di masyarakat.

Srimulat Berkembang Pesat

Nama Aneka Ria Srimulat berkembang pesat setelah berpindah ke Surabaya. Selain melakukan pertunjukkan reguler di THR, Srimulat kemudian banyak mendapat panggilan ke berbagai daerah untuk melawak.

Pada 1968, Raden Ayu Srimulat tutup usia. Sepeninggal sang primadona panggung, Aneka Ria Srimulat kemudian memfokuskan diri menjadi grup lakon humor.

Keputusan menjadi grup lakon humor ternyata membawa Aneka Ria Srimulat kepada era kejayaannya. Dalam kurun waktu satu dekade, Aneka Ria Srimulat berubah menjadi grup lawak yang dikenal secara nasional.

Pada akhir tahun 1960-an hingga akhir 1970-an pula banyak pelawak bintang Srimulat bergabung. Dalam catatan Dwi Anni Esya dan Yohannes Hanan, nama-nama seperti Bambang Gentolet, Tessy, Asmuni, Triman, Didik Mangkuprojo, Tarzan, Basuki, dan Timbul bergabung pada masa tersebut.

Pada masa keemasaannya, Aneka Ria Srimulat memiliki tiga markas yakni Surabaya, Jakarta, dan Solo. Menurut Dwi Anni Esya dan Yohannes Hanan, pada periode ini, anggota Aneka Ria Srimulat hampir mencapai 100 orang dan merambah layar bioskop dengan membuat film.

Era kejayaan Srimulat berhenti ketika Teguh Slamet Rahardjo membubarkan Srimulat pada 1989. Keputusan tersebut Teguh ambil setelah Aneka Ria Srimulat mengalami penurunan jumlah penonton yang waktu itu mulai lebih memilih menonton televisi ketimbang datang ke pementasan lawak.

Baca juga artikel terkait SRIMULAT atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dipna Videlia Putsanra