Menuju konten utama

Ancang-Ancang Blue Bird Hadapi Transportasi Online

Bagaimana menghadapi pesatnya GoCar-Uber-Grab? Pelajari dan nyemplung ke dalam bisnis digital seperti startup-startup tersebut.

Ancang-Ancang Blue Bird Hadapi Transportasi Online
Taxi Blue Bird. [Foto/bluebirdgroup.com]

tirto.id - Blue Bird, perusahaan taksi yang didirikan Mutiara Djokosoetono di tahun 1965, pada Jumat (23/1) resmi mengumumkan Sandy Permadi sebagai direktur keuangan mereka yang baru. Sebelum berlabuh pada Blue Bird, Sandy memegang posisi yang sama di perusahaan lamanya. Sandy, sebelum menerima pinangan Blue Bird, merupakan Chief Financial Officer Lazada, salah satu ecommerce terbesar di Indonesia yang didukung oleh Alibaba Group.

Aksi perekrutan ini lantas menggemakan kabar bahwa Blue Bird kini akan semakin fokus pada dunia digital. “Blue Bird tetap fokus pada bisnis transportasi penumpang darat. Namun, dalam perkembangan dunia usaha saat ini sebuah bisnis tidak harus kaku dan terkotak melalui satu channel saja. Dengan adanya Pak Sandy, dapat membantu Blue Bird untuk bisa meningkatkan kemampuan digital lebih cepat,” terang Direktur Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono, sebagaimana diwartakan CNBC.

Blue Bird tak punya pilihan untuk tidak beradaptasi lebih jauh ke dunia digital. Paling tidak, sejak kuartal-4 2015, pendapatan dan laba bersih Blue Bird cenderung menurun. Pada saat itu, pendapatan Blue Bird berada di angka Rp1,4 triliun dengan laba bersih sebesar Rp198 miliar.

Lalu, pada kuartal-1 2016 pendapatannya menurun menjadi Rp1,2 triliun dengan laba bersih sebesar Rp138 miliar. Terakhir, pada kuartal-3 2017, perusahaan itu hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp1,04 triliun dengan laba bersih sebesar Rp109 miliar.

Penurunan pendapatan yang dialami Blue Bird itu berbanding terbalik dengan dunia ride-sharing. Mengutip data yang dipacak Statista, pendapatan dunia ride-sharing Indonesia diprediksi menyentuh angka $159 juta di tahun 2018 ini. Lalu, dari 2018 hingga 2022 akan tercipta pertumbuhan hingga 16 persen dan kemudian menciptakan pendapatan sebesar $288 juta di tahun 2022.

Sebetulnya, Blue Bird telah beberapa kali berupaya masuk ke dunia digital. Pada 30 Maret 2017 lalu, perusahaan tersebut menggandeng Go-Jek untuk melahirkan Go-Bluebird.

“Karena bertambahnya channel order kami, selain menyetop di jalan, pangkalan, aplikasi My Blue Bird, dan kini ditambah GO-BLUE BIRD, saya harap pengemudi Blue Bird semakin semangat dan semakin sejahtera”, kata Adrianto Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird kala itu mengomentari kerjasama antara perusahaannya dengan Go-Jek.

Sayangnya, kerjasama itu, jika dilihat dari sisi Blue Bird, tak menguntungkan. Pada saat kerjasama dilakukan, tarif per kilometer Go-Car berada di angka Rp3.397. Sementara itu, tarif per kilometer Blue Bird ada di angka Rp3.500. Kita bisa melihat perbedaannya, misalnya, pada perjalanan sepanjang 10,6 kilometer.

Go-Car hanya mematok tarif sebesar Rp36.008. Lalu, dengan rute yang sama, pelanggan harus membayar Rp43.600 (dengan tambahan biaya Rp6.500) bila menggunakan Blue Bird.

Maka, satu-satunya cara terbaik bagi Blue Bird untuk bisa menang di pertarungan transportasi dalam kerangka digital ialah terjun lebih dalam di dunia itu. Perekrutan Sandy Permadi dipercaya untuk melakukan hal tersebut.

Membajak Karyawan

Aksi merekrut karyawan dengan kemampuan khusus yang dimiliki perusahaan lama dan tak dimiliki perusahaan perekrut lazim dilakukan. Terutama dalam dunia teknologi. Google misalnya, pada akhir Desember lalu merekrut sosok bernama John Bruno. Sebelum direkrut Google, Bruno merupakan seorang perancang chip pada Apple. Kerja Bruno, menciptakan prosesor khusus bagi Apple.

Merujuk akun LinkedIn Bruno, seblum berlabuh di Apple ia bekerja pada AMD. Di perusahaan pembuat prosesor itu, salah satu tugas yang dibebankan pada Bruno ialah menciptakan perangkat keras spesifik.

Aksi Google merekrut salah seorang karyawan inti Apple itu diduga untuk mendukung Google menciptakan prosesornya sendiri, yang hendak digunakan pada lini perangkat keras Google seperti Pixel. Pixel 2, lini terbaru smartphone buatan Google menggunakan prosesor Snapdragon 835 buatan Qualcomm. Ini berbeda dengan Apple yang telah mampu mendesain prosesornya sendiri meskipun perakitannya masih diserahkan pada pihak ke-3.

Selain Google, merekrut karyawan perusahaan lain pun dilakukan Apple. Kurt Adelberger, salah seorang sosok yang namanya terpatri dalam paten bertajuk “Mediator device for smart electric vehicle charging” direkrut Apple dari Google. Sebagaimana judul paten itu, sebelum di Apple, Adelberger bekerja di Google dalam kerangka sebagai salah satu teknisi mobil swakemudi mereka.

Perekrutan Adelberger diduga kuat terkait dengan ambisi Apple yang ingin ikut menciptakan mobil swakemudi dalam proyek yang dinamai Titan.

Yang menarik, soal rekrut-merekrut karyawan bertalenta di perusahaan pesaing ini pernah disinggung oleh mendiang Steve Jobs, pendiri Apple. Terang-terangan, Jobs pernah meminta agar Eric Schmidt, Chief Executive Google kala itu, berhenti merekrut pegawainya.

“Saya akan sangat senang jika HRD Anda berhenti melakukan [perekrutan karyawan Apple] ini,” cetus Jobs.

Baca juga artikel terkait TRANSPORTASI ONLINE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani