Menuju konten utama

Anang Hermansyah: Pekerja Ekonomi Kreatif Didominasi Lulusan SMA

"Data riset Ekraf dan BPS tahun 2015 mengungkapkan jumlah pekerja di sektor ekraf didominasi lulusan SMA sebanyak 57,20 persen dan 36,10 persen lulusan SMP ke bawah. Hanya 6,7 persen pekerja di sektor ekraf berpendidikan diploma ke atas."

Anang Hermansyah: Pekerja Ekonomi Kreatif Didominasi Lulusan SMA
Anggota Komisi X DPR Anang Hermansyah, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan musisi Fariz RM menjadi narasumber pada Konferensi Musik Indonesia 2018, di Taman Budaya Ambon, Rabu (7/3/2018). ANTARA FOTO/Embong Salampessy

tirto.id - Anggota Komisi X DPR RI Anang Hermansyah mengemukakan, peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk serius memperhatikan pendidikan pekerja di sektor kreatif yang sejauh ini masih didominasi lulusan SMA dan SMP.

Sebagaimana diberitakan Antara, anggota Fraksi PAN ini mengatakan dalam pemajuan sektor ekonomi kreatif (ekraf) di Indonesia harus ditopang dengan pendidikan dan pengetahuan yang memadai.

"Data riset ekraf dan BPS tahun 2015 mengungkapkan jumlah pekerja di sektor ekraf didominasi lulusan SMA sebanyak 57,20 persen dan 36,10 persen lulusan SMP ke bawah. Hanya 6,7 persen pekerja di sektor ekraf berpendidikan diploma ke atas," kata Anang Hermansyah dalam pernyataan di Jakarta, Rabu (2/5/2018), terkait Hari Pendidikan Nasional 2018.

Selain itu, kata Anang, dalam riset tersebut juga terungkap, mayoritas tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif didominasi tenaga kerja berjenis blue collar yang terdiri atas tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga produksi dan pekerja kasar sebesar 92,19 persen.

"Hanya 7,8 persen pekerja di ekonomi kreatif yang masuk kategori white collar yang merupakan tenaga profesional, teknisi dan tenaga yang sesuai dengan bidangnya," kata Anang.

Musisi asal Jember ini pun mencontohkan persoalan yang terjadi di industri film nasional yang disebut berpotensi mengalami krisis tenaga kerja profesional.

Menurut dia, informasi yang diperoleh dari pekerja film, selama tahun 2018 ini ditaksir sebanyak 150 produksi film yang setiap film membutuhkan rata-rata 120 tenaga kerja.

"Pekerja film Joko Anwar menyebutkan jika satu bulan terdapat 12 produksi film, maka dibutuhkan 1.400 kru film. Masalahnya, ketersediaan kru film saat ini tidak mencukupi," kata Anang.

Menurutnya, situasi tersebut merupakan salah satu contoh persoalan yang muncul di sektor ekonomi kreatif terkait dengan penguatan SDM. Dia menegaskan pemerintah harus memikirkan penguatan SDM di sektor kreatif jika ingin serius menggarap sektor ini.

"Maka mau tidak mau, pemerintah harus membuat terobosan dengan menggarap secara serius pendidikan di bidang kreatif. Karena sektor ini memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi bagi perekonomian nasional," kata Anang.

Selain itu, sektor pendidikan akan berkorelasi pada kualitas kreatif yang dihasilkan. Ia meyakini, jika investasi pendidikan di sektor kreatif dapat digarap dengan bagus maka perkembangan ekonomi kreatif di tanah air akan meningkat.

"Yang perlu dicatat juga, pendidikan sektor kreatif ini juga harus merata di seluruh wilayah Indonesia dengan menyesuaikan karakteristik masing-masing daerah," kata Anang.

Baca juga artikel terkait HARDIKNAS

tirto.id - Pendidikan
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani