Menuju konten utama

Analisis Sidney Jones Soal Relasi Teror Bom Surabaya dengan ISIS

Sidney Jones menyatakan pelaku teror bom di Surabaya memiliki guru yang aktif menjalin koneksi dengan ISIS.

Analisis Sidney Jones Soal Relasi Teror Bom Surabaya dengan ISIS
Personel penjinak bom (Jibom) bersiap melakukan identifikasi di lokasi ledakan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Ngagel Madya, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

tirto.id - Direktur Institute for Policy Analyst of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengungkapkan analisisnya mengenai keterkaitan teror bom di Surabaya dengan ISIS.

Menurut Sidney, teror bom di Surabaya pada 13 dan 14 Mei 2018 mengindikasikan ada upaya jaringan pendukung ISIS di Indonesia untuk menunjukkan eksistensinya ketika jaringan mereka melemah.

"Justru seperti ada indikasi melemah. Kalau kita lihat pelaksanaan di daerah lain, justru pada saat kelompok teroris mulai menurun pengaruhnya, mereka mencari taktik-taktik yang spektakuler untuk muncul di depan umum dan dapat perhatian," kata Sidney di Hotel Ashley, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Sidney juga mengungkapkan bukti relasi jaringan pelaku teror di Surabaya dengan ISIS. Menurut dia, tiga keluarga pelaku ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo guru pengajian yang sama, yakni Khalid Abu Bakar.

Sementara Khalid, dalam catatan Sidney, memiliki koneksi dengan jaringan di Suriah melalui seorang bernama Ustaz Gana. Karena itu, ISIS kemudian mengklaim bahwa aksi teror di Surabaya dilakukan oleh para pendukung organisasi teror itu.

"Ustaz Gana masih aktif di Suriah dan bisa berkomunikasi dengan ISIS sehingga mereka bisa langsung bertanggungjawab atas kejadian di Surabaya," kata Sidney.

Mengenai pelibatan anak-anak dalam teror bom di Surabaya, Sidney menilainya sebagai pola strategi teror baru. Namun, dia meyakini metode seperti itu amat sulit diikuti oleh pelaku teror lain di Indonesia.

"Orang ekstremis sendiri tidak mau mengorbankan anaknya. Itu single incident [kasus tunggal], saya berharap begitu. Tidak akan terjadi lagi memakai anak sendiri sebagai pembom bunuh diri," ujarnya.

Peneliti senior di bidang terorisme tersebut juga mengingatkan bahwa kelompok paling berbahaya sebenarnya bukan Warga Negara Indonesia (WNI) yang baru pulang dari Suriah. Sidney berpendapat orang-orang Indonesia yang selama ini mendukung ISIS dan belum pernah ke Suriah jauh lebih berbahaya.

"Yang lebih berbahaya adalah orang lokal yang tidak pernah injak kaki ke Suriah tapi masih punya harapan, masih punya ilusi bahwa Daulah Islamiah adalah hal yang terpenting. Mereka masih punya semangat," ujar Sidney.

Padahal, setelah mengalami kekalahan di Suriah dan Iraq, Sidney memprediksi kekuatan ISIS telah jauh menurun dan terus melemah.

"Nah sekarang, hampir tidak ada [WNI] yang mau berhijrah ke Suriah. Mereka tidak akan lagi mengarahkan energi mereka ke luar negeri, justru melakukan aksi di sini [Indonesia]," kata Sidney.

Baca juga artikel terkait BOM SURABAYA atau tulisan lainnya dari Naufal Mamduh

tirto.id - Hukum
Reporter: Naufal Mamduh
Penulis: Naufal Mamduh
Editor: Addi M Idhom