Menuju konten utama

Analisis BMKG Soal Gempa Bengkulu, Lampung & Teka-teki Penyebannya

Berdasarkan hasil pengamatan peta seismisitas di Samudra Hindia selatan Bangkulu dan Lampung tampak klaster pusat-pusat gempa yang mencolok.

Analisis BMKG Soal Gempa Bengkulu, Lampung & Teka-teki Penyebannya
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Gempa tektonik dengan magnitudo 5,1 yang mengguncang Bengkulu kemarin sore Kamis (18/2/2021) pukul 17.43.09 WIB masih menjadi teka-teki. Gempa dengan episenter di laut pada jarak 85 kilometer arah Barat Daya Kota Bengkulu ini dirasakan oleh warga.

Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, disebut gempa teka-teki, karena gempa ini adalah gempa signifikan ke-16 sejak November 2020 yang mengguncang zona gempa Selatan Bengkulu – Lampung.

Hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa zona gempa di Samudra Hindia selatan Bengkulu dan Lampung saat ini memang sedang terjadi peningkatan aktivitasnya sejak 3 bulan terakhir.

Menurut Daryono, berdasarkan hasil pengamatan peta seismisitas di Samudra Hindia selatan Bangkulu dan Lampung tampak klaster pusat-pusat gempa yang mencolok, dengan gempa paling kuat yaitu Gempa Enggano magnitudo 6,3 pada Rabu (10/2/2021) malam pukul 19.52 WIB.

Tidak itu saja, di zona ini juga terjadi gempa kembar (doublet earthquake) dengan magnitudo 5,3 dan 5,5 pada hari Sabtu (13/2/2021) pukul 11.18 WIB dan 11.30 WIB.

"Harapan kita semoga rentetan gempa signifikan yang mengguncang Bengkulu – Lampung ini segera berakhir, tetapi jika dalam beberapa hari ke depan masih berlanjut maka kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan, khususnya masyarakat pesisir Bengkulu, Lampung dan Pulau Enggano," kata Daryono.

Daryono mengatakan, evakuasi mandiri harus benar-benar dipahami oleh masyarakat pesisir dengan menjadikan guncangan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Sehingga warga pesisir pantai harus segera menjauh dari pantai saat merasakan guncangan gempa kuat tersebut.

Menurutnya, cara ini terbukti ampuh dalam menjamin keselamatan warga saat terjadi tsunami dan sudah dibuktikan masyarakat Pulau Simeulue. Warisan kearifan lokal “smong” adalah cara selamat yang sudah ratusan tahun diterapkan dalam menghadapi tsunami. Smong sepatutnya diadopsi oleh masyarakat yang bermukim di pantai rawan tsunami.

"Meskipun kita kemungkinan juga akan dihadapkan kepada kenyataan bahwa gempa kuat yang terjadi belum tentu memicu tsunami, tetapi inilah kesiapsiagaan yang harus dilakukan agar kita dapat selamat dari tsunami," ujarnya.

Selain wilayah Bengkulu dan Lampung, menurut Daryono masih ada beberapa zona aktif gempa lain yang perlu dicermati berdasarkan data aktivitas seismisitas sejak 1 Januari 2021 maupun berdasarkan aktivitas seismisitas 20 hari terakhir. Zona aktif tersebut adalah Aceh, Nias, Selatan Jawa, Lombok, Sumbawa, Sumba, Luwu Timur, Morowali, Bolaang Mongondow, dan Laut Maluku.

"Zona aktif ini masih dapat terus berlanjut, yang memungkinkan dan berpotensi terjadi gempa signifikan atau berakhir dan membentuk klaster zona aktif baru," pungkas Daryono.

Baca juga artikel terkait GEMPA BENGKULU atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH