Menuju konten utama

Anak Kartosuwiryo Ikrar Setia ke NKRI di Depan Wiranto

Empatbelas orang keturunan maupun eks pengikut DI/TII, termasuk anak tokoh DI/TII Kartosuwiryo. H Sarjono Kartosuwiryo ikut mengucapkan sumpah setia ke NKRI di depan Menkopolhukam Wiranto.

Anak Kartosuwiryo Ikrar Setia ke NKRI di Depan Wiranto
Menko Polhukam Wiranto memberikan arahan dalam acara pengucapan ikrar setia kepada Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di Jakarta, Selasa (13/08/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay.

tirto.id - Menkopolhukam Wiranto menerima ikrar setia dari 14 orang anggota kelompok ekstrimis penolak Indonesia. Dari 14 orang tersebut, empat merupakan keturunan tokoh petinggi DI/TII. Pemerintah berharap kelompok lain yang kini belum pro-NKRI bisa mendukung Indonesia.

Dalam acara di Kemenkopolhukam, 14 orang keturunan maupun eks pengikut DI/TII. Keempat belas orang yang hadir adalah H Sarjono Kartosuwiryo, Aceng Mi'raj Mujahidin Sibaweh, H Yudi Muhammad Auliya, K Dadang Fathurrahman, Yana Suryana, Deden Hasbullah, Ahmad Icang rohiman, Mamat Rohimat, Dadang Dermawan, Eko Hery Sudibyo, Cepi Ardiansyah, Nandang Syuhada, Deris Andrian, Ali Abdul Adhim.

Dari 14 nama, 4 nama merupakan anak tokoh DI/TII, yakni Sarjono Kartosuwiryo (putra Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, orang yang masih dianggap tokoh di Darul Islam), Aceh Mi'raj (putra imam DI/TII terakhir yang diakui di kelompok DI dan Harokah Islam Indonesia, Aceh juga disebut pemimpin Harokat Islam Indonesia), Yudi Muhammad (tokoh muda sekaligus cucu pendiri DI/TII KH Yusuf Taujuri), dan Dadan Fathurrahman (cucu Badruzzaman, guru Kartosuwiryo). Ke-14 kelurga tokoh tersebut mengucap ikrar janji untuk setia kepada Indonesia.

Dalam acara, Menkopolhukam Wiranto mengapresiasi sikap mereka berbaiat kepada Indonesia. Ia mengatakan, kelompok yang kini berbaiat dengan Indonesia sebelumnya adalah kelompok yang ingin membangun negara Islam.

"Saya sampaikan bahwa kita katakanlah mendapat suatu bonus adanya satu ikrar dari teman-teman kita yang dulu bercita-cita negara lain, bercita-cita bukan NKRI tapi bercita-cita negara Islam Indonesia yang berjuang kurang lebih ya belasan tahun kan dari 1949 sampai 1962," kata Wiranto di kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Selasa (13/8/2019).

"Bukan main perjuangan itu. Tapi hari ini mereka berikrar sadar mengajak para pendukungnya simpatisannya para keturunannya untuk bersama-sama berikrar bahwa satu-satunya ideologi di negeri ini adalah Pancasila. Itu luar biasa. Dan mengakui keberadaan NKRI sebagai wadah negara kesatuan RI," lanjut Wiranto.

Wiranto bersyukur kelompok ini akhirnya sadar dan kembali ke pangkuan pertiwi. Kini, ia berharap agar kelompok lain bisa bergabung dengan NKRI. Ia berharap kelompok yang berikrar untuk Indonesia saat ini bisa menularkan kepada kelompok lain yang belum mendukung NKRI.

"Saudara-saudara sekalian ikut menggelorakan semangat ini, akan diikuti oleh teman-teman kita yang sementara ini belum sadar sementara ini masih bermimpi untuk mengganti NKRI dengan negara dalam bentuk yang lain. Masih bermimpi untuk mengganti ideologi negara pancasila dengan ideologi lain. Inilah yang kita harapkan agar kesadaran itu bisa menyebar kepada saudara-saudara kita yang belum sadar," kata Wiranto.

Sementara itu, perwakilan dari kelompok yang menyatakan berikrar Sarjono Kartosuwiryo mengaku dirinya berbaiat kepada Indonesia setelah merenung panjang. Ia mengaku menerima dampak buruk dari aksi perpecahan.

"Saya menerima akibat yang buruk daripada perpecahan. Sekarang orang-orang yang mulai mengadakan perlawanan, baik itu apapun bentuknya itu berakibat kepada anak dan keluarganya. Bapaknya meninggal udah selesai, anaknya anak yatim siapa yang ngurus? Kita yang ngurus yang ditinggalkan," kata Sarjono di gedung Polhukam, Jakarta, Selasa (13/8/2019).

Sarjono mengaku, pengikutnya tidak sedikit setelah menyatakan mendukung NKRI. Akan tetapi, ia menduga jumlah pendukung mencapai jutaan. Sarjono berharap kawan-kawan lain mengikuti langkah mereka untuk membela NKRI. Sebab, Indonesia yang rusak justru membuat warga sendiri merugi. Masyarakat perlu terlibat demi menjaga ideologi bangsa.

Baca juga artikel terkait EKSTRIMISME atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri