Menuju konten utama

Anak-Anak Bisa Kena Diabetes, Batasi Makanan-Minuman Bergula

Jumlah penderita diabetes anak telah mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir.

Anak-Anak Bisa Kena Diabetes, Batasi Makanan-Minuman Bergula
Diabetes pada anak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga dapat terjangkit penyakit Diabetes Melitus (DM). Pola makan yang buruk seperti konsumsi minuman manis menjadi salah satu faktor penyumbang risiko.

DM merupakan penyakit metabolik utama pada anak yang sifatnya kronik dan potensial mengganggu tumbuh kembang. Pada anak dikenal 2 jenis diabetes, yaitu DM tipe-1 dengan jumlah kadar insulin rendah akibat kerusakan sel beta pankreas. Lalu, DM tipe-2 yang bisa disebabkan oleh resistensi insulin, walaupun kadar insulin dalam darah normal.

Faktor penyebab utama DM-tipe 1 adalah faktor genetik, sedangkan pada DM-tipe 2 biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kegemukan. Pada anak, DM tipe-1 merupakan jenis DM yang paling sering ditemukan. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengemukakan terdapat lebih dari 1000 kasus anak dengan diabetes melitus tipe-1 pada 2014. Sementara itu, pada 2016 terdapat penambahan pasien baru sebanyak 112 anak.

Baca juga: Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil

Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan jumlah penderita diabetes anak telah mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Jumlahnya meningkat hingga 500 persen pada anak usia 0-18 tahun. Jika anak sudah terkena DM tipe-1 maka ia harus menggunakan terapi insulin seumur hidup, di samping pengaturan pola hidup dan makan yang sehat.

Berbeda dengan DM tipe-1 yang tidak bisa dicegah, kejadian DM tipe-2 pada anak dapat dicegah atau ditunda dengan pola diet seimbang dan olahraga yang teratur. Anak yang terkena DM dapat dikenali dengan beberapa gejala klinis seperti banyak makan, sering buang air kecil, terkadang hingga mengompol, disertai dengan penurunan berat badan drastis (bisa sampai 6 kg dalam 2 bulan).

Lalu gejala lainnya, seperti mudah lelah, infeksi jamur, luka sulit sembuh, penglihatan kabur, kulit gatal dan kering, rasa kebal, dan sering merasa kesemutan di kaki. Namun, pada kenyataannya gejala-gejala tersebut tidak timbul jelas sehingga diagnosis DM sering terlewatkan.

“Bahayanya jika tidak segera diobati bisa berisiko kematian,” kata dokter Aman.

Baca juga: Ekonomi Tumbuh, Diabetes Mengintai

Infografik diabetes anak

Bahaya Konsumsi Minuman Manis

Konsumsi gula berlebih, selama ini sering dijadikan penyebab obesitas dan diabetes. Karena hanya berisi “kalori kosong” tanpa adanya zat gizi apapun. Dari sebuah cola ukuran 355 ml saja, asupan gula totalnya mencapai 39 gram dengan jumlah kalori total 140.

Sementara, dalam sebotol jus jeruk ukuran 240 ml terdapat total gula sebanyak 24 gram dengan total kalori 110. Padahal, jumlah asupan gula yang direkomendasikan per hari hanya sebanyak 7 sendok teh, setara dengan 25 gram, dan lebih sedikit untuk takaran anak-anak.

Jumlah tersebut sudah termasuk jumlah gula yang ada di makanan, atau gula alami dalam sirup dan madu. Sementara, dalam sekaleng minuman bersoda telah mengandung sekitar sembilan sendok teh gula. Yang artinya telah melebihi batas konsumsi maksimal gula harian.

Baca juga: WHO Desak Pajak Minuman Bergula Dinaikkan

Untuk mengurangi konsumsi gula berlebih, beberapa negara memberlakukan pajak makanan-minuman manis. Seperti Amerika yang memberlakukan pajak untuk minuman manis. Australia dengan pajak makanan dan minuman ringan, biskuit, dan produk kue, atau Denmark yang memberlakukan pajak pada produk dengan kandungan lemak jenuh melebihi 2,3 persen.

Di Irlandia, pengenaan pajak terhadap minuman ringan telah diterapkan sejak tahun 1980. Hasilnya, setiap 10 persen kenaikan harga produk, menurunkan jumlah konsumsi minuman ringan sebanyak 11 persen. Sementara itu, di Amerika, setiap pengenaan pajak sebanyak 20 persen, terdapat penurunan sebanyak 29-209 kJ konsumsi energi harian per orang. Pajak sebesar 20 persen terhadap minuman manis di Amerika juga terbukti mengurangi prevalensi obesitas penduduknya sebesar 3,5 persen.

Penelitian di Inggris menyatakan pengenaan pajak pada minuman manis selama 12 bulan menurunkan konsumsi sebanyak 6 persen. Inggris baru saja memberlakukan pajak minuman manis pada tahun 2016 lalu. Studi tersebut memperkirakan sepertiga kadar gula di minuman termanis dan 15 persen kadar gula di minuman manis sedang dikurangi.

Baca juga: Kebutaan pada Penderita Diabetes

Pemberlakuan pajak menurunkan jumlah obesitas sebanyak 144.383 anak-anak dan orang dewasa di Inggris, dari total lebih dari 15 juta. Pajak itu juga berdampak pada penurunan 19.094 kasus kejadian diabetes tipe 2 per tahun. Juga penurunan kasus karies gigi sebanyak 269.375 .

Sayangnya, Indonesia belum memberlakukan pajak semacam ini. Masyarakat belum dipaksa untuk menyadari bahwa jumlah asupan gula harian harus ditekan agar terhindar dari obesitas dan diabetes.

Baca juga artikel terkait OBESITAS atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani