Menuju konten utama

Ambisi Alex Noerdin Menyambut Asian Games 2018

Perawatan kompleks olahraga Jakabaring, yang dikembangkan sejak 1999, masih menyedot anggaran daerah.

Ambisi Alex Noerdin Menyambut Asian Games 2018
Foto udara kompleks Jakabaring Sport City di Palembang, Sumatra Selatan, 12 April 2018. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

tirto.id - Priko Andrian sudah tiga tahun jadi supir ojek online. Sebagian besar harinya dihabiskan di jalan. Selama itu pula ia menyaksikan perubahan paras Palembang yang terus dipoles.

Salah satu yang paling berbeda adalah sebagian arteri utama Kota Pempek itu kini dipacaki beton-beton tinggi penyangga jalur light rail transit (LRT) alias kereta api ringan. Itu membuat beberapa titik ruas jalan menjadi lebih sempit karena proses konstruksi masih berjalan.

Palembang memang tampak sibuk dan jadi agak lebih macet. Tapi Priko senang dengan geliat pembangunan kotanya. “Yang macet itu cuma di daerah pusat. Biasanya pagi dan kalau sudah mau sore,” katanya.

Ketika ditanya apakah puas dengan kinerja Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan, Priko menjawab bahwa "secara keseluruhan" ia puas-puas saja. "Kelihatanlah Palembang ini dibangun,” tambahnya.

Alex Noerdin, menurut Friederike Trotier, dosen Studi Asia Tenggara di Universitas Goethe, adalah aktor utama yang bersikukuh menjadikan Palembang sebagai rekanan Jakarta untuk Asian Games 2018. Sejak menduduki kursi nomor satu Sumsel pada 2008, Palembang memang bukan sekali-dua menjadi tuan rumah perhelatan akbar olahraga.

Sedikitnya 42 ajang olahraga telah digelar di Jakabaring Sport City selama tujuh tahun terakhir. Ambisi ini tentu punya alasan. Jakabaring, kota satelit yang berjarak 3-5 kilometer dari pusat Kota Palembang, ingin digadang Noerdin sebagai ikon kota olahraga kelas dunia.

Ambisi itu dimulai sejak SEA Games 2011. Jakabaring, yang dibangun karena ada modal dari pengadaan Pekan Olahraga Nasional XVI 2004, akhirnya kembali direvitalisasi dan ditambah fasilitasnya karena terpilih menemani Jakarta sebagai tuan rumah. Pola ini yang kemudian dipakai Noerdin untuk terus membangun infrastruktur di Sumsel, khususnya Palembang.

Demi menjaga perawatan Kompleks Olahraga Jakabaring, Noerdin terus memburu gelar tuan rumah ajang olahraga. Usai Asian Games 2018 yang belum dimulai saja, ia sering mengumbar kehendak agar Palembang menjadi tuan rumah MotoGP. Ia meyakini perhelatan olahraga akbar akan membawa dampak tak cuma pembangunan infrastruktur tapi kemajuan ekonomi untuk Bumi Sriwijaya.

Kesan positif Priko Andrian terhadap gubernurnya juga saya dapati dari sepuluh warga Palembang yang saya tanyai secara acak. Mereka percaya pembangunan infrastruktur bakal berdampak positif pada perkembangan kota. Mereka juga setuju kepemimpinan Noerdin terbilang baik. Jawaban mereka tentu belum bisa mewakili keseluruhan warga Palembang, apalagi Sumsel.

Meski begitu, ada kritik terhadap pola pengembangan tata kota ala Alex Noerdin yang berambisi menjadikan Palembang sebagai pusat olahraga skala mondial.

Hasil analisis jurnal Pembangunan Kawasan Jakabaring sebagai Kota Baru dengan Konsep “Sport City” terbitan Institut Teknologi Bandung menyatakan pemerintahan Noerdin belum terlihat berupaya serius mengembangkan Jakabaring sebagai Kota Baru yang memiliki konsep kota olahraga. Ia hanya memanfaatkan ketersediaan fasilitas olahraga dalam mendukung kegiatan-kegiatan olahraga. Pemerintah belum pernah punya rencana panjang yang riil, yang dibakukan dalam regulasi.

“Berdasarkan ketidakkonsistenan yang diperlihatkan pemerintah dalam proses pembangunan Kawasan Jakabaring, tidak menutup kemungkinan jika pada masa yang akan datang terjadi perubahan konsep pembangunan Kawasan Jakabaring menjadi konsep lain selain sebagai sport city,” tulis jurnal tersebut.

Selain pembangunan yang terpusat, saat ini Palembang belum punya aturan mengikat tentang pengembangan konsep tersebut. Minimal pemerintah daerah bisa menuangkannya lewat Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah (RPJPD).

“Karena kalau tidak ada konsep, tidak ada jaminan Jakabaring akan tetap hidup,” ujar Nirwono Joga, akademisi sekaligus praktisi tata kota dan tata ruang, yang juga mengamati pola perkembangan kota-kota olahraga dunia.

Konsep berkelanjutan itu penting karena masa periode Alex Noerdin akan habis tahun ini, dan tiada jaminan bakal diteruskan oleh Gubernur Sumsel berikutnya. Proyek-proyek ambisius Noerdin ini termasuk pembangunan LRT, jalan tol, dan perawatan jalan raya. Belum lagi perawatan fasilitas di Jakabaring Sport City.

Keluarga Alex Noerdin sendiri memang telah membangun dinasti politik sejak ia menjabat Bupati Musi Banyuasin pada 2002, lalu menjabat gubernur selama dua periode sejak 2008. Putranya, Dodi Reza Alex Noerdin, Bupati Musi Banyuasin sejak 2017, kini maju sebagai calon gubernur dalam Pilkada 2018.

Infografik HL Asian Games 2018

Biaya Perawatan yang Mahal

Alex Noerdin telah membuat PT Jakabaring Sport City sebagai Badan Usaha Milik Daerah. Status ini menjadi perusahaan itu punya tanggung jawab dan hak mencari pemasukan sendiri.

Kebijakan itu diapresiasi oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro. Menurutnya, langkah tersebut "upaya yang baik" buat Palembang sehingga ada bagian khusus yang bekerja dan memutar otak untuk terus memanfaatkan infrastruktur yang sudah dibangun.

Meski begitu, sejak embrio Jakabaring Sport City dibangun pada 19 tahun lalu, pengelola kompleks olahraga tersebut belum pernah mampu membiaya sendiri pengeluarannya.

Direktur Utama JSC Bambang Supriyanto mengakui pengeluaran Jakabaring yang mencapai Rp1,5 miliar per bulan masih dibantu APBD. “Di samping itu ada pemasukan dari sewa venue, sewa plaza, dan lainnya,” kata Supriyanto, yang tak bisa merinci harga-harga sewa di kawasan JSC dengan alasan "tak hapal."

Kendati masih ditopang pajak dari APBD, Supriyanto mengklaim ada pertumbuhan ekonomi di kawasan JSC, dengan ukuran jumlah wisatawan. Ukuran ini juga selalu jadi patokan Gubernur Alex Noerdin dalam sejumlah kesempatan untuk menunjukkan indikator dampak JSC pada ekonomi Sumsel.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Sumatera Selatan memang terus naik sejak 2004 sampai 2014, menurut angka dari Badan Pusat Statistik. Dalam rentang 10 tahun itu, dari 342.427 wisatawan pada 2014 menjadi 14.737.182 wisatawan pada 2014.

Biaya yang disuntikkan untuk fasilitas pendukung Asian Games 2018 mencapai Rp34 triliun. Angka ini termasuk memoles Gelora Bung Karno, Stadion Jakabaring, wisma atlet, dan menyiapkan sistem transportasi terpadu berupa light rail transit (LRT). Sementara biaya operasionalnya sekitar Rp7,2 triliun.

Rinciannya termasuk biaya untuk infrastruktur hampir Rp7 triliun; biaya perbaikan fasilitas di Palembang dan Jakarta hampir Rp3 triliun; serta anggaran infrastruktur jangka panjang berupa sarana transportasi di Jakarta Rp10 triliun dan di Palembang Rp7 triliun.

Gubernur Alex Noerdin tak cuma memperluas Jakabaring Sport City, yang kini punya 10 arena. Ia juga membangun empat ruas tol baru, underpass dan flyover, rumah sakit, perluasan bandara, serta pembangunan LRT dari bandara menuju Jakabaring.

Menurut Bappenas, dampak langsung pengeluaran peserta dan pengunjung Asian Games 2018 sekitar Rp3,6 triliun. Taksiran ini diperoleh dari Rp2,5 triliun di Jakarta dan Rp1,1 triliun di Palembang.

Angka itu tentu besar. Pertanyaannya, apakah dampak ekonomi itu bakal setimpal dengan biaya perawatan infrastruktur proyek Asian Games, yang juga akan membengkak dan membutuhkan konsistensi?

Ditanya soal itu, Direktur Utama Jakabaring Sport City Bambang Supriyanto berkata bahwa pengeluaran perawatan sekarang sebesar Rp1,5 miliar per bulan tidak lagi cukup. Ia masih menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat fasilitas JSC, yang bertambah gelangggangnya, dan diuji nanti sesudah Asian Games 2018 telah berakhir.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Fahri Salam