Menuju konten utama

Amankah Vaksin COVID-19? Jangan Skeptis Dulu, Kata Pakar Virologi

Sebelum vaksin dipakai secara luas akan melalui uji klinis hingga fase 3.

Amankah Vaksin COVID-19? Jangan Skeptis Dulu, Kata Pakar Virologi
Ilustrasi Vaksin Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pakar virologi dari FKKMK UGM, dokter Mohamad Saifudin Hakim, mengatakan kita tak perlu terlalu skeptis menaggapi adanya vaksin COVID-19 yang saat ini masih dalam pengujian fase 3.

Menurutnya, sebelum vaksin dipakai secara luas akan melalui uji klinis hingga fase 3 dan di antara vaksin yang pengujiannya sudah sampai fase 3 adalah vaksin dari Sinovac.

"Sebelum vaksin dipakai secara luas itu memang harus melalui uji klinis sampai fase 3, itu semacam uji klinis yang menentukan apakah vaksin itu efektif dan aman untuk manusia," ujarnya saat dihubungi redaksi Tirto.

Hakim menambahkan, saat ini untuk uji vaksin Sinovac juga tengah dilakukan di Indonesia dengan partisipan mencapai 1600an relawan, dan di luar negeri mencapai lebih dari 60 ribu relawan.

Meski belum dipublikasi, setidaknya sudah ada data di tangan Badan POM yang berkaitan dengan keamanan dan efektivitas vaksin ini saat uji fase 1 dan fase 2, terkait dengan keamanan dan apakah vaksin Sinovac tersebut bisa merangsang terbentuknya kekebalan terhadap COVID-19 atau tidak.

Meski demikian, Hakim juga mengatakan berdasarkan catatan sejarah saat membuat vaksin untuk penyakit baru seperti COVID-19 tentu tidak akan langsung efektif sampai 90 persen, misalnya. Namun setidaknya bisa efektif antara 60 sampai 70 persen itu sudah cukup baik.

"Vaksin Sinovac ini bisa jadi salah satu opsi, kita juga belajar kalau membuat vaksin untuk penyakit baru efektivitasnya memang tidak langsung tinggi, efektivitasnya tidak sampai langsung 90 persen, kalau kita dapat efektivitas 60-70 persen itu sudah cukup bagus. Paling tidak sudah menurunkan angka kejadian dan beban yang diterima oleh layanan kesehatan," katanya.

Sementara itu menurut Hakim, uji vaksin Sinovac yang telah dilakukan terhadap hewan coba setidaknya menunjukkan bahwa vaksin ini tidak menimbulkan keparahan.

"Pada hewan uji yang divaksin kemudian diinfeksi COVID-19 tidak terlihat adanya keparahan yang terjadi," katanya.

Sedangkan adanya wacana yang mengatakan bahwa vaksin ini akan tidak bermanfaat terhadap orang Indonesia karena virus masih terus bermutasi, Hakim justru punya penilaian tersendiri.

Menurutnya, mutasi virus Corona jenis baru ini belum tentu mengakibatkan virus tersebut menjadi tidak dikenali oleh sistem kekebalan tubuh yang sebelumnya dirangsang pembentukannya oleh vaksin.

"Terkait mutasi saya selalu menjawb mutasi virus tidak selalu memiliki efek resistensi terhadap vaksin, mutasi virus akan selalu berkembang, tapi tidak selalu muncul pada area yang ditarget oleh antibodi yang diinduksi oleh vaksin," katanya.

Meskipun begitu, ia juga menegaskan bahwa potensi mutasi virus ini tetap harus diamati dan dicermati.

"Isu mutasi ini tetap harus diamati, jadi setelah vaksin diedarkan tetap ada pemantauan, apakah betul ada penurunan efektivitas atau tidak, apakah ini berkaitan dengan mutasi, atau karena faktor lainnya? Ini yang harus dijawab. Tapi kemudian kita tidak menjadi skeptis karena itu juga bukanlah sikap yang tepat," tuturnya.

Ia juga mengatakan bahwa dalam proses penelitian vaksin Sinovac di hewan coba, peneliti menginfeksi hewan coba dengan virus yang diambil dari beberapa negara, seperti Inggris, Italia hingga Spanyol, tidak hanya yang berasal dari Cina saja

Namun, meski virus tersebut diambil dari berbagai negara, ternyata vaksin yang disuntikkan terhadap hewan coba tersebut tetap bisa melindungi dari COVID-19.

Berapa harga vaksin Sinovac?

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir memastikan harga vaksin COVID-19 Sinovac di Indonesia berada dikisaran Rp200 ribu.

Melansir Antara, Honesti Basyir menyampaikan hal ini untuk menanggapi pemberitaan yang menyatakan bahwa Sinovac sudah menandatangani kontrak pengadaan vaksin dengan Brazil yang akan menjualnya dengan harga 1.96 dolar Amerika Serikat per dosis.

Brasil merupakan salah satu negara yang juga akan membeli vaksin COVID-19 dari Sinovac.

Honesti mengatakan, mengenai harga vaksin di Brazil, yang keluar di media massa beberapa hari terakhir, seharga 1,96 dolar Amerika Serikat per dosis, juga sudah dibantah oleh pihak Sinovac, melalui surat resmi yang dikirimkan ke Bio Farma.

"Informasi harga vaksin COVID-19 di Brasil, telah kami klarifikasi ke pihak Sinovac. Mereka sudah mengirimkan surat elektronik resmi ke Bio Farma, yang memastikan, bahwa informasi dalam pemberitaan tentang kontrak pembelian 46 juta dosis dengan nilai kontrak 90 juta dolar Amerika Serikat dengan pemerintah Brazil tidak tepat, dan mengenai harga 1,96 dolar Amerika Serikat per dosis pun tidak tepat," kata Honesti.

Honesti mengatakan biaya pengiriman tiap dosis vaksin tersebut sekitar dua dolar Amerika Serikat.

"Atas berita ini, Sinovac tengah menelusuri asal informasinya. Intinya, Bio Farma berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah menghadirkan vaksin COVID-19 dengan harga yang terjangkau untuk memberi perlindungan bagi penduduk Indonesia," ujar Honesti.

Honesti juga mengatakan, terdapat beberapa faktor yang penentuan harga vaksin COVID-19.

Salah satu faktornya adalah tergantung pada investasi pada studi klinis fase tiga terutama dalam uji efikasi dalam skala besar.

"Demikian juga dengan penentuan harga di Indonesia, mengikuti prinsip-prinsip tadi. Dengan kata lain, skema pemberian harga vaksin COVID-19 ini, tidak dapat disamakan," kata dia.

Baca juga artikel terkait VAKSIN COVID-19 atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH