Menuju konten utama

Amalan-amalan Sunah Saat Buka Puasa Ramadhan

Amalan sunah saat buka puasa Ramadan di antaranya menyegerakan berbuka, tidak berlebihan dalam menyantap, dan menggunakan kurma/makanan/minuman manis.

Amalan-amalan Sunah Saat Buka Puasa Ramadhan
Ilustrasi Memasak Bersama. foto/istockphoto

tirto.id - Beberapa amalan sunah dianjurkan ketika umat Islam berbuka puasa Ramadan, mulai dari menyegerakan berbuka, mengucapkan doa buka puasa, hingga tidak berlebihan dalam menyantap makanan.

Diriwayatkan, Nabi Muhammad bersabda, "Hendaklah kamu berpuasa, karena tidak ada yang serupa dengannya" (H.R. an-Nasai, 2220). Puasa menjadi ibadah yang unik karena semua amal anak Adam menjadi milik diri mereka sendiri, kecuali puasa karena puasa milik Allah, dan Allah sendiri yang akan memberi imbalannya.

Keutamaan puasa ini dilukiskan dalam sabda Nabi, "Bagi orang yang menjalankan puasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya" (H.R. Muslim, 1151).

Dalam Futuhat al-Makkiyah karya Ibn al-'Arabi, kebahagiaan saat berbuka adalah kebahagiaan ruh hewani pelaku puasa tersebut, sedangan kebahagiaan bertemu Allah adalah kegembiraan untuk jiwa rasionalnya (an-nafs an-natiqah). Puasa membuat seorang muslim bertemu dengan Allah.

Pada waktu berbuka puasa, terdapat beberapa amalan yang dianjurkan sebagai berikut.

Menyegerakan Berbuka

Menyegerakan berbuka ketika azan magrib sudah berkumandang adalah amalan sunah yang dianjurkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Sahl bin Sa‘ad, bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Orang akan selalu baik (sehat) apabila ia menyegerakan berbuka.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Anjuran untuk segera berbuka ini bermanfaat besar bagi tubuh. Tidak adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh seharian, berpotensi menjadikan tubuh mengalami dehidrasi. Oleh sebab itu, menyegerakan minum air setelah azan berkumandang akan mengembalikan lagi kerja-kerja tubuh secara keseluruhan.

2. Berbuka dengan Makanan atau Minuman Manis (Kurma, Susu, atau Air)

Nabi Muhammad Saw. menyukai berbuka dengan kurma basah (ruthab). Driwayatkan Anas bin Malik, bahwa Rasulullah berbuka dengan kurma basah (ruthab) sebelum menunaikan salat. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika kurma basah dan kering tidak ada, nabi berbuka dengan seteguk air. (H.R. Abu Dawud).

Selain kurma, menu berbuka yang disunahkan lainnya adalah susu, Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan makan dan minum selain susu.” (H.R. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Jika tidak ada kurma atau susu, makanan-makanan manis lainnya dapat menjadi pengganti. Meskipun demikian, kandungan gula yang terdapat pada hidangan berbuka juga perlu diperhatikan

Dikutip dari Nutrition.org.uk, ketika pertama kali berbuka, penting bagi kita untuk mengonsumsi minuman, atau jenis makanan kaya cairan dan rendah lemak, atau makanan yang mengandung gula alami untuk energi. Selain itu, penting untuk menghindari konsumsi makanan/minuman dengan gula tambahan.

Khusus kurma, menyantap buah ini adalah cara bagus untuk berbuka puasa, karena kurma menyediakan gula alami untuk energi, menyediakan mineral seperti kalium, tembaga dan mangan dan merupakan sumber serat.

3. Membaca Basmalah Sebelum Menyantap Makanan

Sunah lain yang sering luput dikerjakan adalah mengucapkan doa berbuka selepas menyantap hidangan. Selama ini, lazimnya doa berbuka puasa dibaca sebelum berbuka. Padahal berbuka puasa memiliki kekhususan sendiri. Sebelum menyantap hidangan, dianjurkan membaca basmalah dan selepas menyantap makanan barulah melafalkan doa buka puasa.

Hal ini dijelaskan oleh Abu Bakar Muhammad Syatha, "Maksud dari (membaca doa buka puasa) “setelah berbuka” adalah selesainya berbuka puasa, bukan (dibaca) sebelumnya dan bukan saat berbuka." (Hasyiyah I’anah at-Thalibin, 1995, Juz II, hal 297)

Alasan dibacanya doa buka puasa selepas minum dan makan berasal dari hadis riwayat Abdullah bin 'Umar, bahwa "Nabi Muhammad Saw. ketika usai berbuka mengucapkan ‘Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)’.” (HR. Abu Dawud).

Lafal di atas menggunakan kata kerja lampau atau fi'il madhli pada "usai berbuka", sehingga utamanya doa diucapkan selepas berbuka puasa, bukan sebelumnya.

4. Memanjatkan Doa di Waktu Berbuka

Momen berbuka puasa adalah waktu doa yang mustajab. Karenanya, disunahkan bagi seorang muslim untuk memanfaatkan waktu tersebut untuk berdoa baik untuk urusan dunianya maupun akhirat.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak. Pertama, pemimpin yang adil, Kedua, orang yang berpuasa ketika dia berbuka, Ketiga, doa orang yang terzalimi.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

5. Tidak Berlebihan dalam Berbuka

Esensi puasa adalah mengendalikan nafsu dan hasrat, termasuk juga makan dan minum. Oleh karenanya, menyantap makanan hingga sangat kenyang atau berlebihan justru akan mengurangi keutamaan berpuasa.

Dalil larangan untuk makan terlalu kenyang didasari dari firman Allah dalam Surah al-A'raf: 31, "Makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."

Makan berlebihan ketika berbuka bisa jadi menjadikan tubuh lemas, begah, susah berdiri sehingga memantik rasa malas untuk menegakkan salat magrib, isya, hingga tarawih.

6. Memberi Makan Orang Lain untuk Berbuka

Orang yang diberi rezeki berlebih dapat memanfaatkan waktu Ramadan untuk banyak berderma dan menambah sedekah, di antaranya adalah dengan memberi makan orang lain untuk berbuka. Pahala sedekah menyediakan makanan untuk orang berpuasa amat besar.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2020 atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Fitra Firdaus